TEMPO.CO, Jakarta - Para pengamat politik menilai pernyataan Presiden Joko Widodo yang menyebut ada pihak yang meninggalkannya ramai-ramai, merupakan hal yang alamiah bagi penguasa. Mengingat Jokowi akan mengakhiri jabatannya sebagai presiden dalam kurun waktu dua bulan.
Dosen Ilmu Politik Universitas Al Azhar Ujang Komarudin mengatakan partai-partai bakal mementingkan kepentingan masing-masing dan ikut presiden terpilih Prabowo Subianto. “Jokowi harus ikhlas kekuasaan ada batasan,” katanya melalui pesan singkat pada Selasa, 27 Agustus 2024.
Ujang sendiri menduga pernyataan Jokowi itu bisa muncul karena kegagalan revisi Undang-Undang Pilkada. Sebab pengubahan aturan itu bisa memungkinkan Kaesang Pangarep, putra Jokowi, mengikuti pemilihan kepala daerah.
Ketika dihubungi secara terpisah Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno juga mengatakan kekuasaan itu relatif ada batasnya. Partai saat ini secara wajar fokus bagaimana membesarkan diri mereka masing-masing.
Namun, jika Jokowi memiliki hubungan baik dengan partai pendukungnya, kata Adi, mestinya tak perlu merasa ditinggalkan. Karena pasca tak jadi presiden pun komunikasinya pasti berjalan baik.
“Kecuali, hubungan Jokowi dan partai pendukungnya tak baik-baik saja maka setelah tak jadi presiden, Jokowi pasti ditinggal. Terutama dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan memang sudah wassalam,” katanya.
Jokowi dan PDIP pecah kongsi imbas Pilpres 2024. Kepala negara digadang-gadang bakal menjadi kader Partai Golkar, terutama setelah Bahlil Lahadalia menjadi Ketua Umum partai berlogo beringin tersebut.
Bahlil menggantikan Airlangga Hartarto yang mundur dari jabatan ketua umum Golkar pada Sabtu, dua pekan lalu. Selama ini Bahlil disebut-sebut sebagai perpanjangan tangan Jokowi untuk merebut Partai Golkar. Tapi Bahlil membantahnya.
Pada Kongres III Partai Nasdem, Ahad, 25 Agustus 2024, Jokowi mengungkit ada yang meninggalkannya ramai-ramai menjelang akhir jabatannya. Padahal, kata dia, biasanya pihak tersebut datang dengan ramai-ramai.
Jokowi meyakini Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh tidak akan meninggalkannya. "Biasanya datang itu ramai-ramai, terakhir begitu mau pergi, ditinggal ramai-ramai. Tapi saya yakin itu tidak dengan Bapak Surya Paloh, tidak dengan Bang Surya, dan tidak juga dengan NasDem," kata Jokowi.
Dalam sambutan yang sama, Jokowi mengatakan bahwa dia sangat merasa didukung penuh oleh Partai NasDem selama 10 tahun kepemimpinan. Meskipun pada 2024, Nasdem memilih pisan jalan dengan mendukung Anies Baswedan yang mempromosikan tema perubahan.
Ketua Umum Projo Budi Arie Setiadi tak menyangkal ada kecenderungan pihak-pihak yang meninggalkan Presiden Joko Widodo menjelang akhir periode. Namun Budi Arie menyangkal pihak tersebut merupakan ketua umum partai politik.
“Ya ada kecenderungannya begitu (ditinggal ramai-ramai),” kata Menteri Komunikasi di Istana Kepresidenan Jakarta pada Selasa, 27 Agustus 2024.
Budi Arie mengklaim Jokowi mengapresiasi semua partai pendukung yang menyokongnya hingga 20 Oktober. Ketum Projo ini juga meyakini politik elit menyukai guyub dan gotong royong.
Namun, Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi mengatakan tidak ada yang meninggalkan Jokowi. “Itu bukan berarti Pak Presiden mengatakan ada yang meninggalkan beliau, tapi lebih kepada melempar joke segar dalam politik. Biasanya seperti itu,” kata Hasan dalam keterangan di kompleks Istana Kepresidenan Jakarta pada Selasa, 27 Agustus 2024.
Hasan mengatakan bahwa pernyataan Jokowi di Partai NasDem pada Ahad, 25 Agustus 2024, akan berlaku sama jika presiden menyampaikan sambutan yang sama di partai lain. “ Kalau misalnya pernyataan bercandaan itu juga ada di Partai Amanat Nasional, misalnya juga akan seperti itu. juga akan seperti itu,” kata pendiri Cyrus Network ini.
Pilihan editor: Pesan Surya Paloh ke Prabowo Soal Jatah NasDem di Kabinet