TEMPO.CO, Semarang - Universitas Negeri Semarang (Unnes), Jawa Tengah, mulai hari ini, Senin, 17 Oktober 2016, mewajibkan mahasiswa angkatan 2016 mengenakan pakaian seragam. Kewajiban yang tak biasa untuk lingkungan universitas itu tertuang dalam peraturan nomor 30 tahun 2016 yang diteken Rektor Unnes Fathur Rokhman.
“Pakaian mempunyai fungsi untuk menunjukkan identitas dan pendidikan karakter mahasiswa,” demikian bunyi pasal 2 peraturan tersebut.
Pada pasal 3 menyebutkan pakaian yang harus dikenakan mahasiswa sesuai dengan hari. Tiap Senin, mahasiswa laki-laki dan perempuan wajib mengenakan baju putih dan celana atau rok panjang berwarna gelap yang rapi.
Adapun tiap Selasa-Kamis, mahasiswa wajib mengenakan baju batik. Pada akhir pekan, Jumat-Sabtu, barulah mahasiswa dibebaskan mengenakan pakaian, tapi harus rapi. Dalam peraturan itu, juga dicantumkan beberapa catatan, antara lain model pakaian batik atau lurik disesuaikan dengan prinsip sopan, rapi, dan estetis.
Pemberlakuan pakaian seragam itu sontak diprotes mahasiswa melalui poster dan spanduk. Bunyi poster itu di antaranya, “Kami bukan tentara, jadi jangan menghendaki kami sama dan menuruti seperti kucing angora”, “Kami angkatan 2016 menolak seragamisasi”, “Kami bukan hewan, jadi jangan seragamkan, kami manusia”.
Rencananya, pada Selasa, 18 Oktober 2016, mahasiswa akan menggelar audiensi dengan rektorat. “Seragamisasi adalah simbol perbudakan,” kata aktivis mahasiswa Unnes, Rama Tantowijaya, Senin, 17 Oktober 2016.
ROFIUDDIN
Baca juga:
Sempat Bela Dimas Kanjeng, Marwah Daud Kini Diperiksa Polisi
Diperiksa Sebagai Saksi, Dahlan Iskan Penuhi Panggilan Jaksa
Kesal dengan Ayu, Dewi Perssik Ancam Bongkar Shaheer Sheikh