Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Hari Ini 111 Tahun Amir Hamzah: Cerita Sastrawan Korban Revolusi Sosial

Reporter

Editor

Dwi Arjanto

image-gnews
Amir Hamzah. Foto : Kemendikbud
Amir Hamzah. Foto : Kemendikbud
Iklan

Di periode muda inilah, Amir menulis puisi pertamanya. Menurut Husny, Amir menulis puisi pertamanya karena ia patah hati setelah menemukan bahwa Aja bun telah menikah dengan pria lain tanpa sepengetahuan Amir. Sedangkan, Dini berpendapat lain, puisi pertama yang ditulis oleh Amir karena ia sangat rindu dengan ayah dan bundanya.

Setelah menyelesaikan studinya di Mulo Menjangan, Amir melanjutkan studinya ke Algemene Middelbare School (AMS) yang dijalankan oleh Boedi Oetomo di Surakarta. Di sana, Amir belajar Sastra timur dan juga bahasa, seperti bahasa Jawa, Sanskerta, dan Arab.

Saat menempuh studinya tersebut, Amir berjumpa dengan beberapa penulis, seperti Armijn Pane dan Achdiat Karta Mihardja. Selain itu, saat di Surakarta, Amir bergabung ke dalam gerakan nasionalis dan ia banyak bertemu dengan sesama perantau dari Sumatra serta banyak mendiskusikan masalah sosial rakyat Melayu Nusantara di bawah kekuasaan kolonial Belanda.

Di tahun 1930, Amir menjadi kepala cabang Indonesia Moeda di surakarta dan ia menyampaikan pidato dalam Kongres Pemuda 1930. Ia juga menjadi editor bagi majalah Garoeda Merapi.

Saat menempuh studi, Amir bertemu dengan Ilik Soendari dan ia jatuh cinta dengannya. Amir banyak mengajari Soendari bahasa Arab dan Soendari mengajari Amir bahasa Jawa.

Di tahun 1931, ibunda Amir meninggal dan ayahnya meninggal satu tahun kemudian. Otomatis, meninggalnya kedua orang tua Amir membuat ia tidak bisa dibiayai lagi. Akhirnya, setelah mernyelesaikan studi AMS-nya, Amir menulis surat kepada saudaranya supaya mengatur biaya studi lanjutanyya dibayar oleh Sultan Langkat. Pada 1932, Amir kembali ke Batavia dan memulai studi ilmu hukumnya dan ia mengambil pekerjaan paruh waktu sebagai guru.

Pada 1933, Amir dipanggil ke Langkat dan Sultan Langkat memberitahukan dua syarat yang harus dipenuhi oleh Amir jika ingin melanjutkan studinya, yaitu ia harus menjadi siswa yang rajin dan meninggalkan gerakan kemerdekaan Indonesia.

Selanjutnya: Mendapat penolakan Sultan Langkat, Amir semakin...

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

3 Fakta Cut Nyak Dhien di Sumedang, Mengajar Agama dan Disebut Ibu Suci

5 hari lalu

Sejumlah siswa meliha foto pahlawan Cut Nyak Dhien saat bermain di sekolah yang terbengkalai di SDN 01 Pondok Cina, Depok, Jawa Barat, 27 Agustus 2015. Tempo/M IQBAL ICHSAN
3 Fakta Cut Nyak Dhien di Sumedang, Mengajar Agama dan Disebut Ibu Suci

Cut Nyak Dhien sangat dihormati masyarakat Sumedang dan dijuluki ibu perbu atau ibu suci. Ia dimakamkan di tempat terhormat bangsawan Sumedang.


Kisah Cut Nyak Dhien Ditetapkan Sebagai Pahlawan Nasional 60 Tahun Lalu, Rakyat Aceh Menunggu 8 Tahun

5 hari lalu

Cut Nyak Dien. peeepl.com
Kisah Cut Nyak Dhien Ditetapkan Sebagai Pahlawan Nasional 60 Tahun Lalu, Rakyat Aceh Menunggu 8 Tahun

Perlu waktu bertahun-tahun hingga akhirnya pemerintah menetapkan Cut Nyak Dhien sebagai pahlawan nasional.


Kisah Ki Hadjar Dewantara Sebelum Jadi Bapak Pendidikan: Wartawan Kritis Musuh Belanda

5 hari lalu

Kepala Kejaksaan Tinggi Negeri Yogyakarta Tony Spontana menaburkan bunga di nisan Nyi Hadjar Dewantara dalam peringatan hari pendidikan nasional di Taman Makam Wijaya Brata, Yogyakarta, 2 Mei 2016. Upacara dan ziarah makam tersebut dihadiri ratusan siswa/i serta keluarga besar Ki Hadjar Dewantara. TEMPO/Pius Erlangga
Kisah Ki Hadjar Dewantara Sebelum Jadi Bapak Pendidikan: Wartawan Kritis Musuh Belanda

Sebelum memperjuangkan pendidikan, Ki Hadjar Dewantara adalah wartawan kritis kepada pemerintah kolonial. Ia pun pernah menghajar orang Belanda.


Mengenang Umar Kayam, Sastrawan dan Akademisi yang Lebih Dikenal sebagai Bintang Film

6 hari lalu

Umar Kayam. TEMPO/Rully Kesuma
Mengenang Umar Kayam, Sastrawan dan Akademisi yang Lebih Dikenal sebagai Bintang Film

Mengenang Umar Kayam, pemeran Sukarno dalam film Pengkhianatan G30S/PKI. Kakek Nino RAN ini seorang sastrawan dan Guru Besar Fakultas Sastra UGM.


18 Tahun Kepergian Pramoedya Ananta Toer, Kisah dari Penjara ke Penjara

6 hari lalu

Pramoedya Ananta Toer. Wikipedia/Lontar Foundation
18 Tahun Kepergian Pramoedya Ananta Toer, Kisah dari Penjara ke Penjara

Sosok Pramoedya Ananta Toer telah berpulang 18 tahun lalu. Ini kisahnya dari penjara ke penjara.


Mengenang Penyair Joko Pinurbo dan Karya-karyanya

8 hari lalu

Sastrawan Joko Pinurbo. Dok.TEMPO/Suryo Wibowo
Mengenang Penyair Joko Pinurbo dan Karya-karyanya

Penyair Joko Pinurboatau Jokpin identik dengan sajak yang berbalut humor dan satir, kumpulan sajak yang identik dengan dirinya berjudul Celana.


Joko Pinurbo di Mata Rekan Penulis: Ramah dan Cerdas

9 hari lalu

Sastrawan Joko Pinurbo saat menghadiri acara Kompasianival di Lippo Mall, Jakarta Timur, Sabtu, 21 Oktober 2017. Tempo/M JULNIS FIRMANSYAH
Joko Pinurbo di Mata Rekan Penulis: Ramah dan Cerdas

Sejumlah teman sejawat membagikan kesan mereka terhadap sosok Joko Pinurbo yang dikenal cerdas, suka membantu, dan ramah.


Mengenang Kepergian Joko Pinurbo, Berikut 5 Puisi Karyanya yang Perlu Disimak

9 hari lalu

Sastrawan Joko Pinurbo. Dok.TEMPO/Suryo Wibowo
Mengenang Kepergian Joko Pinurbo, Berikut 5 Puisi Karyanya yang Perlu Disimak

Selain meninggalkan istri dan dua anak, Joko Pinurbo meninggalkan warisan karya-karya puisi. berikut beberapa di antaranya.


Joko Pinurbo Sematkan 3 Puisi di Instagram, Ingatkan Tentang Kepergian?

10 hari lalu

Penyair Joko Pinurbo membaca puisi di makam Udin di Trirenggo, Bantul. Joko Pinurbo membaca puisi dalam acara ziarah ke makam Udin, bagian dari peringatan 19 tahun meninggalnya Udin yang digagas Aliansi Jurnalis Independen Yogyakarta. TEMPO/ Shinta Maharani
Joko Pinurbo Sematkan 3 Puisi di Instagram, Ingatkan Tentang Kepergian?

Joko Pinurbo juga meninggalkan karya-karyanya yang sangat lekat dengan pembaca


Joko Pinurbo Wafat, Novelis Okky Madasari : Karyanya Diam-diam Soal Perlawanan

10 hari lalu

Sastrawan Joko Pinurbo. Dok.TEMPO/Suryo Wibowo
Joko Pinurbo Wafat, Novelis Okky Madasari : Karyanya Diam-diam Soal Perlawanan

Penulis Okky Madasari mengungkapkan duka atas kepergian sastrawan Joko Pinurbo