Iqbal menilai persaingan sesama perempuan pemimpin itu sekaligus bisa mengafirmasi seberapa piawai keduanya mampu mengakomodasi dan mewujudkan seluruh agenda kepentingan kaum perempuan Jatim.
Jika persaingan sesama perempuan Jatim itu terjadi, kata dia, Pilkada Jatim bakal menyuguhkan kompetisi demokrasi yang sehat untuk pendidikan politik rakyat. Namun semua itu kembali bergantung terutama pada kedewasaan elite PKB, PDIP, dan Nasdem untuk menjadi teladan berdemokrasi.
"Konfigurasi tiga parpol itu jika terwujud juga jadi edukasi politik yang sangat berharga karena tak membiarkan Pilkada Jatim hanya melawan kotak kosong. Jelas buruk dan bahaya bila demokrasi selesai, mati, dan berhenti di meja elite partai yang memaksa memborong rekomendasi pada calon tunggal saja," ujarnya.
Paket Risma-Anas Jadi Posisi Tawar PDIP untuk Berkoalisi
Namun Iqbal menilai Risma-Anas tidak bisa satu paket diusung jadi pasangan calon karena irisan kantong suaranya sama dan PDIP tidak punya golden tiket dalam Pilgub Jatim. Sehingga, kedua kader PDIP tersebut baru sebatas modal buat posisi tawar PDIP ketika membangun koalisi bersama PKB atau Nasdem.
Bila dalam koalisi PDIP di posisi cawagub, kata dia, maka kemungkinan nama Anas yang bakal disodorkan ketika PKB meminta posisi cagub, misalnya Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah atau Kiai Marzuki Mustamar.
Namun, apabila PKB legawa meminta Risma sebagai cagub, maka nama Anas bakal hilang dalam bursa pilgub karena pasangan calon yang terbentuk adalah Risma-Marzuki.
"Apabila PKB menyodorkan Ida Fauziyah sebagai cagub Jatim, maka kemungkinan Anas yang disodorkan PDIP sebagai calon wagub, kendati elektabilitas dua nama itu sangat jauh di bawah nama Risma," ujarnya.
Namun, jika PDIP hanya menempatkan kadernya sebagai cawagub karena PKB berkukuh meminta posisi Kiai Marzuki sebagai cagub, Iqbal mengatakan kemungkinan bisa lebih menguntungkan Khofifah-Emil memenangi Pilgub Jatim.
Respons Gerindra atas Munculnya Nama Risma dan Marzuki
Adapun Ketua Harian Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad merespons munculnya nama Risma dan tokoh Nahdlatul Ulama (NU) Marzuki Mustamar dalam bursa Pilgub Jatim 2024. Menurut dia, kemunculan kedua nama itu merupakan bagian dari dinamika politik.