TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla berkeyakinan presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, tidak akan menerapkan program yang dijanjikan selama kampanye. Dia mengatakan program proteksionis Trump akan membahayakan kepentingan Amerika.
"Saya meyakini tindakannya beda dari kampanyenya. Tidak bisa seenaknya begitu," kata Kalla, Jumat, 11 November 2016, di Istana Wakil Presiden, Jakarta.
Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan terlalu berisiko jika Donald Trump mengambil kebijakan proteksionis dalam perdagangan. Masyarakat dunia bisa saja enggan memegang dolar Amerika Serikat. "Habis Amerika itu, inflasinya langsung naik," ujarnya. Menurut Kalla, dampak terpilihnya Trump bagi dunia dan Indonesia sangat bergantung pada kebijakan yang diambil. Jika kebijakan proteksionis yang diterapkan, ekonomi Cina dan Jepang bakal terpengaruh.
Dia mencontohkan, kalau dulu semua barang 90 persen “Made in China” di toko, kebijakan proteksionis Amerika akan membuat ekonomi Cina menurun. "Kalau ekonomi Cina menurun, ekspor kita ke Cina akan menurun pada waktunya," tutur Kalla.
Dengan dampaknya yang serius bagi ekonomi dunia, Kalla meyakini janji kampanye Trump tidak akan dilaksanakan. Apalagi, kata Kalla, ada rumus pada pemilihan Amerika bahwa janji kampanye bisa lain dari pelaksanaan.
Janji proteksionisme Trump selama kampanye dianggap hanya strategi meraih suara pemilih. Selain program proteksionis, Trump berkeinginan mengurangi imigran, misalnya dari Meksiko, Afrika Selatan, dan Asia. Program itu berarti Trump ingin membatasi pekerja dari luar Amerika. Dengan program ini, para pekerja senang karena pengangguran akan menurun. Inilah yang membuat Donald Trump dipilih para pekerja di Amerika Serikat.
Namun rencana kebijakan inward looking tersebut, kata Kalla, akan menimbulkan masalah dengan investor, khususnya dari Timur Tengah. "Kalau dia Islamophobia, pasti investor Timur Tengah yang banyak di Amerika banyak yang meninggalkan Amerika," ucap Kalla.
Begitu juga dengan sikap balasan Cina. "Kalau proteksionis, Cina tidak akan membeli bond Amerika. Kalau semua orang tidak mau membeli bond, dolar Amerika langsung hancur," kata Kalla.
Dalam pemilihan pada 8 November 2016, Trump—yang berasal dari Partai Republik—meraih suara mayoritas dibanding kandidat dari Partai Demokrat, Hillary Clinton. Selama kampanye, Trump menjanjikan program proteksionis, anti-imigran, dan cenderung Islamophobia.
AMIRULLAH