INFO NASIONAL - Yufita Tuhuteru, seorang perempuan muda, cerdas dan pantang menyerah. Analyst dari Departemen Teknologi PT Halmahera Persada Lygend (HPL) ini membuktikan bahwa warga lokal di Pulau Obi bisa meraih pendidikan tinggi dan sekaligus meniti karier profesional di kampung halamannya.
Yufita memulai perjalanan kariernya di Harita Nickel dengan bergabung di PT HPL melalui program Management Trainee. Sebuah program perusahaan dalam menjaring talenta-talenta baru yang disiapkan untuk menempati posisi manajerial di masa mendatang.
Perempuan 28 tahun asal Desa Soligi, desa lingkar operasional Harita Nickel di Pulau Obi ini awalnya ditempatkan di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Atas kerja keras dan dedikasinya yang tinggi, setahun kemudian ia mendapatkan promosi kenaikan jabatan sebagai Foreman IPAL.
Salah satu tugasnya adalah melakukan pengawasan terhadap sisa hasil pengolahan (SHP) dari proses pengolahan dan pemurnian nikel dengan teknologi High Pressure Acid Leach (HPAL) berupa dry tail. Dari Foreman IPAL, Yufita kini menempati posisi sebagai Analyst di Departemen Teknologi.
Pekerjaan kesehariannya menganalisa sampel produksi untuk memastikan kelayakan produk yang dihasilkan. Yufita mengaku bangga dapat menjadi bagian dari Harita Nickel. Sebab, ja dapat mengaplikasikan keilmuan yang telah dipelajari di perguruan tinggi, yakni Teknik Kimia di Universitas Muslim Indonesia untuk jenjang S1 dan bidang yang sama untuk jenjang S2 di Universitas Gadjah Mada. Terlebih sebagai warga lokal, dia dapat berkontribusi membangun daerahnya.
Baca juga:
“Suatu kebanggaan tersendiri dapat berkontribusi di Harita Nickel, perusahaan pertama yang menjadi penghasil bahan baku baterai kendaraan listrik di Indonesia. Mengingat di sini terdapat banyak teknologi baru yang digunakan dan tentunya dapat dipelajari seperti proses HPAL dan pengolahan nikel sulfat,” kata dia dengan bangga.
Yufita memiliki mimpi besar untuk mendorong akses pendidikan yang lebih berkualitas bagi masyarakat di Pulau Obi. Ia juga berharap anak muda di daerahnya memiliki kemauan besar untuk belajar sehingga dapat berprestasi di lingkup akademik maupun profesional.
Menurutnya, peluang kerja bagi para pemuda di Pulau Obi, secara umum Maluku Utara sebagai salah daerah yang memiliki kandungan nikel terbesar di Indonesia, terbuka lebar. Apalagi perusahaan tempatnya bekerja juga memberikan prioritas bagi warga lokal.
Dari 13 ribu lebih tenaga kerja di site, lebih dari 50 persen berasal dari Maluku Utara. Meski demikian, perempuan yang hobi membaca jurnal kala senggang itu juga mengakui bahwa pemuda di Maluku Utara masih minim keterampilan.
"Anak daerah Pulau Obi sangat minim dalam pendidikan, apalagi skill dalam teknik kimia, teknik sipil, atau teknik metalurgi. Saya pernah sampaikan ke perkumpulan anak-anak daerah dan juga manajemen perusahaan agar memberikan wadah bagi anak-anak Maluku Utara yang non-skill. Agar dibuat yang non-skill jadi punya skill melalui pelatihan," ujarnya.
Yufita telah membuktikan bahwa keterbatasan tidak menghalangi seseorang untuk meraih cita-cita. Meski terlahir di salah satu daerah Tertinggal, Terdepan dan Terluar (3T) di Maluku Utara, ia bisa meraih pendidikan tinggi hingga jenjang magister dan menerapkan ilmunya dengan berkarir di perusahaan penghasil bahan baterai kendaraan listrik pertama di Indonesia dan terbesar di dunia yang beroperasi bersebelahan dengan kampung halamannya.
“Anak muda harus produktif, inovatif, dan mampu bersaing dalam ranah positif di setiap pekerjaan kita,” kata Yufita. (*)