TEMPO.CO, Jakarta - Gerakan Majelis Penyelamat Partai Persatuan Pembangunan (MP-PPP) muncul di tengah konflik kepemimpinan yang mendera partai berlambang Kakbah ini. Majelis ini berniat menyelenggarakan musyawarah nasional ulama untuk mendamaikan dua kubu yang bertikai, yaitu kubu Muhammad Romahurmuziy dan kubu Djan Faridz.
MP-PPP ini dimotori petinggi kedua kubu seperti Anwar Sanusi (anggota majelis tinggi kubu Romahurmuziy), Habil Marati (wakil ketua umum kubu Djan), Sukri Fadholi (Ketua DPP PPP kubu Djan), Rudiman (ketua DPP kubu Romahurmuziy), Ketua Umum Persaudaraan Muslimin Indonesia, Usamah Hisyam, dan anggota DPRD DKI Abraham Lunggana alias Haji Lulung.
Baca juga: Konflik Mendera PPP, Lulung Cs Bentuk Majelis Penyelamat Partai
Rencananya dalam munas itu, para ulama akan menentukan sikap terkait konflik di PPP. Namun pihak dari MP-PPP ini menampik mencoba membuat partai baru. "Kami belum berpikir membentuk partai baru," kata Anwar Sanusi di Grand Sahid Hotel, Jakarta, Kamis, 11 Mei 2017.
Menurut dia, bila membentuk partai baru maka sama saja membuat PPP yang lama terkubur. "Kami berpikir insya Allah masih bisa diselamatkan," ujarnya.
Penyelamatan partai diperlukan untuk bersiap menyambut pemilihan umum 2019 yang kian dekat. "Kalau dalam waktu cepat ini bisa diselamatkan, Romi dan Djan mau duduk bersama berarti tidak perlu membuat partai baru," ucapnya.
Dalam musyawarah nasional ini rencananya akan mengundang seribu ulama dari seluruh provinsi di Indonesia. Sehingga forum ini dan keputusan yang diambil nantinya merupakan representasi dari para ulama yang ada.
Rencananya, munas ulama ini akan mempertemukan dua kubu yang bertikai. Baik Romi atau Djan diberi kesempatan untuk mempertanggungjawabkan konflik yang sudah terjadi selama dua tahun ini.
AHMAD FAIZ