Rempang terkini
Sampai saat ini konflik PSN Rempang Eco City terus bergulir. Warga Rempang yang menolak kampung halaman mereka dijual untuk PSN, terus melantangkan penolakan. Sedangkan warga yang menerima sudah masuk dalam tahap proses pemindahan dalam waktu dekat ke rumah relokasi.
Setidaknya update terbaru data BP Batam hampir 190 kepala keluarga yang sudah meninggalkan kampung mereka untuk diserahkan ke BP Batam. Sedangkan total warga terdampak tahap pertama sekitar 850 kepala keluarga, artinya mayoritas masih tidak mau direlokasi. BP Batam terus melakukan upaya untuk meminta warga mau menerima relokasi.
Selain itu terkait data warga yang sudah pindah juga berpolemik. Tidak hanya warga, Ombudsman RI juga meminta data warga yang pindah dibuka. Diduga ada beberapa kepala keluarga yang dipindahkan bukan warga asli Pulau Rempang. Namun, BP Batam sampai saat ini tak berani membuka data tersebut dengan alasan masih terjadi pro dan kontrak di tengah masyarakat.
Pulau Rempang kembali memanas
Konflik PSN Rempang Eco City di sempat memanas beberapa waktu lalu setelah warga mengambil alih pos Tim Terpadu PSN Rempang Eco City BP Batam di Simpang Dapur 6, Sembulang pada Jumat siang, 30 Agustus 2024. Warga mendatangi pos tersebut dan meminta petugas Direktorat Pengamanan (Ditpam) BP Batam yang berjaga untuk hengkang.
Sebab, pos itu dibangun warga sebagai tempat anak-anak berteduh menunggu bus antar jemput sekolah. Setahun terakhir, setelah muncul konflik Rempang, BP Batam menguasai pos tanpa izin. “Selama hampir setahun ini anak sekolah menunggu di tempat lain, padahal kami buat pos ini untuk anak-anak kami supaya tidak kena hujan, tidak panas,” kata Asmah, warga Rempang, Jumat.
Tim Terpadu PSN akhirnya bersedia meninggalkan pos setelah sempat terjadi cekcok. Namun mereka kembali datang pada malam harinya dan mendirikan gardu baru di samping pos tersebut. Adu mulut kembali terjadi malam itu. Warga tetap tidak terima BP Batam membangun posko di sana. Kawasan Simpang Dapur 6 bukan aset BP Batam.
“Tugas BP Batam itu menjaga aset BP Batam, di sini tidak satu pun aset BP Batam, aset BP Batam itu hanya di kampung Tanjung Banun,” kata Miswadi, juga warga Rempang, kepada Tempo, Sabtu, 31 Agustus 2024.
Menurut Miswadi, Tim Terpadu PSN Ditpam BP Batam mengatakan akan membangun pos di Kampung Tanjung Banun. Kawasan ini merupakan tempat relokasi baru yang sedang dibangun BP Batam. Namun, keesokan harinya, Tim Terpadu PSN justru kembali datang dengan dikawal satu kompi prajurit TNI.
“Padahal pimpinan mereka bilang akan bangun posko di Kampung Tanjung Banun, tetapi tadi (Sabtu siang) datang lagi,” kata Wadi, sapaannya.
Ditpam BP Batam dan tentara beralasan, mereka membangun pos itu untuk pengamanan pemilihan kepala daerah atau pilkada 2024 di sekitaran simpang Sungai Buluh. Warga tetap menolak lantaran mereka menilai pengamanan pilkada bukanlah wewenang BP Batam. Tugas BP Batam menjaga aset yang mana tidak ada wilayah tersebut
“Tetapi tetap kami tolak. Dengan alasan pilkada itu mustahil, pengamanan pilkada bukan wewenang BP Batam. BP Batam itu tugasnya menjaga aset BP Batam, sementara di sini bukan aset BP Batam,” tegas Wadi.
Warga peringati setahun Tragedi Rempang
Sabtu kemarin, 7 September 2024, ratusan masyarakat Melayu menggelar aksi tabur bunga di Jembatan 4 Barelang Kampung Tanjung Kertang, Pulau Rempang. Mereka berkonvoi dari Kampung Sembulang Hulu menuju jembatan penghubung Pulau Batam dan Pulau Rempang tersebut.
Dalam orasi di lokasi peringatan bentrokan ini, warga menegaskan akan tetap menolak relokasi PSN Rempang Eco City. Kampung Sembulang Hulu termasuk area yang warganya masih kompak menolak tawaran relokasi dari BP Batam dalam proyek Rempang Eco City.
Tabur bunga bukan satu-satunya kegiatan simbolis yang digelar agar api perjuangan mereka tidak redup. Sebagai pembuka, belasan tetua warga Rempang sempat berziarah ke kompleks makan tua di Lubuk Lanjut, Kampung Pasir Panjang, pada 6 September kemarin.
Salah satu yang hadir adalah Ridwan, sosok lelaki yang pernah viral di media sosial. Dalam bentrok di Rempang, kepala Ridwan terkena peluru karet, videonya yang sedang berlumuran darah tersebar kemana-mana. “Masih ingat, ini kepala saya dijahit sembilan,” kata Ridwan kepada Tempo, usai ziarah tersebut.
HENDRIK KHOIRUL MUHID | YOGI EKA SAHPUTRA | HAN REVANDA PUTRA | LAILI IRA | DANIEL A. FAJRI
Pilihan Editor: Bentrok di Pulau Rempang: Dikepung hingga Disembur Gas Air Mata, Ini Penyebab dan Kronologinya