TEMPO Interaktif, Banyuwangi:Hingga awal Maret ini Pemerintah belum berhasil bekerja sama dengan maskapai penerbangan untuk Bandar Udara Banyuwangi. Padahal targetnya, bandar udara di Desa Blimbingsari, Kecamatan Rogojampi ini, sudah harus dioperasionalkan pada Maret 2009.
Bulan Februari lalu, maskapai Lion Air sudah menjajaki akan berinvestasi di Bandar Udara Banyuwangi. Namun menurut Pelaksana harian Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Banyuwangi, Turhadi minat Lion Air itu baru sebatas lisan. Hingga kini, katanya, belum ada tindaklanjut kesepakatan tertulis.
Menurut Turhadi, kondisi fisik bandara juga belum mencukupi untuk pesawat jenis ATR berkapasitas 50 tempat duduk milik Lion Air. Sebab, izin operasional bandara hanya untuk jenis cassa dengan 20 tempat duduk.
Belum lakunya Bandar Udara Banyuwangi ini tidak sebanding dengan besarnya biaya pembangunan yang sudah dicairkan Pemerintah Pusat sejak 2004-2008, sebesar Rp 22,8 miliar. Sedangkan dari APBD Kabupaten Banyuwangi total anggaran pembebasan lahan mencapai Rp 56 miliar.
Ketua Aliansi Masyarakat Anti Korupsi Banyuwangi Tulus Sujianto pesimis kalau pembangunan bandara ini akan menguntungkan bagi Kabupaten. Karena sejak awal, perencanaan bandara ini tidak dibarengi dengan kesiapan investor. Apalagi belakangan proyek ini justru menjadi ladang korupsi bagi sepuluh pejabat yang saat ini jadi tersangka. "Besar kemungkinan proyek ini hanya untuk mencari keuntungan dari pembebasan tanah," katanya.
IKA NINGTYAS