TEMPO.CO, Jakarta - Banyak kabar beredar bahwa rombongan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Setya Novanto yang berkunjung ke Amerika Serikat berjumlah 67 orang.
Kunjungan itu makin kontroversial karena pada Kamis, 3 September 2015, Setya Novanto dan rombongannya mengikuti acara Donald Trump, yang diambil sumpah kesetiaan oleh Partai Republik untuk maju sebagai calon Presiden Amerika Serikat.
Trump selama ini dikenal sebagai pengembang real estate, operator hotel, dan pemilik tiga kasino di Kota Atlantic. Pengusaha kaya ini juga dianggap sebagai sosok yang anti-imigran dan anti-muslim.
Tenaga Ahli Ketua DPR Nurul Arifin yang ikut dalam rombongan membantah kabar itu. "Kami hanya berjumlah 14 orang beserta staf sekretariat," kata Nurul, politikus Partai Golkar, saat dihubungi, Sabtu, 5 September 2015.
Nurul, yang juga mantan anggota DPR, meminta semua pihak jangan memelintir isu soal anggota rombongan dan pertemuan dengan Trump. "Pertemuan dengan Donald Trump dibesar-besarkan seolah hendak mengalihkan isu kondisi ekonomi Indonesia saat ini," ujar mantan artis ini.
Kepala Bagian Tata Usaha Ketua DPR Hani Tahapari mengatakan ada sembilan orang yang ikut kunjungan dinas itu. Mereka adalah Ketua DPR Setya Novanto, Wakil Ketua DPR Fadli Zon, dan Kepala Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) Nurhayati Ali Assegaf.
Lalu Wakil Ketua Komisi Pertahanan Tantowi Yahya, Ketua Komisi Hukum Aziz Syamsuddin, anggota BKSAP Juliari Batubara, Utusan Khusus Presiden Bidang Kemaritiman Eddy Pratomo, Nurul Arifin, dan Ketua Badan Usaha Rumah Tangga DPR Roem Kono.
Namun, dalam daftar yang diterima Tempo, anggota rombongan berjumlah 21 orang. Selain nama-nama anggota DPR di atas, ikut serta juga tiga wartawan media nasional, penerjemah, dan beberapa staf Sekretariat Jenderal DPR.
Kunjungan pimpinan DPR ke Amerika Serikat itu memenuhi undangan acara Forum Ketua Parlemen Sedunia yang dihajat International Parliamentary Union pada 31 Agustus hingga 2 September. Namun kunjungan ini diperpanjang karena rombongan juga akan melakukan beberapa agenda tambahan.
YOLANDA RYAN ARMINDYA | UWD
Baca juga:
Drama Budi Waseso: Jokowi-JK Menguat, Kubu Mega Menyerah?
Lebih Nyaman Berbahasa Inggris, Susi: Jangan Ragukan…Saya