TEMPO.CO, Jakarta - Menjadi musuh bebuyutan sejak dua pemilihan gubernur sepuluh tahun lalu, elektabilitas calon Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf alias Gus Ipul dan Khofifah Indar Parawansa dinilai sudah mentok atau sudah mencapai puncaknya. Masyarakat Jawa Timur sudah mengenal baik kedua sosok yang bakal bertarung lagi dalam pemilihan gubernur atau pilgub Jawa Timur 2018 mendatang.
"Gus Ipul dan Khofifah ini kan sudah musuh bebuyutan sejak dua periode yang lalu. Gus Ipul wakil gubernur inkumben, sedangkan Khofifah menteri," ujar Kepala Laboratorium Ilmu Politik Universitas Brawijaya Fazadhora Nailufar kepada Tempo di Surabaya, Senin malam, 16 Oktober 2017.
Ketika popularitas dan elektabilitas telah mencapai puncak, maka kecenderungan berikutnya ialah sebaliknya. "Kalau elektabilitas Gus Ipul sudah mentok, popularitas sudah di puncaknya, ya, setelah itu trennya menurun," tutur perempuan yang biasa disapa Dhora itu.
Jadi, kata dia, pemilih bakal lebih melihat siapa sosok wakil gubernurnya. "Karena pemilih sudah tahu Gus Ipul dan Khofifah, yang jadi kuda hitam adalah wagubnya," ucapnya.
Dhora memperingatkan Khofifah mesti jeli memilih kandidat calon wakil gubernur dalam pilgub Jatim mendatang. Jangan sampai, kata Dhora, wakil gubernur yang dipilih Khofifah tak menunjukkan prestasi apa-apa. "Kalau wakilnya tidak tepat, ya, bisa semakin turun. Kalau wakilnya tepat, bisa berkontribusi mendongkrak elektabilitas dan mengimbangi Gus Ipul-Anas," ujarnya.
Khofifah, Dhora melanjutkan, memiliki banyak opsi dari kalangan partai-partai pendukungnya, terutama dari partai petahana, Demokrat. Ia mencontohkan figur seperti Kepala Inspektorat Jawa Timur Nurwiyatno dan Wakil Bupati Ngawi Ony Anwar Harsono. "Banyak figur yang cocok untuk Khofifah, asalkan di-blow up dan ditunjukkan prestasinya," tuturnya.