TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat politik menilai pernyataan Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) soal banyak matahari sebagai sebuah peringatan. SBY dianggap tengah berupaya menjaga agar Pemerintahan Prabowo Subianto ke depan bisa berjalan stabil.
“Memang betul harus satu komando, satu kepemimpinan, tidak boleh banyak pemimpin. Dunia saja kalau matahari banyak bisa kacau,” kata Dosen Ilmu Politik Universitas Al-Azhar Indonesia, Ujang Komarudin, dihubungi Tempo pada Senin, 9 September 2024.
Ujang menyebut mungkin saja ada semacam indikasi atau gerakan yang bisa memunculkan banyak matahari yang dimaksud oleh SBY. Termasuk cawe-cawe pemerintahan sebelumnya yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo.
“Saya melihatnya ya, karena kepentingan untuk bangsa, jangan banyak matahari kembar,” kata Ujang. “Pak SBY (ingin menyampaikan) agar kepemimpinan itu satu komando, dengan banyak dukungan dari parpol itu, bukan masing-masing muncul membuat pencitraan masing-masing.”
SBY menyampaikan soal negara kacau bila matahari ada banyak dalam konteks keberadaan banyak pemimpin dalam sebuah organisasi. Ia menyampaikan ini dalam HUT ke-23 Partai Demokrat di Kantor DPP Partai Demokrat, Jalan Proklamasi, Menteng, Jakarta, Senin 9 September 2024.
"Ada falsafah bagus apa yang ada di dalam alam semesta hanya ada satu matahari. Sama dengan Demokrat yang kita cintai ketua umum. Akan kacau negara kalau mataharinya banyak. Makin panas nanti ada dua ada tiga bagaimana," kata SBY.
Juru Bicara Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra belum merespons pesan Tempo saat ditanya mengenai maksud dari pernyataan Presiden SBY.
Prabowo didukung oleh SBY maupun oleh Presiden Jokowi. Ia akan berpasangan dengan Gibran Rakabuming Raka, putra Jokowi, dalam memimpin pemerintahan mendatang. Selama proses pemilihan umum, Prabowo, yang juga Menteri Pertahanan aktif, melekatkan citra diri pada keberlanjutkan kebijakan Jokowi.
Pilihan editor: Silaturahmi Kebangsaan: MPR dan Megawati Teguhkan Persatuan Bangsa