TEMPO.CO, Jakarta - Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengatakan boleh saja jika ada yang menyebutnya berpotensi menjadi calon presiden atau menjadi wakil presiden mendampingi Joko Widodo di Pilpres 2019. "Loh orang persepsi boleh-boleh saja," ucapnya di Markas Komando Pasukan Khusus TNI, Kamis, 7 Desember 2017.
Gatot juga tidak mau mengambil pusing soal dirinya akan menjadi lawan Jokowi di Pemilihan Presiden 2019 nanti. "Mau saya dibilang gitu, mau jadi wakil, sah-sah saja," tuturnya.
Baca juga: Panglima TNI Gatot Nurmantyo: Kata Siapa Politik Asyik?
Sebelumnya Survei Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (KedaiKOPI) pada Oktober lalu, mencatat elektabilitas Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo sebagai calon wakil presiden pendamping Joko Widodo berada di angka 12 persen.
Dalam survei CSIS pada September lalu, elektabilitas Gatot Nurmantyo berada di kisaran 1,8 persen. Jumlah ini naik dari tahun lalu yang hanya 0 persen. Peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Arya Fernandes, mengatakan tidak mudah bagi Jenderal TNI Gatot Nurmantyo untuk bisa bertarung dalam pemilihan presiden 2019. Menurut Arya, Gatot akan kesulitan menjaga elektabilitasnya, terutama setelah ia pensiun sebagai Panglima TNI.
Arya menjelaskan, saat ini Gatot diuntungkan karena posisinya sebagai panglima TNI. Namun bila ia pensiun, ia akan butuh usaha yang sangat keras agar bisa mendapatkan perhatian publik. Menurut Arya, bila Gatot benar-benar berminat maju dalam Pilpres 2019, maka ia pasti akan melakukan upaya keras itu.
Baca juga: Gatot Nurmantyo Harus Kerja Keras Jika Ikut Pilpres, Peluangnya?
Presiden Joko Widodo mengirimkan surat permohonan persetujuan pemberhentian dengan hormat Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dan pengangkatan KSAU Marsekal Hadi Tjahjanto sebagai calon Panglima TNI. Surat tersebut diserahkan Menteri Sekretaris Negara Pratikno kepada Wakil Ketua DPR, Fadli Zon, Senin 4 Desember 2017.
Gatot Nurmantyo kemudian menghadap dan meminta Presiden Jokowi segera melakukan pelantikan pada panglima baru. "Sehingga tidak ada nuansa pergantian," ucap Gatot.