TEMPO.CO, Jakarta - Bakal calon gubernur Jakarta, Pramono Anung, mengatakan, pertemuan dengan Wakil Presiden ke-10 dan ke-11, Jusuf Kalla, bukan urusan dukung mendukung dalam Pilkada Jakarta. Ia mengatakan, bersama pendampingnya, Rano Karno, ingin mendengarkan pengalaman Jusuf Kalla mengatasi sejumlah masalah di Jakarta.
"Saya datang ke Pak JK (Jusuf Kalla) bukan urusan dukung mendukung. Tetapi silaturahmi, dan saya belajar banyak selama mendampingi beliau ketika menjadi Wapres," kata Pramono saat ditemui di kawasan Brawijaya, Senin 9 September 2024.
Pramono menilai, Jusuf Kalla merupakan sosok di balik selesainya masalah banjir di jalan menuju Bandara Soekarno Hatta. Ia ingin mendengarkan cerita Jusuf Kalla. "Kami juga banyak bertanya kepada Pak JK tentang berbagai hal dan keberanian mengambil keputusan," kata Pramono.
Pramono mengaku mendapat pesan untuk memimpin Jakarta dengan tenang, santun, dan fokus. Pun berani mengambil keputusan. "Mudah-mudahan saya akan melakukan itu dengan sungguh-sungguh," kata Pramono.
Jusuf Kalla mengatakan, sudah lama mengenal Pramono. Ia dan Pramono sudah lama bekerja sama di pemerintahan. Ia menilai, Pramono merupakan sosok pekerja keras.
"Beliau tak meledak-ledak kayak Ahok (Basuki Tjahaja Purnama). Tapi dia pekerja keras. Saya jamin itu," kata Jusuf Kalla.
JK dikenal dekat dengan mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Anies kerap berdiskusi dengan Jusuf kalla yang saat itu masih menjabat Wakil Presiden. Anies sebelumnya gagal mendapat tiket maju lagi ke Pilkada DKI.
Partai-partai yang awalnya mendukung dia seperti PKS, PKB, dan NasDem memilih balik badan mengusung Ridwan Kamil. Mantan Gubernur Jawa Barat itu didukung oleh koalisi pendukung Prabowo-Gibran di Pilpres 2024.
Saat itu Ridwan Kamil hampir maju melawan kotak kosong karena Anies ditinggal 3 partai pendukungnya. Namun belakangan KPU meloloskan calon independen Dharma Porengkun-Kun Wardhana.
Belakangan Mahkamah Konstitusi mengeluarkan putusan nomor 60 yang mengubah ambang batas pencalonan kepala daerah. Saat itu Anies yang berdasarkan survei memperoleh angka tertinggi kemudian berpeluang maju lewat PDIP yang saat itu belum mengajukan calon.
Namun meski Anies sudah mendatangi kantor DPP PDIP, sang Ketua Umum Megawati Soekarnoputri menjatuhkan pilihannya kepada Pramono Anung untuk maju di Pilkada Jakarta.
Pilihan Editor: Begini Alasan Pasangan Pramono Anung-Rano Karno Pilih Cak Lontong Jadi Ketua Timses