"Karena GIDI ini dibentuk atau dilahirkan di Karubaga. Pembentukan organisasi keagamaan Nasrani adalah GIDI yang dibentuk oleh orang tua kami saat itu, yang masih dalam keadaan berkoteka, dengan pemikiran dan pandangan iman bahwa GIDI suatu saat kelak akan menjadi gereja besar di dunia," ujar Pendeta Ernes.
Menurut dia, harapan itu terbukti sehingga pelayanan GIDI sudah menyebar ke seluruh wilayah Indonesia hingga ke beberapa negara lain, seperti negara di Asia, Timur Tengah, bahkan Eropa. "Jadi GIDI ini adalah salah satu organisasi agama Nasrani tradisional atau asli Indonesia, tidak diadopsi dari luar negeri dan lainnya," tuturnya.
Atas dasar itulah, jemaat GIDI sepakat tidak boleh ada gereja lain di Tolikara. Kekhususan inilah, Ernes melanjutkan, yang dijaga baik oleh semua jemaat GIDI di seluruh wilayah Tolikara selama ini. "AD /ART GIDI sudah ada ketentuan bahwa di Tolikara ada kekhususan. Hal ini mesti dipahami oleh semua pihak."
Berita Menarik:
Wow, Wanita Ini Sembunyikan Harta Rp 4 Miliar dalam Tubuhnya
Pencuri Ini Pamer Duit Jarahan Lewat Selfie, Akhirnya...
Dari pertemuan itu, selain menyepakati soal penggunaan alat pengeras suara bagi kegiatan ibadah di masjid dan penggunaan kerudung atau jilbab bagi perempuan muslim, juga disepakati mengenai pembentukan forum komunikasi di antara umat beragama di Tolikara.
Umat Islam dan Nasrani juga sepakat untuk saling menghormati serta meningkatkan toleransi di antara umat beragama di Tolikara. Kapolres Tolikara AKBP Musa Korwa mengatakan hasil kesepakatan ini sebaiknya disosialisasikan kepada masyarakat luas. Sebab, ujar dia, kadang kala para tokoh tidak diterima atau didengar baik oleh masyarakatnya.
"Kami akan pantau terus sosialisasi hasil kesepakatan ini agar dipahami betul oleh semua pihak, terutama masyarakat Tolikara," ucap Musa Korwa.
MARIA RITA
Berita Menarik:
Geger, Wanita tanpa Baju Beraksi di Muka Imam Diskusi Islam
Ayah Ini Membunuh dan Minum Darah Putrinya Agar Kaya
Video Terkait: