Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sejarah Hari Ini, Kilas Balik Kematian Ibu Tien Soeharto 28 Tahun Lalu

image-gnews
Presiden Soeharto bersama istri Ny. Tien Soeharto saat mengunjungi Museum Pengamon di Berlin, Jerman, 1991. Dok.TEMPO.
Presiden Soeharto bersama istri Ny. Tien Soeharto saat mengunjungi Museum Pengamon di Berlin, Jerman, 1991. Dok.TEMPO.
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Pada 28 April 1996, Indonesia meratapi kehilangan salah satu tokoh penting, Ibu Tien Soeharto, yang meninggalkan kesedihan mendalam bagi keluarga Soeharto dan masyarakat Indonesia.

Jejak perannya sebagai ibu negara yang peduli dan berpengaruh, serta kontribusinya dalam membangun bangsa, akan tetap dikenang oleh generasi berikutnya. Saat terkenang kembali kepergiannya, masyarakat tidak hanya berduka, tetapi juga merayakan warisan dan dampaknya yang abadi dalam mendorong kesejahteraan bangsa. 

Kilas balik kematian Ibu Tien Soeharto

Sebagai istri dari mantan Presiden Soeharto, Siti Hartinah atau lebih dikenal Ibu Tien memiliki peran yang tidak bisa diabaikan dalam perjalanan sejarah Indonesia. Namun, kehidupannya juga tidak terlepas dari kontroversi dan sorotan publik. Salah satu momen yang sangat dikenang adalah saat terjadinya insiden penembakan yang sempat menjadi rumor atas kematiannya.

Pada saat itu, kabar beredar bahwa Ibu Tien meninggal karena tertembak dalam adu kekuatan antara dua putra Soeharto, Bambang dan Tommy Soeharto. Namun, rumor tersebut kemudian diklarifikasi oleh Tutut Soeharto, putri sulung Ibu Tien, yang menyatakan bahwa kematian ibunya disebabkan oleh serangan jantung.

Setelah 24 tahun berlalu, Tutut Soeharto membatalkan rumor tentang kematian ibunya, Tien Soeharto, yang disebabkan oleh penembakan oleh adiknya. Sebagai putri sulung Presiden Soeharto, Tutut memilih untuk tidak membiarkan desas-desus tersebut beredar. Ia menuliskan pengalaman ini melalui blog pribadinya, yang diunggah pada Rabu, 29 April 2020, sehari setelah peringatan 24 tahun meninggalnya Tien Soeharto.

Tutut merasa heran dengan kabar tersebut dan mempertanyakan siapa yang menyebarkan rumor yang menurutnya keji. Meskipun demikian, pada awalnya Tutut berencana untuk tidak merespons rumor tersebut.

Mendengar berita duka tersebut, Tutut segera kembali ke Indonesia setelah dijemput oleh suaminya di Singapura. Ia langsung terbang ke Solo, di mana jenazah ibunya sudah berada. Tutut kemudian menemani ayahnya dalam perjalanan menuju kompleks pemakaman Astana Giribangun, Karanganyar, di mana Soeharto menceritakan detail kejadian menjelang kematian ibunya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menurut Tutut, ayahnya menceritakan bahwa pagi itu ibunya mengeluh kesulitan bernapas. Meskipun ibunya mengatakan bahwa tidak ada yang sakit, hanya kesulitan bernapas, Soeharto bertanya lagi apakah dadanya sakit. Tien menyatakan bahwa tidak ada masalah dengan dadanya.

Soeharto kemudian menyiapkan bantal yang agak tinggi untuknya dan memerintahkan ajudan untuk menyiapkan ambulans agar Tien bisa dibawa ke rumah sakit. Namun sayangnya, Tien tidak sadar selama perjalanan dan tidak dapat diselamatkan.

Meskipun Istana menyatakan bahwa kematian Tien Soeharto disebabkan oleh serangan jantung, rumor tetap beredar bahwa Tien tertembak oleh putranya sendiri, Tommy Soeharto, yang sedang bertengkar dengan kakaknya, Bambang Trihatmojo. Namun, Tutut Soeharto dengan tegas menyatakan bahwa cerita yang diceritakan oleh ayahnya adalah yang sebenarnya.

Tepat hari ini, 28 tahun lalu, Ibu Tien menghembuskan nafas terakhirnya. Sebagai seorang ibu negara, beliau terlibat dalam berbagai kegiatan sosial dan kemanusiaan, serta memperjuangkan nilai-nilai keluarga yang kuat, termasuk menentang poligami dan mendorong pentingnya perkawinan monogami.

Meskipun diwarnai dengan demostrasi mahasiswa, warisan Ibu Tien Soeharto juga terlihat dalam berbagai proyek dan fasilitas publik yang didirikannya, seperti Taman Mini Indonesia Indah, Taman Buah Mekarsari, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, dan RSAB Harapan Kita. Fasilitas-fasilitas ini masih berdiri hingga saat ini dan menjadi warisan berharga.

SHARISYA KUSUMA RAHMANDA | BUDIARTI UTAMI PUTRI | ISTIQOMATUL HAYATI
Pilihan editor: Berawal Ide Tien Soeharto, Begini Sejarah Taman Mini Indonesia Indah atau TMII di Usia 49 Tahun

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Napak Tilas Reformasi 1998: Aksi Mahasiswa UI Tolak Pidato Presiden, Tragedi Trisakti, sampai Soeharto Lengser

28 menit lalu

Ribuan mahasiswa menduduki Gedung MPR/DPR saat unjuk rasa menuntut Soeharto mundur sebagai Presiden RI, Jakarta, Mei 1998. Selain menuntut diturunkannya Soeharto dari Presiden, Mahasiswa juga menuntut turunkan harga sembako, dan cabut dwifungsi ABRI. TEMPO/Rully Kesuma
Napak Tilas Reformasi 1998: Aksi Mahasiswa UI Tolak Pidato Presiden, Tragedi Trisakti, sampai Soeharto Lengser

Aksi mahasiswa UI menolak pidato pertanggung jawaban Presiden Soeharto. Berikut berbagai peristiwa mengiringi Reformasi 1998.


Hari-hari Usai 12 Mei 1998, Tragedi Trisakti yang Berujung Reformasi

9 jam lalu

Mahasiswa Universitas Trisakti menggelar Malam Berkabung di Monumen Tragedi 12 Mei, Grogol, Jakarta Barat, Jumat malam 27 September 2019. Mereka berkabung atas tiga korban tewas terkait demonstrasi menolak RUU bermasalah dan revisi UU KPK oleh DPR RI. TEMPO/HALIDA BUNGA FISANDRA
Hari-hari Usai 12 Mei 1998, Tragedi Trisakti yang Berujung Reformasi

Lahirnya reformasi 21 Mei 1998 tidak terlepas dari serangkaian peristiwa yang terjadi sebelumnya yang diwarnai darah tumpah termasuk Tragedi Trisakti.


Prabowo Sebut Sukarno Bukan Milik Satu Partai, Apa Tanggapan PDIP?

16 jam lalu

Prabowo Subianto (kiri) dan Megawati Soekarnoputri. TEMPO/ Subekti
Prabowo Sebut Sukarno Bukan Milik Satu Partai, Apa Tanggapan PDIP?

Basarah menganggap pernyataan Prabowo itu membuktikan keberhasilan PDIP mengembalikan status, peran, dan nama baik Sukarno.


Peristiwa Gejayan dan Kematian Moses Gatutkaca 26 Tahun Lalu, Siapa Tanggung Jawab?

3 hari lalu

Moses Gatotkaca. Cuplikan video AP
Peristiwa Gejayan dan Kematian Moses Gatutkaca 26 Tahun Lalu, Siapa Tanggung Jawab?

Puncak aksi mahasiswa di Gejayan terjadi pada 8 Mei 1998 setelah salat Jumat. Moses Gatutkaca menjadi korban dengan luka parah. Siapa tanggung jawab?


Studi: Marah 8 Menit Saja Bisa Tingkatkan Peluang Serangan Jantung

5 hari lalu

Ilustrasi wanita kecewa atau marah. Unsplash.com/Joshua Rawson Harris
Studi: Marah 8 Menit Saja Bisa Tingkatkan Peluang Serangan Jantung

Efek akut marah-marah pada kerja pembunuh darah, yang mungkin menambah peluang serangan jantung dan stroke.


Cara Menyenangkan Menjaga Kesehatan Jantung

5 hari lalu

Ilustrasi pasangan suami-istri. dailymail.co.uk
Cara Menyenangkan Menjaga Kesehatan Jantung

Tak sekedar olahraga dan makan sehat, ada cara lain yang mungkin tak pernah Anda duga tapi baik untuk kesehatan jantung.


Wamenkes Ingatkan Lemak Trans pada Makanan Tingkatkan Risiko Penyakit Jantung

5 hari lalu

Ilustrasi gorengan. Shutterstock
Wamenkes Ingatkan Lemak Trans pada Makanan Tingkatkan Risiko Penyakit Jantung

Wamenkes menegaskan pembatasan lemak trans akan menekan risiko penyakit jantung sekaligus membuat Indonesia berhemat triliunan rupiah.


Awas, Marah Sebentar Saja Tingkatkan Risiko Serangan Jantung

10 hari lalu

Ilustrasi Serangan Jantung. thestar.com.my
Awas, Marah Sebentar Saja Tingkatkan Risiko Serangan Jantung

Peneliti menyebut amarah buruk buat fungsi pembuluh darah, mengganggu fungsi arteri, yang selanjutnya terkait risiko serangan jantung.


Bahaya Konsumsi Paracetamol Sembarangan, Perlu Perhatikan Dosis yang Tepat

11 hari lalu

Ilustrasi paracetamol. Shutterstock
Bahaya Konsumsi Paracetamol Sembarangan, Perlu Perhatikan Dosis yang Tepat

Paracetamol tidak dapat dikonsumsi sembarangan karena memiliki efek dan bahaya bagi kesehatan. Perhatikan dosis yang disarankan.


Asal Usul 29 April Ditetapkan sebagai Hari Posyandu Nasional

13 hari lalu

Seorang ibu membawa anaknya saat imunisasi Campak dan Polio secara gratis di Gedung Wanita BKOW terhadap warga di kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur, Selasa (18/10). Kampanye Imunisasi Tambahan Campak dan Polio tahap ketiga akan digelar di 17 provinsi di Indonesia mulai dari 18 Oktober hingga 18 November di pos pelayanan imunisasi yang tersebar di posyandu dan puskesmas. TEMPO/Eko Siswono Toyudho
Asal Usul 29 April Ditetapkan sebagai Hari Posyandu Nasional

Presiden Soeharto menetapkan 29 April 1985 sebagai Hari Posyandu Nasional.