TEMPO.CO, Jakarta - Badan Intelijen Negara (BIN) telah melakukan pembinaan terhadap 50 lebih penceramah terkait temuan adanya puluhan masjid di lingkungan kantor pemerintahan yang terpapar paham radikalisme.
Baca: Polri Awasi 41 Masjid Terpapar Radikalisme Temuan BIN
"Sudah lima puluhan dai atau penceramah yang telah kami lakukan pembinaan sejak ditemukan masjid-masjid yang terpapar radikalisme itu," ujar juru bicara BIN, Wawan Hari Purwanto saat ditemui di Jakarta Selatan, Selasa 20 November 2018.
Wawan mengatakan pembinaan tersebut masih berjalan secara intensif. Tujuannya agar para penceramah itu tidak lagi menyampaikan paham radikalisme.
Pembinaan yang dilakukan dengan pendekatan hingga literasi agar ceramah yang mereka sampaikan menyejukkan. Menurut Wawan, saat ini masih ada sejumlah penceramah yang berada dalam pengawasan BIN.
Wawan menambahkan, langkah yang dilakukan BIN tersebut sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) terkait adanya 41 masjid di lingkungan Kementerian dan BUMN yang terpapar paham radikalisme. Survei tersebut dilakukan terhadap kegiatan khotbah yang disampaikan beberapa penceramah di masjid tersebut.
Baca: Survei 41 Masjid Terpapar Radikalisme, BIN: Ceramah Harus Sejuk
Menurut Wawan, meski penelitian itu dilakukan pada 2017 setelah pemilihan Gubernur DKI Jakarta, temuan tersebut masih relevan untuk ditindaklanjuti. "Untuk tindak lanjutnya kami lakukan pendalaman," ujarnya.
Wawan berpendapat keberadaan masjid di lingkungan kementerian dan BUMN perlu dijaga dari penyebaran paham radikalisme termasuk ujaran kebencian terhadap kalangan tertentu.
Selain melakukan pembinaan terhadap penceramah, BIN juga melakukan upaya dini penghentian penyebaran paham radikalisme dengan memberikan pemberdayaan kepada penceramah atau dai terutama dalam memberikan ceramah. "Selanjutnya dilakukan pemberdayaan dai untuk dapat memberikan ceramah yang menyejukkan dan mengonter paham radikal di masyarakat," ujarnya.