TEMPO.CO, Jakarta - Wali Kota Palu Hidayat mengaku tak pernah menerima dokumen atau peta hasil penelitian zona bahaya likuifaksi di wilayahnya. Ia mengatakan telah mengecek dokumen yang dimaksud ke pihak terkait, yakni Dinas Tata Ruang.
Baca juga: Kenapa Petobo Terdampak Paling Parah Likuifaksi? Simak Kata Ahli
"Tidak ada tim ahli geologi (yang datang) dan kami juga tidak memiliki tim itu," kata Hidayat saat ditemui di rumah dinas Wakil Wali Kota Palu, Jalan Balai Kota Timur, Palu, Sulawesi Tengah, Rabu, 10 Oktober.
Hidayat mengatakan selama ini dokumen yang ada hanya peta titik kumpul untuk evakuasi korban saat bencana. Peta itu pun berasal dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
Sebelumnya dikabarkan, riset tentang daerah likuifaksi di Sulawesi Tengah itu dilakukan oleh peneliti Geologi Teknik dari Pusat Air Tanah Dan Geologi Lingkungan Badan Geologi, Taufik Wira Buana, pada 2012. Peta tersebut telah diserahkan pada pemda setempat.
Ada tiga keterangan dalam peta. Ketiganya menggambarkan probabilitas terjadinya likuifaksi. Tiga daerah itu meliputi titik yang sangat tinggi, tinggi, dan rendah berpotensi terjadi likuifaksi.
Meski mengaku tak pernah menerima data dari ahli geologi, Hidayat memastikan akan banyak peneliti yang membantu daerahnya dalam masa rekonstruksi nanti. "Saya dengar ada ahli sudah datang. Ahli itu nanti yang akan ikut memetakan daerah rawan," katanya.
Para ahli geologi pun disebut akan membuat zonasi yang dapat menjadi rujukan bagi pemerintah untuk membangun huntara atau hunian sementara bagi para korban terdampak gempa. Saat ini, titik-titik huntara untuk pengungsi terdampak likuifaksi Balaroa dan Petobo sudah dirancang.
Baca juga: Gempa Palu, 2.736 Bangunan Sekolah Rusak
Likuifaksi didefinisikan sebagai pencairan tanah atau proses hilangnya kekuatan tanah. Daya dukung tanah menjadi tidak ada karena proses pencairan atau pembuburan. Fenomena ini terjadi akbait efek guncangan gempa bumi. Efeknya dirasakan secara lokal dan masif. Artinya, ada yang menjangkau area tertentu, namun juga ada yang berdampak membuat kerusakan pada area yang luas.
Likuifaksi akibat gempa di Sulawesi Tengah dirasakan oleh beberapa daerah. Di antaranya Balaroa, Patobo, dan Sigi. Imbas kejadian itu, sekitar 5.000 warga diperkirakan hilang dan ribuan rumah ambles.