TEMPO.CO, Bandung - Kelompok pemerhati kesejahteraan satwa, Indonesia Society for Animal Welfare (ISAW), mengindikasikan tingkat stres dan kesejahteraan satwa di kebun binatang sangat tinggi.
"Satwa yang dikurung mengalami tekanan mental. Secara nyata ditunjukkan dengan penurunan kondisi fisiologis maupun dengan munculnya perilaku abnormal atau stereotypic behaviour," kata Direktur Eksekutif ISAW, Kinanti Kusumawardani, saat dihubungi Tempo, Jumat, 2 Mei 2014.
Perilaku stereotip merupakan perilaku repetitif yang dilakukan secara obsesif, berulang-ulang dan tanpa tujuan, atau disebut perilaku abnormal. Hewan menunjukkan gerakan berayun-ayun, bergoyang, dan mondar-mandir. Perilaku tersebut umumnya mengindikasikan bentuk stres satwa dalam kurungan.
Sepanjang 2013 ISAW melakukan observasi ke sejumlah kebun binatang di Jakarta, Bandung, dan Surabaya untuk memetakan tingkat kesejahteraan satwa di wahana konservasi itu. "Hasilnya mengejutkan, perilaku abnormal ini terlihat jelas dilakukan satwa, khususnya kelompok mamalia darat seperti gajah, harimau, dan beruang," katanya.
Menurut Kinanti, tingkat stres tinggi pada satwa disebabkan ketidaksesuaian lingkungan dengan habitat asli satwa. "Ada tekanan berkepanjangan di lingkungan yang tidak nyaman pasti satwanya akan gelisah dan stres," ujar dia.
Karena itu, pihak kebun binatang di mana pun harus optimal membuat konsep lingkungan satwa yang sesuai dengan habitat aslinya, layaknya di hutan dan sungai. "Seminimalnya kebun binatang memiliki habitat yang disesuaikan dengan asal habitat satwa. Jangan disamakan dengan penjara," ujarnya.
RISANTI
Berita lain:
Buruh Perusahaan Prabowo Tagih Tunggakan 4 Bulan Gaji
Dosa Hary Tanoesoedibjo pada Hanura
5 Kebiasaan yang Menyebabkan Perut Buncit
Sri Mulyani Tegur Boediono Soal Century
NasDem: Jokowi itu Produk Lokal
Terungkap, Moyes Kecewa Berat pada Bintang MU Ini