INFO NASIONAL - Bisphenol-A atau BPA, zat kimia sintetis yang banyak digunakan dalam berbagai produk sehari-hari, telah menjadi topik perdebatan terkait keamanan kesehatannya, terutama dalam kemasan pangan. Meskipun ada kekhawatiran publik, fakta ilmiah menunjukkan bahwa kandungan BPA pada kemasan pangan, termasuk botol minum dan peralatan makan, masih berada dalam kadar yang aman dan tidak berbahaya bagi kesehatan manusia.
Plastik polikarbonat, yang mengandung BPA, sering digunakan dalam pembuatan berbagai produk karena sifatnya yang kuat, tahan panas, dan multifungsi. Namun, beberapa penelitian mengungkapkan bahwa BPA dapat berpindah dari wadah atau kemasan ke dalam makanan dan minuman, terutama jika terkena panas, bahan kimia alkali atau asam, atau digunakan dalam waktu lama.
BPA dapat masuk ke dalam tubuh melalui makanan dan minuman yang disimpan dalam kemasan polikarbonat. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa peningkatan suhu, kontak dengan bahan kimia tertentu, dan penggunaan yang lama dapat meningkatkan migrasi BPA ke dalam makanan. Meski demikian, jumlah BPA yang berpindah ke dalam tubuh dan masih dalam bentuk aktif sangat rendah, sehingga belum terbukti secara konklusif dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang serius.
Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa sekitar 90 persen BPA yang masuk ke dalam tubuh manusia berada dalam bentuk tidak aktif dan larut dalam air, sehingga mudah dikeluarkan melalui urine. Ini berarti BPA dalam jumlah ini tidak berbahaya dan tidak memiliki efek hormonal yang merugikan.
Paparan BPA juga sering dikaitkan dengan peningkatan risiko obesitas. Namun, perlu dicatat bahwa penelitian mengenai hal ini masih terbatas dan sebagian besar studi dilakukan pada hewan. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan hubungan yang lebih jelas antara BPA dan obesitas pada manusia.
Isu lain yang sering muncul adalah kaitan antara BPA dan risiko kanker, khususnya kanker ovarium. Namun, bukti epidemiologis yang ada saat ini masih terbatas pada studi observasional, sehingga sulit untuk menarik kesimpulan bahwa BPA secara langsung menyebabkan kanker.
Bahaya BPA juga kerap dihubungkan dengan risiko infertilitas, terutama pada wanita. Namun, studi literatur dari tahun 2013 hingga 2022 yang mengkaji hubungan antara BPA dan infertilitas tidak menemukan bukti yang signifikan bahwa BPA menjadi penyebab infertilitas.
Secara keseluruhan, meskipun ada kekhawatiran publik, bukti ilmiah saat ini menunjukkan bahwa paparan BPA dari kemasan pangan berada dalam kadar yang aman dan tidak menimbulkan risiko kesehatan yang signifikan. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah menetapkan batas migrasi BPA pada kemasan pangan tidak lebih dari 0,6 bpj (600 mikrogram/kg) melalui Peraturan BPOM Nomor 20 Tahun 2019. Oleh karena itu, selama produk yang mengandung BPA telah lulus uji dan mendapat izin dari BPOM, produk tersebut aman digunakan dan tidak membahayakan kesehatan.(*)