TEMPO.CO, Purwakarta - Spektakuler! Satu kata itu agaknya tak berlebihan buat menggambarkan suguhan atraksi air mancur berjoget di Taman Sri Baduga, Situ Buleud, Purwakarta, Jawa Barat, yang dihelat pada Sabtu malam, 9 Januari 2016.
Puluhan ribu penonton dari Jakarta dan sekitarnya, Bandung, Subang, Karawang, dan Cirebon--yang menyemut di trek melingkar selebar dua meter dan panjang sekitar satu kilometer--di tubir situ yang berbentuk bundaran itu, tampak terhipnotis.
Mereka tak menyangka kalau atraksi tarian gemulai air mancur berkelas dunia yang ditontonnya tersebut bisa dinikmati di sebuah jantung kota kecil bernama Purwakarta. Kabupaten terkecil kedua di Jawa Barat, setelah Kuningan itu.
Diiringi alunan musim klasik yang digemakan via soundsystem mutakhir, air mancur yang ditata memanjang di samping kiri-kanan patung Sri Baduga atawa Prabu Siliwangi, Raja Padjadjaran, melenggok ke kanan dan ke kiri, ke depan ke belakang.
Bahkan, sesekali air mancu itu melakukan gerakan meliuk-liuk dengan indah di depan patung yang didesain dalam posisi bersila dan "dikawal" empat patung harimau putih dengan mulut menganga di empat sudut di tengah-tengah situ.
Sesekali, tariannya beradegan lurus meninju ke langit dengan semburan air muncrat berketinggian 10 meter itu. Air mancur yang bersemburan di semua dinding situ, dengan gaya yang statis ikut meningkahi jogetan air mancur induk di tengah situ.
Penonton kian berdecak kagum ketika air mancur berjoget dengan formasi menyerupai dua ikan hias sedang berdendang. Suasana terasa haru dan syahdu, ketika seorang bocah menyanyikan lagu Ibu Pertiwi dengan iringan musik pop, menggantikan musik klasik.
Jogetan air mancur pun tampak terlihat lebih lembut. Tapi, sesi berikutnya ketika putaran musik berganti ke genre tradisional jaipong dengan nada ngebeat, tariannya sontak bertingkah garang lagi. Penonton turut berjingkrakan. Aksi foto selfie tampak di segenap penjuru dolanan para penonton melantai.
Keindahan atraksi air mancur berjoget itu semakin asyik dan megah dipandang mata, karena sejak awal atraksi itu terus dilumuri permainan lampu laser nan cantik, yang menghasilkan aneka warna-warni cahaya yang di pasang segala penjuru mata angin.
Vokalis Setia Band, Charly Van Houten, kepada Tempo, usai perhelatan air mancur berjoget itu menyatakan kekagumannya. "Keren, ini, pertama kali saya saksikan di Indonesia," ujarnya. Ia membandingkan air mancur berjoget Sri Baduga lebih megah dan jembar ketimbang Time of Wings di Singapura.
Charly datang ke perhelatan atraksi air mancur berjoget Sri Baduga karena menjadi tamu kehormatan yang membawakan lagu Ngahiyang (Pergi Menghilang) ciptaan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi. Lagu ini didendangkan pasca pementasan paduan treatrikal dan sendratari jaipongan sebagai suguhan pembuka.
"Suatu saat, saya dan Setia Band kepingin konser musik dengan setting air mancur berjoget Sri Baduga. Pasti keren banget," Charly menyampaikan impiannya.
Bupati Dedi mengaku belum puas atas pementasan atraksi air mancur berjoget yang spektakuler itu. Sebab dia belum bisa menyajikan atraksi secara lengkap. "Ada catatan sejarah Siliwangi dan Purwakarta yang difilmkan untuk disajikan melalui media Aquascreen gagal digelar," ucap Dedi.
Gagal gelar sajian aquascreen tersebut disebabkan peralatannya basah kuyup disiram air hujan. Perhelatan itu sempat molor sekitar dua jam karena guyuran hujan lebat. Atraksi semula digelar 20.00, dan baru dimulai 22.00 dan berakhir 23.30.
Pementasan air mancur berjoget yang dijadwalkan berdurasi 2,5 jam itu hanya bisa dilangsungkan 2 jam saja. Tapi, Dedi tak lantas patah arang. "Penampilan aquascreen bisa diputar malam 16 Januari 2016," ia berjanji. Atraksi serupa akan terus digelar setiap Sabtu malam saban pekannya.
NANANG SUTISNA