Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

43 Tahun Lalu Kepergian Buya Hamka Ulama yang Sastrawan

image-gnews
Museum kelahiran Buya Hamka di danau maninjau, Agam, Sumatra Barat. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
Museum kelahiran Buya Hamka di danau maninjau, Agam, Sumatra Barat. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Pada 24 Juli 1981, Indonesia kehilangan salah satu putra terbaiknya, Buya Hamka. 43 tahun yang lalu, ulama, sastrawan, dan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) pertama ini mengembuskan napas terakhirnya. Buya Hamka adalah sosok yang tidak hanya dihormati karena ilmu dan kebijaksanaannya tetapi juga dicintai karena ketulusan dan dedikasinya terhadap agama dan bangsa.

Profil Buya Hamka

Abdul Malik Karim Amrullah, yang dikenal dengan nama Hamka dan bergelar Datuk Indomo, lahir pada 17 Februari 1908 di Sungai Batang, Tanjung Raya, Agam, Sumatera Barat. Buya Hamka, begitu ia akrab disapa, merupakan seorang ulama dan sastrawan Indonesia ternama. Ia adalah anak sulung dari empat bersaudara, lahir dari pasangan Abdul Karim Amrullah dan Safiyah. Sewaktu kecil, ia mengikuti kepindahan keluarganya ke Padang Panjang.

Di Padang Panjang, pada tahun 1916, Buya Hamka bersekolah di sekolah desa dan mengikuti kelas agama sore hari. Ketika berusia 10 tahun, ayahnya mendirikan Sumatra Thawalib di Padang Panjang, dan ia dimasukkan ke sekolah tersebut untuk mendalami ilmu agama, bahasa, dan kitab-kitab klasik.

Selain pendidikan formal, Buya Hamka juga belajar agama di surau dan masjid dari ulama terkenal. Kecintaannya pada membaca memperkaya pengetahuannya dalam berbagai bidang seperti filsafat, sastra, sejarah, sosiologi, dan politik.

Dengan kemampuan menulisnya, Hamka berkontribusi pada sastra Indonesia melalui karya-karya seperti Si Sabariah, Di Bawah Lindungan Ka'bah, dan, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Keahliannya dalam bahasa Arab memungkinkannya meneliti karya ulama dan pujangga Timur Tengah seperti Zaki Mubarak, Jurji Zaidan, dan Abbas Al-Aqqad. Ia juga mengkaji karya sarjana Barat seperti Albert Camus, Karl Marx, dan Sigmund Freud melalui terjemahan bahasa Arab.

Kilas Balik Wafatnya Buya Hamka

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pada tahun 1981, setelah mengundurkan diri sebagai Ketua MUI, kesehatan Buya Hamka mulai memburuk. Mengikuti anjuran dokter, beliau dirawat inap di Rumah Sakit Pusat Pertamina. Pada hari keenam perawatannya, beliau sempat melaksanakan salat Dhuha dengan bantuan putrinya untuk bertayamum.

Namun, pada siang harinya, dokter menyatakan bahwa Buya Hamka dalam keadaan koma karena ginjal, paru-paru, dan saraf sentralnya sudah tidak berfungsi lagi. Kondisinya hanya bisa dipertahankan dengan alat pacu jantung. Pada 24 Juli 1981, pukul 10.37 WIB, dalam usia 73 tahun, keluarganya sepakat untuk mencabut alat pacu jantung tersebut, dan tak lama kemudian, Buya Hamka mengembuskan napas terakhirnya.

Jenazah Buya Hamka disemayamkan di rumahnya di Jalan Raden Fatah III, di mana banyak pelayat datang untuk memberikan penghormatan terakhir, termasuk Soeharto, Adam Malik, dan Emil Salim. Setelah itu, jenazahnya disalatkan di Masjid Al Azhar sebelum dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Tanah Kusir, Jakarta Selatan. Prosesi pemakaman dipimpin oleh Menteri Agama, Alamsyah Ratu Perwiranegara.

Di akhir hidupnya, Buya Hamka berhasil menginspirasi dan mempengaruhi generasi muda Islam untuk mengikuti jejaknya. Ia menyelesaikan karya besar, yaitu menulis Tafsir Al-Azhar yang terdiri dari 30 jilid. Ulama yang wafat pada usia 73 tahun ini meninggalkan tidak kurang dari 94 karya buku yang mencakup berbagai tema seperti sastra, agama, sejarah, dan filsafat. Tidak mengherankan jika masyarakat Indonesia mengenal Buya Hamka sebagai seorang sastrawan dan ulama terkemuka di Nusantara.

SHARISYA KUSUMA RAHMANDA I RACHEL FARAHDIBA REGAR 

Pilihan Editor: Kisah Soekarno Minta Buya Hamka Menyalatkan Jenazahnya

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Profil Annisa Suci Ramadhani, Calon Tunggal Bupati Dharmasraya Lawan Kotak Kosong

6 jam lalu

Calon Bupati Annisa Suci Ramadhani dan calon wakil bupati  Leli Arni Dharmasraya. ANTARA
Profil Annisa Suci Ramadhani, Calon Tunggal Bupati Dharmasraya Lawan Kotak Kosong

Annisa Suci Ramadhani usia 34 tahun merupakan calon tunggal Bupati Dharmasraya Sumbar, melawan kotak kosong.


Pilkada Dharmasraya Akhirnya Hanya Diikuti Calon Tunggal, Meninggalkan Misteri

2 hari lalu

Jejak
Pilkada Dharmasraya Akhirnya Hanya Diikuti Calon Tunggal, Meninggalkan Misteri

Pengalihan dukungan PKS dan NasDem terhadap Adi-Romi membuat Pilkada Dharmasraya akhirnya hanya diikuti calon tunggal.


Belum Tuntas Kasus Pembunuhan Vina, Muncul Pembunuhan Nia Gadis Penjual Gorengan

2 hari lalu

Penemuan jasad Nia Kurnia Sari, gadis penjual gorengan di lahan perkebunan di Korong Pasa Gelombang, Nagari Kayu Tanam, Kecamatan 2x11 Enam Lingkung, Kabupaten Padang Pariaman, Minggu, 8 September 2024. Langgam/BPBD Padang Pariaman
Belum Tuntas Kasus Pembunuhan Vina, Muncul Pembunuhan Nia Gadis Penjual Gorengan

Belum tuntas kasus pembunuhan Vina, publik menyoroti pengungkapan pembunuhan Nia gadis penjual gorengan di Padang Pariaman.


Melihat Museum Rumah Kelahiran Buya Hamka di Tepian Danau Maninjau

4 hari lalu

Menikmati Museum Rumah Kelahiran Buya Hamka di tepian Danau Maninjau, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam. Sumatra Barat. TEMPO/Fachri Hamzah.
Melihat Museum Rumah Kelahiran Buya Hamka di Tepian Danau Maninjau

Museum ini berisikan barang-barang pribadi dari Buya Hamka seperti tongkat, jubah, dan buku-buku


Polda Sumbar Terus Buru Pelaku Pembunuhan Gadis Penjual Gorengan di Padang Pariaman

5 hari lalu

Penemuan jasad Nia Kurnia Sari, gadis penjual gorengan di lahan perkebunan di Korong Pasa Gelombang, Nagari Kayu Tanam, Kecamatan 2x11 Enam Lingkung, Kabupaten Padang Pariaman, Minggu, 8 September 2024. Langgam/BPBD Padang Pariaman
Polda Sumbar Terus Buru Pelaku Pembunuhan Gadis Penjual Gorengan di Padang Pariaman

Identitas pelaku pembunuhan Nia Kurnia Sari, gadis penjual gorengan, sudah mengerucut


Kisah Tragis Nia Gadis Penjual Gorengan di Padang Pariaman, Jasadnya Ditemukan Terkubur Tanpa Busana

6 hari lalu

Tim Satwa Polda Sumbar menemukan baju korban Nia Kurnia Sari, gadis penjual gorengan di aliran air di pinggir sawah.  Foto Langgam.id/Humas Polda Sumbar
Kisah Tragis Nia Gadis Penjual Gorengan di Padang Pariaman, Jasadnya Ditemukan Terkubur Tanpa Busana

Nia gadis penjual gorengan itu hilang selama tiga hari, hingga jasadnya ditemukan terkubur dalam kondisi tanpa buasan.


Ulama di Banten Dukung Andika-Airin

11 hari lalu

Ulama dan tokoh agama di Banten mendeklarasikan dukungan terhadap bakal calon Bupati Serang dan Wakil Bupati Serang, Andika Hazrumy-Nanang Supriatna serta bakal calon Gubernur Banten dan Wakil Gubernur Banten, Airin Rachmi Diany-Ade Sumardi, di Kota Serang, Sabtu, 7 September 2024. Dok. Pribadi
Ulama di Banten Dukung Andika-Airin

Para ulama di Banten secara terbuka menyatakan dukungan kepada pasangan bakal calon Bupati dan Wakil Bupati Serang, Andika Hazrumy-Nanang Supriatna


Jembatan untuk Jalur Evakuasi Tsunami di Sumbar Ambruk, BPBD: Mitigasi Struktural Juga Sangat Penting

21 hari lalu

Anak-anak bergantungan di besi saat melewati jembatan gantung yang terputus di Desa Alue Keujruen, Kecamatan Tanah Luas, Aceh Utara, Aceh. Selasa, 10 Oktober 2023. Putus dan ambruknya jembatan gantung penghubung enam kecamatan tersebut dikarenakan kondisi rekontruksi tua sehingga tidak mampu menahan beban berat kenderaan roda empat yang kerap melewati jembatan tersebut. ANTARA FOTO/Rahmad
Jembatan untuk Jalur Evakuasi Tsunami di Sumbar Ambruk, BPBD: Mitigasi Struktural Juga Sangat Penting

jembatan gantung jalur evakuasi jika terjadi tsunami di Pasaman Barat ambruk mengakibatkan sembilan sepeda motor jatuh terperosok ke sungai.


Dua Polisi di Padang Rampok Mobil Pengantar Uang, Bawa Kabur Rp 5,6 Miliar

21 hari lalu

Kabag Penum Divisi Humas Polri Komisaris Besar Erdi Adrimulan Chaniago. Foto: Dok. Polisi
Dua Polisi di Padang Rampok Mobil Pengantar Uang, Bawa Kabur Rp 5,6 Miliar

Dua polisi dan satu warga sipil di Padang Pariaman melakukan perampokan terhadap mobil pengisian ATM


Aksi Kawal Putusan MK dari Koalisi Mahasiswa se-Sumatera Barat, BEM KM Unand: DPR Bukan Dewan Penjilat Rezim

28 hari lalu

Koalisi mahasiswa se-Sumatera Barat adakan aksi Kawal Keputusan MK di depan Kantor DPRD Sumbar di Jalan Khatib Sulaiman Nomor 87 Kota Padang. Mahasiswa mencoba masuk dengan menaiki pagar gedung pada Kamis 22 Agustus 2024. TEMPO/Tiara Juwita
Aksi Kawal Putusan MK dari Koalisi Mahasiswa se-Sumatera Barat, BEM KM Unand: DPR Bukan Dewan Penjilat Rezim

Mahasiswa se-Sumatera Barat adakan aksi Kawal Putusan MK di depan gedung DPRD Sumbar. BEM KM Unand berharap DPR mendengarkan aspirasi rakyat.