Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Pasca Peristiwa G30S 1965, Apa Langkah Sukarno, Soeharto, DN Aidit, dan Pemimpin Rusia Leonid Brezhnev?

image-gnews
Diorama adegan saat anggota PKI menyiksa dan menawan Mayjen S Parman, Mayjen Suprapto, Brigjen Sutoyo dan Lettu Pierre Tendean di dalam Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta Timur. Menjelang peringatan G30S, monumen ini akan ramai dikunjungi warga. TEMPO/Subekti.
Diorama adegan saat anggota PKI menyiksa dan menawan Mayjen S Parman, Mayjen Suprapto, Brigjen Sutoyo dan Lettu Pierre Tendean di dalam Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta Timur. Menjelang peringatan G30S, monumen ini akan ramai dikunjungi warga. TEMPO/Subekti.
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Peristiwa Gerakan 30 September 1965 atau G30S merupakan salah satu bab kelam dalam sejarah Indonesia yang telah meninggalkan jejak mendalam dalam perjalanan bangsa ini. Setelah peristiwa tersebut, berbagai peristiwa dan kebijakan penting terjadi yang membentuk arah politik dan sosial Indonesia. 

Setelah peristiwa tersebut, literatur propaganda anti-PKI mulai banyak beredar di masyarakat. Banyak pihak menuding PKI sebagai dalang peristiwa percobaan "kudeta" tersebut. Propaganda ini mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap PKI dan berkontribusi pada stigma negatif yang melekat pada partai tersebut.

Pengambilalihan Sarana Komunikasi oleh PKI

Setelah pembunuhan beberapa perwira TNI AD, PKI berhasil menguasai dua sarana komunikasi vital. Dikutip dari artikel ilmiah Universitas Pendidikan Ganesha berjudul Ladang Hitam Pasca Peristiwa Gerakan 30 September 1965, salah satu yang diamnbil alih adalah studio RRI di Jalan Merdeka Barat dan Kantor Telekomunikasi di Jalan Merdeka Selatan.

Melalui RRI, PKI menyiarkan pengumuman terkait Gerakan 30 September yang ditujukan kepada para perwira tinggi anggota "Dewan Jenderal" yang akan mengadakan kudeta terhadap pemerintah.

Di Jawa Tengah dan Yogyakarta, terjadi pembunuhan beberapa perwira TNI AD, termasuk Kolonel Katamso dan Letnan Kolonel Sugiyono, yang diculik pada 1 Oktober 1965. Mereka dibunuh karena menolak berhubungan dengan Dewan Revolusi yang terbentuk pasca G30S.

Perpindahan Presiden Sukarno

Presiden Sukarno dan Sekretaris Jenderal PKI, Aidit, merespons pembentukan Dewan Revolusi dengan berpindah ke Pangkalan Angkatan Udara Halim di Jakarta untuk mencari perlindungan. Langkah ini menggambarkan ketegangan politik pasca G30S.

Pada 6 Oktober 1965, Presiden Sukarno mengimbau rakyat untuk menciptakan "Persatuan nasional," yaitu persatuan antara angkatan bersenjata dan para korbannya, serta penghentian kekerasan. Ini mencerminkan usaha untuk meredakan ketegangan dan konflik pasca G30S 1965.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dukungan dari Uni Soviet

Pemimpin Uni Soviet seperti Leonid Brezhnev, Mikoyan, dan Kosygin mengirim pesan khusus untuk Presiden Sukarno. Mereka menyatakan dukungan terhadap upaya Sukarno untuk menjaga ketenangan dan menghindari kekacauan.

Kemudian pada 16 Oktober 1965, Presiden Sukarno melantik Mayjen Suharto sebagai Menteri atau Panglima Angkatan Darat. Hal ini merupakan langkah awal menuju perubahan kekuasaan yang akan terjadi di kemudian hari.

Di samping itu, menurut kominfosandi.kamparkab.go.id, pasca G30S 1965, terjadi pembantaian massal terhadap anggota dan pendukung PKI, serta orang-orang yang dituduh sebagai komunis. Ratusan ribu orang dipenjarakan di kamp-kamp tahanan, tanpa adanya persidangan. Pembantaian ini terutama terjadi di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali.

Peristiwa pasca G30S mencerminkan masa transisi penting dalam sejarah Indonesia menuju Orde Baru. Pembantaian dan penahanan massal serta perubahan kekuasaan yang terjadi membentuk lanskap politik dan sosial Indonesia dalam beberapa tahun berikutnya.

Tragedi kemanusiaan ini juga memberikan banyak pelajaran berharga bagi generasi muda Indonesia tentang pentingnya perdamaian, persatuan, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia.

Pilihan Editor: Situasi Politik Jakarta Menjelang Peristiwa G30S 1865, PKI dan TNI Bersitegang Soal Angkatan Kelima

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Prabowo dan Mayor Teddy Kenakan Baret Merah Saat HUT Kopassus, Siapa Saja yang Boleh Memakainya?

2 hari lalu

Menteri Pertahanan sekaligus Presiden terpilih, Prabowo Subianto, menghadiri upacara peringatan HUT ke-72 Komando Pasukan Khusus (Kopassus) di Cijantung, Jakarta Timur, Selasa, 30 April 2024. Perayaan HUT ke-72 Komando Pasukan Khusus (Kopassus) mengangkat tema Mengabdi Dengan Kehormatan Pelindung Sejati Kedaulatan. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Prabowo dan Mayor Teddy Kenakan Baret Merah Saat HUT Kopassus, Siapa Saja yang Boleh Memakainya?

Prabowo dan Mayor Teddy kenakan baret merah saat hadiri upacara HUT ke-72 Kopassus. Siapa saja yang boleh mengenakan baret ini?


Mengenang Umar Kayam, Sastrawan dan Akademisi yang Lebih Dikenal sebagai Bintang Film

3 hari lalu

Umar Kayam. TEMPO/Rully Kesuma
Mengenang Umar Kayam, Sastrawan dan Akademisi yang Lebih Dikenal sebagai Bintang Film

Mengenang Umar Kayam, pemeran Sukarno dalam film Pengkhianatan G30S/PKI. Kakek Nino RAN ini seorang sastrawan dan Guru Besar Fakultas Sastra UGM.


Asal Usul 29 April Ditetapkan sebagai Hari Posyandu Nasional

4 hari lalu

Seorang ibu membawa anaknya saat imunisasi Campak dan Polio secara gratis di Gedung Wanita BKOW terhadap warga di kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur, Selasa (18/10). Kampanye Imunisasi Tambahan Campak dan Polio tahap ketiga akan digelar di 17 provinsi di Indonesia mulai dari 18 Oktober hingga 18 November di pos pelayanan imunisasi yang tersebar di posyandu dan puskesmas. TEMPO/Eko Siswono Toyudho
Asal Usul 29 April Ditetapkan sebagai Hari Posyandu Nasional

Presiden Soeharto menetapkan 29 April 1985 sebagai Hari Posyandu Nasional.


Tunangan Ayu Ting Ting, Lettu Inf Muhammad Fardhana Pimpin Kegiatan Pemasangan Aliran Listrik Satgas Yonif 509 Kostrad

4 hari lalu

Danpos Lettu Inf Fardan, calon suami Ayu Ting Ting, dalam kegiatan perbantuan kepada salah satu kepala desa dalam pemasangan aliran listrik Distrik Sugapa Kabupaten Intan Jaya Kampung Mamba. Jumat, 26 April 2024. Foto dok.: Kostrad
Tunangan Ayu Ting Ting, Lettu Inf Muhammad Fardhana Pimpin Kegiatan Pemasangan Aliran Listrik Satgas Yonif 509 Kostrad

Lettu Inf Muhammad Fardhana tunangan pedangdut Ayu Ting Ting, pimpin pemasangan aliran listrik Distrik Sugapa, Intan Jaya, Papua.


Sejarah Hari Ini, Kilas Balik Kematian Ibu Tien Soeharto 28 Tahun Lalu

5 hari lalu

Presiden Soeharto bersama istri Ny. Tien Soeharto saat mengunjungi Museum Pengamon di Berlin, Jerman, 1991. Dok.TEMPO.
Sejarah Hari Ini, Kilas Balik Kematian Ibu Tien Soeharto 28 Tahun Lalu

Walaupun telah meninggal, mendiang Ibu Tien Soeharto tetap dikenang dalam perjalanan sejarah bangsa.


Kenangan Manis Timnas Indonesia Berlaga di Olimpiade Melbourne 1956

6 hari lalu

Maulwi Saelan. TEMPO/Arnold Simanjuntak
Kenangan Manis Timnas Indonesia Berlaga di Olimpiade Melbourne 1956

Timnas Indonesia pernah menjadi perbincangan era 1950-an kala melawan Uni Soviet di perempat final Olimpiade Melbourne 1956 pada 29 November 1956.


Menteri Pertanian Ukraina Ditahan atas Dugaan Korupsi

7 hari lalu

Mykola Solsky. wikipedia.org
Menteri Pertanian Ukraina Ditahan atas Dugaan Korupsi

Menteri Pertanian Ukraina Mykola Solsky ditahan setelah ditetapkan sebagai tersangka resmi dalam penyelidikan korupsi bernilai jutaan dolar


Rusia Siap Kerjasama dengan Pemerintahan Baru Indonesia, Begini Hubungan Baik Kedua Negara Sejak Zaman Uni Soviet

7 hari lalu

Presiden Rusia Vladimir Putin memimpin pertemuan dengan anggota Dewan Keamanan melalui panggilan konferensi video di Moskow, Rusia, 9 September 2022. Sputnik/Gavriil Grigorov/Pool via REUTERS/File Photo
Rusia Siap Kerjasama dengan Pemerintahan Baru Indonesia, Begini Hubungan Baik Kedua Negara Sejak Zaman Uni Soviet

Pemerintah Rusia menyambut presiden baru Indonesia. Siap lanjutkan kerja sama.


54 Tahun Prananda Prabowo, Profil Putra Megawati dan Perannya di PDIP

9 hari lalu

Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri (tengah), bersama Ketua DPP Puan Maharani (kiri), Kepala Pusat Analisa dan Pengendali Situasi Prananda Prabowo (kanan) yang juga anak-anaknya berpegangan tangan saat berfoto bersama dalam penutupan Rakernas III PDI Perjuangan di Sekolah Partai PDI Perjuangan, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Kamis, 8 Juni 2023. Rakernas III PDI Perjuangan itu menghasilkan 17 poin rekomendasi eksternal seperti visi-misi Capres-Cawapres dari PDIP, dan memerintahkan seluruh kader Partai menangkan Ganjar Pranowo pada Pilpres 2024. TEMPO/M taufan Rengganis
54 Tahun Prananda Prabowo, Profil Putra Megawati dan Perannya di PDIP

Prananda Prabowo putra Megawati Soekarnoputri, organisatoris PDIP yang pernah dipuji Jokowi, genap berusia 54 tahun pada 23 April 2024.


Alasan Sumpah Jabatan Presiden Indonesia Pertama Dilakukan di Keraton Yogyakarta

9 hari lalu

Presiden pertama RI, Sukarno (kiri) didampingi Wakil Presiden Mohammad Hatta, memberikan hormat saat tiba di Jalan Asia Afrika yang menjadi Historical Walk dalam penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung, 1955. Dok. Museum KAA
Alasan Sumpah Jabatan Presiden Indonesia Pertama Dilakukan di Keraton Yogyakarta

Di Indonesia sumpah jabatan presiden pertama kali dilaksanakan pada tahun 1949. Yogyakarta dipilih karena Jakarta tidak aman.