TEMPO.CO, Jakarta – Menantu mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Daoed Joesoef, Bambang Pharmasetiawan, menceritakan ada gagasan mertuanya yang belum selesai hingga meninggal di usia 91 tahun. Ia menyebut Daoed Joesoef belum menyelesaikan konsep Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan (NKK/BKK) Jilid II, lanjutan dari kebijakan yang pernah dikeluarkannya ketika menjabat sebagai Mendikbud di era Presiden Soeharto.
“Ada yang belum selesai, yakni NKK/BKK Jilid II. Mungkin konsep itu sampai sekarang masih berserakan di perpustakaannya,” kata Bambang di rumah duka, Jalan Bangka VII Dalam, Jakarta Selatan pada Rabu, 24 Januari 2018.
Kebijakan NKK BKK berlaku resmi setelah Daoed Joesoef, Menteri Pendidikan era Soeharto, mengeluarkan Surat Keputusan (SK) Nomor 0156/U/1978 tentang Normalisasi Kehidupan Kampus. Ini menyebabkan kampus menjadi kawasan steril dari aktivitas politik. Dengan SK itu, mahasiswa tidak boleh melakukan kegiatan bernuansa politik.
Baca: Daoed Joesoef, Menulis Dua Buku di Usia Senja
Kebijakan NKK/BKK muncul setelah peristiwa mahasiswa yang berhasil menumbangkan Orde Lama pimpinan Presiden Soekarno. Organisasi mahasiswa seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) atau Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), tumbuh subur.
Mahasiswa pun kerap berunjuk rasa mengkritik pemerintah. Misalnya, mahasiswa mengkampanyekan golongan putih pada Pemilu 1971, setelah pemilu dianggap tidak lagi berjalan jujur dan adil. Aksi mahasiswa semakin meluas saat pemerintah akan membangun Taman Mini Indonesia Indah pada 1973. Hingga puncaknya terjadi pada protes mahasiswa terhadap dominasi modal asing di Indonesia pada 15 Januari 1974. Peristiwa Malapetaka 15 Januari atau Malari itu bertepatan saat Perdana Menteri Jepang Kakuei Tanaka mengunjungi Ibu Kota.
Bambang menceritakan, sejak awal Daoed sudah sadar akan resiko kebijakannya itu. Dia sudah tahu sejak awal jika kebijakan melarang politik masuk kampus itu akan menuai banyak kontroversi. “Bapak sangat sadar akan itu, tapi dia orang yang visioner dan konsisten,” kata dia.
Baca: Sahabat Daoed Joesoef Jelaskan Kontroversi NKK BKK di Orde Baru
Sebagai orang terdekat Daoed Joesoef, kata Bambang, dia pun mengaku sulit memahami pemikiran Daoed. Untuk memahami tulisan-tulisan Daoed misalnya, dia harus membaca ulang dua hingga tiga kali. “Tulisan beliau itu filosofis, harus mengernyitkan dahi dulu baru mengerti,” kata dia.
Bambang mengatakan, suatu kali ada Ketua Dewan Mahasiswa yang begitu menolak gagasan NKK/BKK dan sempat dinon-aktifkan dari jabatannya karena kebijakan Daoed. Lalu, beberapa tahun kemudian bertemu secara tidak sengaja di pasar ikan. “Dia berkata pada Pak Daoed, You are right, and I am wrong,” ujar Bambang.