Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Hari Ini 111 Tahun Amir Hamzah: Cerita Sastrawan Korban Revolusi Sosial

Reporter

Editor

Dwi Arjanto

image-gnews
Amir Hamzah. Foto : Kemendikbud
Amir Hamzah. Foto : Kemendikbud
Iklan

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Mendapat penolakan Sultan Langkat, Amir justru semakin dalam terlibat dalam gerakan nasionalis dan membuatnya mendapat pengawasan Belanda secara ketat. Bahkan, studi hukumnya menjadi tertunda dan pada 1937 ia belum menyelesaikan studinya.

Pengaruh Amir dalam gerakan nasionalis semakin mengkhawatirkan Belanda dan membuat Belanda meyakinkan Sultan Langkat supaya menarik Amir pulang.

Akhirnya, pada 1937 Amir kembali ke Sumatra dan setibanya di Sumatra ia diberitahu bahwa ia akan menikah dengan putri tertua Sultan Langkat, yaitu Tengkoe Putri Kamiliah. Setelah menikah dengan Kamiliah, Amir memiliki gelar Tengkoe Pangeran Indra Poetera dan ia memiliki anak bernama Tengkoe Tahoera. Amir semakin disibukan dengan tugasnya di Kesultanan Langkat dan membuatnya jarang berkorespondensi dengan teman-temannya di Jawa.

Setelah Proklamasi Kemerdekaan, kesluruhan Pulau Sumatra dinyatakan sebagai bagian dari Republik Indoneisa dan Teuku Muhammad Hasan menjadi gubernur pertama Pulau Sumatra.

Pada 29 Oktober 1945, Hasan memilih Amir sebagai wakil pemerintah Indonesia di Langkat dan Amir menerima posisi tersebut.

Selanjutnya, Amir menangani banyak tugas, salah satunya adalah meresmikan divisi lokal pertama dari Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan membuka pertemuan berbagai cabang lokal dari berbagai parati politik nasional.

Di sisi lain, Revolusi Nasional Indonesia sedang berkobar dan kondisi Indonesia menjadi tidak stabil. Pada 1946, terdenganr suatu rumor bahwa Amir terlihat bersantap dengan perwakilan pemerintah Belanda yang kembali ke Sumatra.

Para bangsawan di Langkat menyadari tumbuhnya benih-benih kerusuhan dan pada 7 Maret 1946 terjadi revolusi sosial yang dimotori oleh faksi-faksi dari Partai Komunis Indonesia yang menentang feodalisme dan kaum bangsawan.

Saat itu, kekuasaan Amir dilucuti dan ia ditangkap. Bersama dengan anggota kesultanan yang lain, ia dikirim ke sebuah perkebunan yang dikuasai faksi Komunis di Kwala Begumit dan di sana ia dipaksa untuk menggali lubang dan disiksa.

Pada 20 Maret 1946, Amir Hamzah meninggal dengan 26 orang tahanan lainnya serta dimakamkan pada sebuah kuburan massal. Pada November 1949, jenazah Amir dipindahkan ke Masjid Aziziz, Tanjung Pura dan Amir diangkat menjadi pahlawan Nasional pada 1975.

Baca juga: Hari Ini 186 Tahun Lalu Mark Twain Lahir: Perjalanan Sastrawan Amerika Serikat

EIBEN HEIZIER

 

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

3 Fakta Cut Nyak Dhien di Sumedang, Mengajar Agama dan Disebut Ibu Suci

5 hari lalu

Sejumlah siswa meliha foto pahlawan Cut Nyak Dhien saat bermain di sekolah yang terbengkalai di SDN 01 Pondok Cina, Depok, Jawa Barat, 27 Agustus 2015. Tempo/M IQBAL ICHSAN
3 Fakta Cut Nyak Dhien di Sumedang, Mengajar Agama dan Disebut Ibu Suci

Cut Nyak Dhien sangat dihormati masyarakat Sumedang dan dijuluki ibu perbu atau ibu suci. Ia dimakamkan di tempat terhormat bangsawan Sumedang.


Kisah Cut Nyak Dhien Ditetapkan Sebagai Pahlawan Nasional 60 Tahun Lalu, Rakyat Aceh Menunggu 8 Tahun

5 hari lalu

Cut Nyak Dien. peeepl.com
Kisah Cut Nyak Dhien Ditetapkan Sebagai Pahlawan Nasional 60 Tahun Lalu, Rakyat Aceh Menunggu 8 Tahun

Perlu waktu bertahun-tahun hingga akhirnya pemerintah menetapkan Cut Nyak Dhien sebagai pahlawan nasional.


Kisah Ki Hadjar Dewantara Sebelum Jadi Bapak Pendidikan: Wartawan Kritis Musuh Belanda

5 hari lalu

Kepala Kejaksaan Tinggi Negeri Yogyakarta Tony Spontana menaburkan bunga di nisan Nyi Hadjar Dewantara dalam peringatan hari pendidikan nasional di Taman Makam Wijaya Brata, Yogyakarta, 2 Mei 2016. Upacara dan ziarah makam tersebut dihadiri ratusan siswa/i serta keluarga besar Ki Hadjar Dewantara. TEMPO/Pius Erlangga
Kisah Ki Hadjar Dewantara Sebelum Jadi Bapak Pendidikan: Wartawan Kritis Musuh Belanda

Sebelum memperjuangkan pendidikan, Ki Hadjar Dewantara adalah wartawan kritis kepada pemerintah kolonial. Ia pun pernah menghajar orang Belanda.


Mengenang Umar Kayam, Sastrawan dan Akademisi yang Lebih Dikenal sebagai Bintang Film

6 hari lalu

Umar Kayam. TEMPO/Rully Kesuma
Mengenang Umar Kayam, Sastrawan dan Akademisi yang Lebih Dikenal sebagai Bintang Film

Mengenang Umar Kayam, pemeran Sukarno dalam film Pengkhianatan G30S/PKI. Kakek Nino RAN ini seorang sastrawan dan Guru Besar Fakultas Sastra UGM.


18 Tahun Kepergian Pramoedya Ananta Toer, Kisah dari Penjara ke Penjara

6 hari lalu

Pramoedya Ananta Toer. Wikipedia/Lontar Foundation
18 Tahun Kepergian Pramoedya Ananta Toer, Kisah dari Penjara ke Penjara

Sosok Pramoedya Ananta Toer telah berpulang 18 tahun lalu. Ini kisahnya dari penjara ke penjara.


Mengenang Penyair Joko Pinurbo dan Karya-karyanya

8 hari lalu

Sastrawan Joko Pinurbo. Dok.TEMPO/Suryo Wibowo
Mengenang Penyair Joko Pinurbo dan Karya-karyanya

Penyair Joko Pinurboatau Jokpin identik dengan sajak yang berbalut humor dan satir, kumpulan sajak yang identik dengan dirinya berjudul Celana.


Joko Pinurbo di Mata Rekan Penulis: Ramah dan Cerdas

9 hari lalu

Sastrawan Joko Pinurbo saat menghadiri acara Kompasianival di Lippo Mall, Jakarta Timur, Sabtu, 21 Oktober 2017. Tempo/M JULNIS FIRMANSYAH
Joko Pinurbo di Mata Rekan Penulis: Ramah dan Cerdas

Sejumlah teman sejawat membagikan kesan mereka terhadap sosok Joko Pinurbo yang dikenal cerdas, suka membantu, dan ramah.


Mengenang Kepergian Joko Pinurbo, Berikut 5 Puisi Karyanya yang Perlu Disimak

9 hari lalu

Sastrawan Joko Pinurbo. Dok.TEMPO/Suryo Wibowo
Mengenang Kepergian Joko Pinurbo, Berikut 5 Puisi Karyanya yang Perlu Disimak

Selain meninggalkan istri dan dua anak, Joko Pinurbo meninggalkan warisan karya-karya puisi. berikut beberapa di antaranya.


Joko Pinurbo Sematkan 3 Puisi di Instagram, Ingatkan Tentang Kepergian?

10 hari lalu

Penyair Joko Pinurbo membaca puisi di makam Udin di Trirenggo, Bantul. Joko Pinurbo membaca puisi dalam acara ziarah ke makam Udin, bagian dari peringatan 19 tahun meninggalnya Udin yang digagas Aliansi Jurnalis Independen Yogyakarta. TEMPO/ Shinta Maharani
Joko Pinurbo Sematkan 3 Puisi di Instagram, Ingatkan Tentang Kepergian?

Joko Pinurbo juga meninggalkan karya-karyanya yang sangat lekat dengan pembaca


Joko Pinurbo Wafat, Novelis Okky Madasari : Karyanya Diam-diam Soal Perlawanan

10 hari lalu

Sastrawan Joko Pinurbo. Dok.TEMPO/Suryo Wibowo
Joko Pinurbo Wafat, Novelis Okky Madasari : Karyanya Diam-diam Soal Perlawanan

Penulis Okky Madasari mengungkapkan duka atas kepergian sastrawan Joko Pinurbo