TEMPO.CO, Jakarta - Dilansir dari International Consortium of Investigative Journalist (ICIJ) sebanyak 13,4 juta dokumen yang mengungkapkan sistem keuangan perusahaan cangkang offshore yang dikenal menghindari pajak, bocor.
Selain itu, dalam dokumen tersebut diungkapkan hubungan antara Rusia dengan sekretaris perdagangan Presiden AS Donald Trump, transaksi rahasia penggalangan dana untuk Perdana Menteri Kanada Justrin Tredeau, sampai adanya pinjaman rahasia dan aliansi yang digunakan oleh Glencore Multinasional yang terdaftar di London. Dalam upayanya, ia berusaha mendapatkan hak penambangan yang menguntungkan di Republik Demokratik Kongo.
Dokumen itu dijuluki Paradise Papers. Pengungkapan tersebut memberikan tekanan untuk para pemimpin dunia, termasuk Trump dan Perdana Menteri Inggris Theresa May yang telah berjanji mengekang skema penghindaran pajak yang agresif.
Seperti dikutip dari The Guardian, dokumen ini merupakan hasil temuan lebih dari 380 wartawan. Mereka menghabiskan satu tahun menyisir data yang membentang kembali selama 70 tahun. Data tersebut muncul pada saat meningkatnya ketimpangan pendapatan global.
Baca juga: Direktur ICIJ Membantah Pemerintah AS Danai Panama Papers
Bahkan, salah satu laman perusahaan cangkang mengarah ke sekretaris perdagangan Donald Trump, yaitu konglomerat Wilbur Ross, yang memiliki saham di perusahaan pelayaran dan tercatat menerima pendapatan lebih dari US$68 juta sejak 2014 dari perusahaan energi Rusia yang dimiliki oleh menantu Presiden Rusia Vladimir Putin.
Seperti dikutip dari BBC, Indonesia rupanya tak luput masuk dalam dokumen tersebut. Ada nama Prabowo, Tommy Suharto dan Mamiek Suharto. Mereka disebutkan secara diam-diam berinvestasi di luar negeri, di tempat surga pajak.
Bocoran suatu dokumen keuangan berskala luas mengungkapkan bagaimana orang-orang super kaya, mulai dari Ratu Elizabeth di Inggris sampai Prabowo, Tommy Suharto dan Mamiek Suharto di Indonesia secara diam-diam berinvestasi di luar negeri, di tempat surga pajak.
Tommy Suharto, yang merupakan pimpinan Humpuss Group, pernah menjadi direktur dan bos dewan Asia Market Investment, perusahaan yang terdaftar di Bermuda pada 1997 dan ditutup pada tahun 2000. ICIJ juga mencatat alamat yang sama untuk Asia Market dan V Power, perusahaan yang terdaftar di Bahama dan dimiliki Tommy Suharto dan memiliki saham di perusahaan mobil mewah Italia Lamborghini, menurut catatan Securities and Exchange Commision.
Data dari Appleyby, firma hukum di Bermuda yang mengeluarkan data, juga mencakup informasi tentang perusahaan patungan di Bermuda antara cabang Humpuss dan NLD, perusahaan iklan Australia.
Menurut laporan setempat pada 1997, perusahaan patungan itu membuat Tommy Suharto dan mitranya dari Australia mendirikan bisnis papan reklame pinggir jalan di Negara Bagian Victoria, Australia, Filipina, Malaysia, Myanmar dan Cina. Perusahaan itu ditutup di Bermuda pada 2003 dan dicatat di Appleby sebagai "pengemplang pajak."
Sementara Mamiek merupakan wakil presiden Golden Spike Pasiriaman Ltd dan pemilik dan pimpinan Golden Spike South Sumatra Ltd, bersama Maher Algadri, eksekutif Kodel Group, salah satu konglomerat terbesar Indonesia zaman Suharto, menurut Forbes. Dua perusahaan ini tercatat di Bermuda pada 1990 dan sekarang sudah ditutup.
Tempo yang masuk dalam konsorsium jurnalis investigasi tersebut berusaha untuk menghubungi pihak-pihak yang disebut di atas. Tempo menunggui rumah Tommy Soeharto di Jalan Yusuf Adiwinata, Menteng, Jakarta Pusat pada Jumat 3 November 2017 lalu, namun tak berhasil mendapat konfirmasinya. Begitu pula dengan Mamiek Soeharto, dan Prabowo Subianto yang dikabarkan tengah berada di luar negeri.
Adapun laporan mengenai investigasi Paradise Papers yang menyangkut nama-nama elite di Indonesia bisa dilihat di kanal investigasi Tempo.co