TEMPO.CO, Bangkalan - Wasil, 13 tahun, siswa kelas II Sekolah Menengah Pertama (SMP) Nahdlatul Ulama (NU) Kwanyar di Kecamatan Kwanyar, Bangkalan, Jawa Timur, tewas akibat disambar petir, Senin 14 Desember 2015. Bocah itu semakin mengenaskan karena teman-temannya tak menyadari kalau dia sebenarnya masih hidup ketika digotong dibawa pulang.
Wasil terjatuh di tengah permainan bola tapat ketika petir menyambar. Dia tak sadarkan diri. "Dikira sudah meninggal, korban langsung di bawa kerumahnya oleh teman-temannya," kata Kepala Desa Somor Koneng Ainul Yaqin menuturkan. Wasil memang tinggal bersama orang tuanya di desa itu.
Sesampainya di rumah keluarga kaget karena ternyata Wasil yang diduga telah meninggal ternyata masih bergerak. Mengetahui ada gerakan anggota tubuh itulah, kata Ainul, oleh ayahnya, Hasyim, Wasil dilarikan ke Puskesmas Kwanyar.
Namun sayang, nyawa korban tak terselamatkan. "Dia dipastikan meninggal di Puskesmas," ujar Ainul sambil menambahkan, "Saya akan lapor ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah, barangkali ada santunan untuk keluarga."
Sementara itu, data yang diperoleh Tempo menyebutkan, sejak pertengahan November hingga pertengahan Desember 2015, sebanyak lima warga di Kabupaten Bangkalan tewas akibat disambar petir. Peristiwa pertama terjadi pada 12 November lalu, korbannya warga Kampung Tebanah, Desa Langkap, Kecamatan Burneh.
Saat itu, empat petani masing-masing bernama Yulaiha, Umar, Tinglan dan Meskan sedang menanam bibit padi disawahnya. Karena hujan turun, mereka berteduh di sebuah gubuk yang memang ada di sekitar sawah mereka. Saat itulah, petir menyambar atap gubuk dan mengenai ke empat petani.
Yulaiha, Umar dan Tinglan tewas di tempat dengan luka bakar parah di badan. Sedang Meskan kritis namun selamat setelah dirawat di Puskesmas Burneh.
Tiga hari setelah musibah pertama, seorang remaja yang masih duduk di bangku SMP juga tewas akibat disambar petir. Lokasi kejadiannya sama dengan musibah yang menimpa ke empat petani.
MUSTHOFA BISRI