TEMPO.CO, Jakarta - Hasil sigi Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menunjukkan mayoritas responden merasa puas terhadap penyelenggaraan pemilihan presiden 2014.
Sebanyak 77,9 persen responden menilai pilpres berlangsung bebas dan jujur. 10,9 persen menganggap pilpres bebas dan jujur, namun banyak masalah. Hanya 2,3 persen yang tak puas.
"Kalau ada elite yang berkata pemilu banyak kecurangan, itu adalah penilaian minoritas," kata Direktur Riset SMRC Djayadi Hanan di Hotel Sari Pan Pacific, Ahad, 10 Agustus 2014. (Baca: Rhoma Irama: Prabowo Jangan Kecewa, Jokowi Jangan Bangga)
Baik pemilih calon presiden dari poros PDI Perjuangan Jokowi maupun poros Partai Gerakan Indonesia Raya Prabowo sama-sama menilai pemilihan presiden berlangsung jujur. Hanya 4 persen pemilih Prabowo dan 1 persen pemilih Jokowi yang menyatakan pemilihan presiden tak jujur. "Ini membuktikan opini elite tak mesti sama dengan opini publik," kata Djayadi.
Pada pemilih Partai Gerindra sendiri 48 persen menilai penyelenggaraan pilpres sudah sangat bebas dan jujur. Total 42 persen menilai pilpres sudah bebas dan jujur namun ada masalah. Hanya 5 persen yang menilai pilpres tak bebas dan tak jujur. "Bahkan pemilih Gerindra menyatakan hajatan pilpres sudah jujur," kata dia. (Baca: Golkar Bisa di Luar Pemerintahan, Begini Caranya)
Sigi SMRC ini dilakukan atas kerja sama dengan Lembaga Survei Indonesia dan Comparative National Election Project (CNEP), sebuah yayasan yang berkantor pusat di Ohio State University, Amerika. CNEP mengamati pemilihan umum dan ada di sekitar 30 negara.
Sigi berlangsung dari 21-26 Juli 2014 di 33 provinsi. Ada 1.200 responden dari riset ini yang dipilih secara acak dengan teknik multistage random sampling. Namun, saat wawancara hanya ada 1.041 responden yang bisa dianalisis. Margin of error riset ini sebesar 3,1 persen dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen.
Sebelumnya, di gedung Mahkamah Konstitusi Senin lalu Prabowo mengatakan pilpres kali ini banyak praktek penyimpangan, tak jujur, dan ketidakadilan. Ia heran dengan adanya tempat pemungutan suara yang tak memberikan satu suara pun kepada dia, meski dirinya didukung koalisi gemuk. (Baca: Hendropriyono Jadi Penasihat Tim Transisi Jokowi)
Bahkan, kata dia, di Korea Utara tidak terjadi kemenangan 100 persen. "Ini luar biasa. Ini hanya bisa terjadi di negara totaliter, fasis, dan komunis," kata dia.
MUHAMMAD MUHYIDDIN
Terpopuler:
Jokowi Angkat Hendropriyono sebagai Penasihat
UIN Jakarta Ungkap Kejahatan Seks ISIS
Bendera ISIS Berkibar di Samping Kantor Polisi
Imigrasi Pindah ke Terminal 2, Ini Kata Denny Indrayana
Jokowi Disalahkan Tak Ada Premium di SPBU Rest Area