Salah satu cerita menarik tentang Hoegeng adalah saat dirinya dilantik jadi Kepala Jawatan Imigrasi. Kala itu ia meminta istrinya yang saat itu membuka toko bunga untuk menutup usahanya. Hal ini dilakukannya guna mengurangi benturan kepentingan antara pihak yang berurusan dengan imigrasi dengan memesan kembang pada toko bunga istrinya.
Tak hanya itu, Hoegeng juga pernah merasakan godaan suap. Dia dirayu seorang pengusaha yang terlibat kasus penyelundupan. Pengusaha itu meminta Hoegeng agar kasus yang dihadapinya tak dilanjutkan ke pengadilan. Berbagai hadiah sogokan pun dikirimkan kepada Hoegeng. Hoegeng menolak mentah-mentah. Hadiah ini langsung dikembalikan.
Hoegeng telah membuktikan dirinya tidak bisa dibeli. Sejak menjadi perwira polisi di Sumatera Utara, Hoegeng dikenal karena keberanian dan kejujurannya. Dia tak sudi menerima suap sepeser pun. Barang-barang hadiah pemberian penjudi dilemparkannya keluar rumah. Kata-kata mutiara yang terkenal dari Hoegeng adalah, “Baik menjadi orang penting, tapi lebih penting menjadi orang baik."
Jasa Hoegeng kala jadi Kapolri
Saat menjabat menjadi Kapolri Hoegeng melakukan pembenahan di beberapa bidang, terutama terkait struktur organisasi di tingkat Mabes Polri. Aturan itu dicetuskan dalam Keppres No.52 Tahun 1969. Lewat beleid ini, Panglima Angkatan Kepolisian RI (Pangak) diubah menjadi Kepala Kepolisian RI (Kapolri). Lalu nama Markas Besar Angkatan Kepolisian menjadi Markas Besar Kepolisian (Mabes Pol). Sebutan Panglima Daerah Kepolisian (Pangdak) juga diubah menjadi Kepala Daerah Kepolisian RI atau Kadapol.
Saat jadi Kapolri, Jenderal Hoegeng juga tercatat tak segan memberantas kejahatan besar. Antara lain Hoegeng mengusut kasus penyelundupan mobil mewah oleh Robby Tjahjadi. Saat itu, pengusaha keturunan China itu menyelundupkan puluhan mobil mewah seperti Rolls Royce, Jaguar, Alfa Romeo, BMW, Mercedes Benz dari luar negeri dengan jumlah sangat besar. Alhasil, menyebabkan banyak kerugian bagi negara hingga Rp 716.243.400, saat itu.
Hoegeng juga menanggani kasus pemerkosaan dari seorang penjual telur di Yogyakarta. Perempuan bernama Sumarijem atau Sum Kuning itu diduga diperkosa anak-anak pejabat teras di Yogyakarta. Namun ironisnya, korban lantas dipenjara oleh polisi karena tuduhan memberi keterangan palsu. Mendengar hal itu, Hoegeng kemudian membuat tim khusus Tim pemeriksa Sum Kuning yang dibentuk pada Januari 1971. Namun kasus ini diambil alih oleh Tim Pemeriksa Pusat atau Kopkamtib dan Soeharto memintanya untuk tak ikut campur.
Hoegeng wafat dalam usia 82 tahun pada 15 Juli 2004 di Jakarta dan dimakamkan di Taman Pemakaman Bukan Umum atau TPBU Giri Tama, Kemang, Kabupaten Bogor Jawa Barat.
HENDRIK KHOIRUL MUHID | ASMA AMIRAH | KHUMAR MAHENDRA
Pilihan Editor: Suara Megawati Bergetar Mengutip Kalimat Sundhunata dalam Rakernas PDIP ke-5, Begini Katanya