TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDIP, Hasto Kristiyanto mengakui kondisi demokrasi Indonesia sedang terguncang akibat pragmatisme politik berlebihan di Pemilu 2024. Meski begitu, pragmatisme politik dalam berbagai bentuk itu tak akan membuat PDIP, yang dipimpin Ketua Umum Megawati Soekarnoputri mengubah haluan dari sikap setia kepada ideologi kerakyatannya.
Hasto mencontohkan, wajar bila saat ini ada perasaan khawatir bahwa rakyat kecil tak akan punya harapan bisa menjadi pemimpin hanya karena tak ada koneksi ke aparat berkuasa dan oligarki pemegang modal.
“Mengkhawatirkan kalau ke depan syarat jadi pemimpin adalah harus punya uang, punya koneksi dengan aparat berkuasa dan investor politik” kata Hasto dalam keterangan tertulisnya, Sabtu, 27 April 2024.
Hasto menekankan bahwa PDIP akan tetap setia dengan jalan ideologinya. Godaan pragmatisme takkan melunturkan berbagai program pendidikan politik kerakyatan yang selama ini telah dilakukan.
PDIP percaya pada akhirnya kunci utama tetaplah kebersatuan dengan rakyat. Artinya, PDIP lebih memilih selalu tetap hadir bersama rakyat, menjadi solusi bagi rakyat, dibanding hanya hadir di saat akhir jelang pemilihan dengan menebar uang.
Sebagai contoh, lanjut Hasto dalam pidatonya, PDIP telah sejak lama mengkampanyekan program menanam 10 tanaman pendamping beras. Program tersebut dilakukan sejak sebelum ada krisis pangan seperti yang sedang terjadi pada saat ini, yang dipicu oleh peran Rusia-Ukraina dan terakhir konflik Israel dan Iran.
“Kenapa dulu Ibu Megawati mendorong gerakan menanam itu karena didasari ideologi bahwa pangan itu terkait perut rakyat. Bu Mega mengingatkan bahwa Bung Karno berangkat dari falsafah petani, falsafah marhaen. Maka dedikasi dari PDIP adalah mengangkat harkat dan martabat Wong Cilik, martabat para petani,” ujar Hasto.
Hal itu juga akan menjadi bagian dari pembahasan di Rapat Kerja Nasional PDIP yang akan digelar pada 24-26 Mei mendatang. Tema utamanya adalah Satyam Eva Jayate yang berarti pada akhirnya kebenaran akan menang. Maknanya, tutur Hasto, menang apabila PDIP selalu bersatu dengan kekuatan rakyat, menang jika jiwa selalu menyatu dengan perjuangan rakyat.
Di rakernas itu, akan dibahas dinamika politik nasional maupun dunia yang menyangkut kehidupan rakyat. Kata Hasto, Megawati berpesan bahwa dunia saat ini sedang menghadapi krisis. Yang pertama terkait perang di Eropa dan krisis di Timur Tengah.
Semua itu, mau tak mau akan berpengaruh pada konstelasi politik dan ekonomi. Saat ini, misalnya, terjadi tekanan pada mata uang rupiah, disertai penurunan pendapatan negara akibat turunnya permintaan akan bahan baku yang kerap diekspor Indonesia.
Di sisi fiskal, beban subsidi BBM akan menjadi sangat berat. Beban itu belum ditambah beban akibat progam makan siang gratis. PDIP berfokus untuk pastikan menenami makanan pendamping beras karena melonjaknya harga beras dan cabai.
"Maka setiap kader harus mau bergotong royong bersama membantu masuarakat. Politik itu juga bicara pangan, bagaimana partai harus berusaha menjadi solusi bagi masyarakat,” urai Hasto. “Pesan Ibu Mega, berpolitik membumi, inilah yang akan membuat PDIP bisa berdiri kokoh menghadapi gempuran."
Pilihan Editor: PPP Jadi Partai Terbanyak yang Gugat Sengketa Pileg ke MK