TEMPO.CO, Jakarta - Staf Ahli Menteri Agama Bidang Manajemen Komunikasi dan Informasi, Oman Faturrahman, mengatakan kementeriannya akan memberi penyuluhan kepada takmir masjid terkait literasi keagaman saat mengundang penceramah. Hal tersebut merujuk pada temuan penelitian Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) soal masjid dan penceramah yang terpapar radikalisme.
"Yang kami lakukan sekarang adalah training terhadap takmir masjidnya," kata Oman saat ditemui Tempo di Hotel Ayana Mid Plaza, Jakarta, Rabu, 21 November 2018.
Baca: Soal Masjid Terpapar Radikalisme, Hidayat: Seharusnya Tak Diumbar
Badan Intelijen Negara atau BIN sebelumnya melakukan pendekatan dan pengawasan terhadap puluhan penceramah yang berpotensi menyebarkan radikalisme. Pendekatan dan pengawasan dilakukan setelah ditemukannya 41 masjid di lingkungan kantor pemerintahan yang terpapar paham tersebut.
Menurut Oman, penyuluhan terhadap takmir menjadi penting berkaitan dengan masjid yang terpapar radikalisme. Sebab, kata dia, takmir masjid harus diberi penyuluhan agar dapat memilih penceramah yang tak menyebar provokasi radikalisme. "Ini kan problemnya di masjid-masjid itu kan penceramahnya, isi ceramahnya, itu mengandung radikalisme. Kami sasar sekarang takmirnya punya literasi keagamaan ketika mengundang penceramah," kata dia.
Baca Juga:
Oman mengatakan Kemenag tak terlalu berfokus pada penceramah yang mengarah pada radikalisme. Menurut dia, hal itu merupakan domain ormas seperti Majelis Ulama Indonesia dan lainnya. "Kami lebih kepada takmir masjid, tentu kami memfasilitasi bagaimana supaya itu tidak menimbulkan chaos lah," ujarnya.
Baca: BIN Bina 50 Lebih Dai Terkait 41 Masjid Terpapar Radikalisme
Kemenag, kata Oman, selalu menjadikan isu radikalisme ini sebagai fokus pemerintah. Menurut dia, salah satu visi Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin untuk mengatasi radikalisme adalah dengan prinsip moderasi beragama. "Bagaimana kami mendorong sikap-sikap untuk selalu berada di tengah-tengah di antara kutub-kutub ekstrim dalam beragama. Itu saya kira visi dari Menag," kata dia.
Juru bicara BIN Wawan Hari Purwanto, mengatakan hingga saat ini lembaganya masih memberdayakan secara intensif para penceramah tersebut hingga tidak lagi menyampaikan paham radikalisme. Pembinaan tersebut mulai dari pendekatan hingga literasi agar ceramah yang disampaikan berisikan pesan-pesan yang menyejukkan. "Ini upaya agar penyebaran paham radikal tidak menyebar lebih luas," kata Wawan, Selasa, 20 November 2018.
Baca: BIN Sebut Ada Puluhan Penceramah Diduga Berpaham Radikal