TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah kader dan aktivis Nahdlatul Ulama atau NU bergerilya untuk memperkenalkan calon presiden Anies Baswedan kepada warga Nahdliyin. Terbaru, mereka menyusun pertemuan antara mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut dengan mantan Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama atau PBNU Said Aqil Siradj di Pondok Pesantren Luhur Al-Tsaqafah di Jagakarta, Jakarta Selatan, Selasa, 21 Maret 2022.
Para kader ini tergabung dalam kelompok yang bernama Pergerakan Aktivis Nahdliyin Nusantara atau PeranNU for Anies Presiden 2024-2029. Kelompok yang dipimpin mantan Ketua PBNU Bidang Kerja Sama Antar Lembaga Keagamaan, Andi Jamaro Dulung, ikut menemani Anies di Pondok Pesantren milik Said Aqil tersebut.
"Memang kami yang meng-arrange pertemuan itu," kata Andi saat dihubungi, Kamis, 23 Maret 2023.
Andi menceritakan bahwa PeranNU diisi oleh eksponen maupun kader NU, meskipun tidak berada di dalam struktur kepengurusan PBNU saat ini. Kelompok ini didirikan untuk menginisiasi agar tokoh-tokoh kunci di NU bisa bertemu dengan Anies. Setelah bertemu, Andi mengklaim tokoh-tokoh NU memberikan apresiasi yang luar biasa.
Demi Menghapus Kesan Sektarian
Andi pun menyebut bahwa dukungan untuk Anies dari para aktivis NU di PeranNU dilandasi oleh alasan objektif. Mereka menilai Anies-lah yang terbaik yang memenuhi syarat untuk diberi amanat sebagai presiden dibandingkan tokoh lainnya.
Baca juga:
Bergerak dari alasan itu, Andi dan aktivis NU lainnya menemui Said untuk mengatur pertemuan. Andi mengklaim bahwa Said juga memiliki pandangan yang sama terhadap Anies. "Untuk perspektif kepentingan umat, Anies yang terbaik," kata Andi menggambarkan ucapan Said.
Pertemuan para aktivis NU dengan Said ini berlangsung pada 26 Februari 2023, dan dipublikasikan di media sosial PeranNU. Ketua Teritorial Pemenangan Pemilihan Umum Partai NasDem Effendy Choirie alias Gus Choi ikut hadir dalam pertemuan ini. Gus Choi adalah Ketua Dewan Pengarah PeranNU.
Selain menilai Anies sebagai calon presiden yang terbaik, ada alasan khusus lainnya bagi para aktivis NU ini mendukung mantan Menteri Pendidikan tersebut. Salah satunya karena mereka melihat, Anies selama ini ditafsirkan sebagai calon presiden yang sektarian, kelompok kanan, terkait gerakan politik identitas, dan sebagainya.
Sementara, kelompok-kelompok dari NU belum ada di belakang Anies. Oleh sebab itulah, Andi dan para kader di PeranNU masuk mendukung Anies agar tafsir dan kesan terhadap Anies tersebut sedikit demi sedikit akan teranulir. Para aktivis dan eksponen di PeranNU pun memanfaatkan jaringan yang mereka punya untuk membantu Anies. "Itu yang ingin dicapai," kata dia.
Selain itu, Andi juga menangkap kesan bahwa banyak kader NU yang ingin bertemu dan mengenal Anies tapi belum punya saluran. Inilah yang kemudian dikerjakan PeranNU untuk membukakan pintu bagi Anies bertemu. Andi sadar NU secara organisasi tak boleh memberi dukungan ke siapapun.
"Tetapi oleh PBNU diberi ruang elastis, siapapun warga NU yang ingin menunaikan hak politik, silakan saja. NU enggak boleh digiring ke satu tempat saja," ujarnya.