TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan pengusaha yang namanya ada di Paradise Papers tidak selalu negatif. Sebab, kata dia, ada dua motif orang membuat perusahaan di luar negeri.
"Motif pertama, tentu ingin menghindari pajak," kata JK di Kantor Wapres, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta, Selasa, 7 November 2017. Sedangkan motif kedua, ujar JK, adalah memudahkan bisnis yang dia lakukan.
Contoh motif kedua, JK melanjutkan, adalah dalam hal mendapatkan akses ke luar dan dalam negeri. Pengusaha tersebut membuat perusahaan di luar negeri supaya mendapat kredit dari luar negeri, kemudian dipakai di dalam negeri. "Itu juga positif, tidak semua negatif," ujar JK.
Baca juga: Direktur CITA Mendorong Dirjen Pajak Usut Temuan Paradise Papers
Sementara itu, jika tujuannya menyembunyikan kekayaan agar tidak membayar pajak, JK menilainya sebagai hal yang negatif.
Seperti diketahui, sejumlah pebisnis dan politikus di Indonesia diduga masuk ke daftar klien Appleby dan Asiaciti Trust, yang terungkap dalam laporan terbaru hasil kolaborasi investigasi International Consortium of Investigative Journalists (ICIJ), Paradise Papers. Nama-nama tersebut di antaranya Prabowo Subianto, Sandiaga Uno, dan Thomas Trikasih Lembong.
Konsorsium jurnalis ICIJ tahun lalu juga mengungkap perusahaan cangkang milik tokoh-tokoh besar dalam investigasi Panama Papers, yang memuat sekitar 1.000 nama orang Indonesia. Kali ini, 40 dari 215 nama orang Indonesia yang muncul dalam Paradise Papers adalah politikus dan pebisnis yang memiliki pengaruh besar di negeri ini.
Baca juga: Paradise Papers Ungkap Kekayaan Tersembunyi Elite Dunia
JK mengatakan pengusaha adalah orang yang banyak akal. Karena itu, mempunyai perusahaan di luar negeri adalah hal yang wajar selama mereka membayar pajak. "Ya, namanya pengusaha kan banyak akalnya kan, asalkan tetap bayar pajak," ucapnya.