TEMPO.CO, Semarang - Acara diskusi dan bedah buku Tan Malaka, Gerakan Kiri, dan Revolusi Indonesia karya Harry Poeze di Semarang berlangsung aman. Acara berlangsung di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Semarang, Senin, 17 Februari 2014.
Sedianya acara yang digagas Komunitas Hysteria dan Komunitas Pegiat Sejarah ini digelar di sekretariat Komunitas Hysteria di kawasan Stonen, Bendan Ngisor, Gajahmungkur. Namun atas pertimbangan keamanan, acara dipindah ke Undip. "Dengan alasan keamanan, Harry Poeze menghendaki pemindahan tempat diskusi," kata Adin Khaerudin, koordinator Komunitas Hysteria.
Sekelompok orang yang menamakan diri mereka Masyarakat Peduli Nasib Bangsa berunjuk rasa di depan sekretariat Hysteria tadi siang. Mereka menolak pelaksanaan acara bedah buku. Tanpa alasan yang jelas, masyarakat di sekitar sekretariat Hysteria juga melakukan penolakan secara tertulis. Sebelumnya, Pemuda Pancasila Semarang dan Front Pembela Islam Jawa Tengah juga berencana menolak acara, namun kemudian mengurungkan niat mereka itu. Penolakan acara bedah buku ini menjadi pembicaraan hangat di media sosial.
Adapun diskusi akhirnya dimulai pukul 21.30 WIB. Di hadapan sekitar 500 peserta diskusi, Harry menyatakan Tan Malaka adalah sosok penting bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia. Setelah 20 tahun berada di beberapa negara Eropa, Cina, dan Singapura, Tan pulang ke Indonesia pada 1943 saat Indonesia diduduki Jepang.
Ia menjadi buronan polisi rahasia Inggris, Belanda, Prancis, Cina, dan Jepang. "Tan Malaka menyamar dengan nama Ilyas Hussein," kata Harry.
Tan juga dikenal dekat dengan tokoh-tokoh pergerakan Indonesia dan dianggap sebagai guru para tokoh pergerakan. Bahkan, Sukarno pernah menyampaikan testamen (wasiat) yang menyatakan bahwa jika Sukarno dan Hatta gugur, maka Tan Malaka adalah penggantinya.
Diskusi juga diselingi pemutaran film dokumenter tentang penggalian makam Tan Malaka di Kediri, Jawa Timur. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Rektor Undip Soedharto P. Hadi, dan Wakil Ketua DPRD Jawa Tengah Bambang Sadono hadir dalam diskusi ini.
SOHIRIN