TEMPO.CO, Boyolali - Dengan wajah bersimbah peluh, Sardiyono terus berupaya meyakinkan pelanggannya ihwal penyebab melambungnya harga durian. “Panennya cuma sedikit, sementara permintaannya banyak. Wajar kalau harganya mahal,” kata penjual durian di sudut timur simpang empat Tugu Jam Kecamatan Boyolali Kota, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, itu pada Ahad siang, 10 Januari 2016.
Namun, lelaki yang berjongkok di lapak beralas trotoar dan berpayung terpal lusuh itu tidak menggubris penjelasan Sardiyono. Selama hampir setengah jam, dia terus menawar meski Sardiyono berkali-kali menolak. “Saya jual dengan harga pas. Kalau tidak mau ya sudah,” kata Sardiyono sambil mencongkeli durian untuk mengambil sedikit dagingnya dengan pisau.
Setelah mencicipi sejumput daging durian yang disodorkan Sardiyono, lelaki itu akhirnya menyerah. Dua lembar uang Rp 100 ribu dan selembar uang Rp 50 ribu dia sodorkan untuk menebus empat durian. “Pak Sardiyono sudah puluhan tahun jualan durian di sini. Saya salah satu pelanggan setianya,” kata lelaki bernama Bawono, 36 tahun, itu.
Di sela kesibukannya melayani pembeli yang terus berdatangan, Sardiyono mengatakan panen raya durian diperkirakan mundur pada Februari mendatang. “Biasanya panen raya durian pada Januari. Tapi panen kali ini jeblok lantaran musim kemarau tahun lalu terlalu lama,” kata pedagang sekaligus petani durian asal Kecamatan Musuk itu.
Akibat musim kemarau yang berkepanjangan, Sardiyono mengatakan, pentil atau bakal buah durian menjadi rapuh dan mudah rontok saat diguyur hujan lebat. Akibatnya, satu pohon rata-rata hanya menghasilkan sekitar 30 - 40 durian saja. Dalam kondisi normal, satu pohon durian berukuran besar bisa menghasilkan sekitar 100 buah.
Kendati hasil panennya menurun, Sardiyono berujar, panjangnya musim kemarau berimbas pada lebih legitnya rasa durian karena hanya sedikit kandungan airnya. “Akhir-akhir ini juga tidak ada serangan hama ulat. Walhasil, kualitas buahnya maksimal, tidak bongkeng (berlubang),” ujar Sardiyono yang berani menjamin “uang kembali” jika duriannya tidak sesuai harapan.
Untuk satu durian berukuran besar, Sardiyono mematok harga Rp 100 ribu. Untuk durian berukuran sedang, harganya Rp 50 ribu per buah. Sedangkan durian berukuran kecil, harganya Rp 25 ribu. “Harganya naik sekitar 50 persen kalau dibandingkan dengan harga saat musim durian,” kata Sardiyono.
Di daerah sentra durian Kabupaten Klaten, tepatnya di Desa Kanoman, Kecamatan Karangnongko, harga durian dijual lebih murah, berkisar Rp 10.000 - Rp 75.000 per buah. “Kalau kami jual di Kota Klaten, mungkin selisih harganya lebih tinggi sekitar Rp 20.000 - Rp 30.000 per buah,” kata Sunarmi, salah satu petani durian di Desa Kanoman.
DINDA LEO LISTY