Proses pengangkatan jenazah
Temuan itu langsung dilaporkan kepada Feisal Tanjung dan diteruskan kepada Panglima Kostrad Mayjen Soeharto. Esok paginya, 4 Oktober 1965 digelar evakuasi dengan menerjunkan pasukan penyelam KKO. Menurut catatan, setidaknya ada 11 orang yang melakukan pengangkatan jenazah tersebut.
Mereka adalah: Purnawirawan Pembantu Letnan Marinir Dua Sugimin, Winanto, Sutarto, Saparimin, J. Kandouw, A. Sudardjo, Hartono, Samuri, I. Subekti, dokter gigi Baharudin Sumarno, dan dokter tentara Kho Tjioe Liong. Proses pengangkatan jenazah tersebut diperkirakan berlangsung pada pukul 11.00 dan berakhir pada pukul 15.00.
Ketika itu beredar informasi bahwa para jenazah ditemukan dalam keadaan dipotong-potong. Pada 2017, kepada Tempo, Sugimin mengatakan bahwa jenazah para jenderal itu tidak seperti cerita yang beredar. “Semua jenazah dalam keadaan utuh. Tidak ada yang matanya dicungkil atau kemaluannya dipotong, seperti cerita yang beredar,” kata Sugimin
Sugimin bercerita, saat itu pasukan evakuasi hanya dapat melihat kaki para jenderal yang dibuang. Hal ini menunjukkan jenazah dibuang dengan posisi kepala terlebih dahulu. Jenazah pertama yang diangkat adalah Pierre Tendean dan yang terakhir DI Panjaitan. Jenazah Jenderal Ahmad Yani dan Sutoyo sempat terjatuh kembali ke dasar sumur karena tali yang tidak kuat.
Sugimin beserta rekannya, Julius Kandouw (J. Kandouw), mengaku aroma tidak sedap para jenazah bisa terhirup pada jarak 100 meter. Dua hari paskaevakuasi keduanya masih tak bisa makan mengingat aroma jenazah tersebut. Lokasi sumur tua di Lubang Buaya ini kemudian dijadikan monumen dan museum Kesaktian Pancasila atas prakarsa mendiang Presiden Soeharto.
HENDRIK KHOIRUL MUHID | IDRIS BOUFAKAR | ACHMAD HANIF IMADUDDIN
Pilihan Editor: Pasca Peristiwa G30S 1965, Apa Langkah Sukarno, Soeharto, DN Aidit dan Pemimpin Rusia Leonid Brezhnev