TEMPO.CO, Jakarta - Pertikaian antara Ahmad Mushadeq dan Panji Gumilang membuat keduanya yang semula bergabung dalam Negara Islam Indonesia memilih jalan masing-masing.
Mushadeq membentuk Al Qiyadah al Islamiyah, lalu berubah menjadi Komunitas Millah Abraham, dan terakhir Gerakan Fajar Nusantara. Adapun Panji mendirikan organisasi masyarakat Masyarakat Indonesia Membangun.
Ketika Al Qiyadah al Islamiyah berdiri, Mushadeq mendaulat dirinya sebagai nabi pada 23 Juli 2007. Lelaki bernama asli Abdul Salam ini mengaku mendapat wahyu kerasulan saat bertapa di Gunung Bunder, Bogor, selama 40 hari 40 malam.
Lantaran dianggap menistakan agama, Mushadeq dibui selama 2 tahun 6 bulan. Saat bertandang ke kantor Tempo pada Oktober 2007, ia mengatakan tidak membawa agama baru. “Saya hanya menggenapkan nubuat Allah dalam Al-Quran, seperti halnya Muhammad menggenapkan ajaran Isa dan Musa,” ujarnya.
SIMAK: Sejarah Lahirnya Gafatar: Dari Mushadeq ke Mushadeq Lagi
Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo menyatakan Al Qiyadah al Islamiyah dan Komunitas Millah Abraham telah dinyatakan sebagai aliran sesat oleh Majelis Ulama Indonesia. Lantas organisasi ini bersalin rupa menjadi Gafatar.
Tjahjo menjelaskan, Gafatar yang dipimpin oleh Mahful Muis telah tiga kali mengajukan surat kepengurusan ke Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik Kementerian Dalam Negeri, namun selalu ditolak. Hingga pada 2012 pemerintah melarang pengesahan organisasi itu di seluruh wilayah serta mengawasi pergerakannya.
SIMAK: Menteri Tjahjo Sebut Gafatar Turunan NII
Kini seluruh organisasi kemasyarakatan tak perlu mendaftar ke Kementerian karena Mahkamah Konstitusi mengabulkan uji materi Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan. “Sehingga pemerintah tak bisa membubarkan Gafatar,” kata Tjahjo.
Meski begitu, anggota dan pengurus Gafatar tetap dapat diproses secara hukum jika ada laporan masyarakat. Buktinya, enam pengurus Gafatar di Aceh dihukum 3-4 tahun penjara karena terbukti menistakan agama.
Mantan Ketua Dewan Pimpinan Daerah Gafatar Yogyakarta, Yudhistira, mengatakan organisasi itu sudah bubar pada Agustus 2015. Dia malah balik bertanya jika sekarang ada orang yang mengikuti kelompok tersebut. “Itu Gafatar yang mana?” ucapnya.
Dia juga menampik bahwa Gafatar merupakan bentukan Ahmad Mushadeq sekaligus wajah baru dari organisasi Al Qiyadah al Islamiyah dan Komunitas Millah Abraham. “Bisa saja ada sebagian dari mereka yang masuk Gafatar,” tuturnya.
TIKA PRIMANDARI | MUH. SYAIFULLAH | EVAN (PDAT/SUMBER DIOLAH TEMPO)