Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Rangkaian Momen Sebelum Soeharto Naik Menjadi Presiden Gantikan Sukarno 56 Tahun Lalu

Reporter

Editor

Dwi Arjanto

image-gnews
Letjen Soeharto (kiri), Soekarno, Sultang Hamengku Buwono IX, dan Adam Malik pada rapat Kabinet Ampera1, 25 Juli 1966. Dok. Rusdi Husein
Letjen Soeharto (kiri), Soekarno, Sultang Hamengku Buwono IX, dan Adam Malik pada rapat Kabinet Ampera1, 25 Juli 1966. Dok. Rusdi Husein
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Naiknya Soeharto sebagai presiden menggantikan Sukarno berawal dari kemelut politik parah pasca peristiwa G30S tahun 1965. Setelah peristiwa tersebut, Surat Perintah Sebelas Maret atau yang dikenal dengan Supersemar diberikan oleh Presiden Sukarno kepada Soeharto, yang saat itu menjabat sebagai Panglima Komando Operasi Keamanan dan Ketertiban atau Pangkopkamtib.

Supersemar memberikan instruksi untuk mengatasi situasi dan kondisi Indonesia yang tidak stabil dengan mengambil segala tindakan yang dianggap perlu.

Tercetusnya Supersemar juga tidak terlepas dari meletusnya peristiwa G30S. Setelah terjadinya peristiwa tersebut, keadaan Ibukota Jakarta pada 2 Oktober 1965 dikuasai oleh Pasukan (Resimen Para Komando Angkatan Darat) RPKAD.

Saat itu, Soeharto menemui Presiden Sukarno di Istana Bogor. Dalam pertemuan tersebut, Presiden memutuskan untuk secara langsung mengambil alih kepemimpinan Angkatan Darat, yang sejak 1 Oktober 1965 sementara dipegang oleh Mayor Jenderal Soeharto.

Situasi ekonomi di Indonesia semakin memburuk. Pada 13 Desember 1965, Pemerintah melakukan devaluasi uang rupiah, menyebabkan nilai rupiah turun drastis dan harga 9 kebutuhan pokok melonjak di pasar.

Dalam suasana ketidakpuasan dan ketidak sabaran ini, muncul Tri Tuntutan Rakyat atau TRITURA yang berisi tiga tuntutan utama:

1.   Pembubaran PKI

2.   Perombakan Kabinet 

3.   Penurunan harga/perbaikan ekonomi

Melihat kondisi negara yang sulit dan menghadapi protes dari masyarakat serta situasi yang rumit, Presiden Sukarno yang semakin lemah kesehatannya, mengambil langkah untuk mengatasi hal tersebut.

Pada sore hari 11 Maret 1966, tiga jenderal Angkatan Darat, yaitu Brigjen Amir Machmud (Panglima Kodam Jaya), Brigjen M Yusuf (Menteri Perindustrian Dasar), dan Mayjen Basuki Rachmat (Menteri Veteran dan Demobilisasi), bertemu dengan Presiden Sukarno di Istana Bogor.

Malam itu, Presiden sebagai Pemimpin Besar Revolusi mengeluarkan suatu "Surat Perintah" kepada Letnan Jenderal Soeharto. Surat perintah ini kemudian dikenal dengan nama Surat Perintah 11 Maret atau Supersemar.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Berdasarkan Supersemar tersebut, maka Letnan Jendral Soeharto yang menjabat sebagai Menteri Panglima Angkatan Darat menerima tugas atas nama Presiden dan mengambil tindakan mengamankan ketertiban dan 

Supersemar memiliki kekuatan hukum yang mengikat semua pihak, bahkan Sukarno sendiri tidak bisa membatalkan instruksi dari surat tersebut. Hal ini menyebabkan lahirnya TAP MPRS Nomor IX/1996 pada 21 Juni 1996, yang juga diiringi dengan pencabutan gelar presiden seumur hidup pada Sukarno.

Setelah MPRS memberikan mandat kepada Soeharto, terjadi dualisme di puncak kekuasaan antara Sukarno dan Soeharto. Namun, Soeharto semakin memperoleh dukungan setelah memanfaatkan momentum G30S dan kondisi ekonomi Indonesia yang memburuk, membuat posisi politik Sukarno semakin terdesak.

 Pada 7 Februari 1967, Sukarno mengirim surat kepada Soeharto yang memerintahkan Soeharto untuk melaporkan pelaksanaan pemindahan kekuasaan jika diperlukan. DPR-GR kemudian mengadakan pertemuan dengan MPRS untuk membahas pemberhentian Sukarno pada 9 Februari 1967.

Akhirnya, pada 22 Februari 1967, Sukarno menyerahkan kekuasaan eksekutifnya kepada Soeharto berdasarkan Supersemar. MPRS kemudian mencabut kekuasaan presiden dari Sukarno dan menetapkan Soeharto sebagai penggantinya melalui TAP MPRS Nomor. XXXIII Tahun 1967. Pada sidang MPRS tanggal 7 Maret 1967, Soeharto resmi menjadi pejabat presiden sampai terpilihnya presiden melalui pemilihan umum.

Kemudian, pada 26 Maret 1968, Soeharto resmi menjadi Presiden RI secara penuh setelah dilantik pada sidang V MPRS yang dipimpin oleh Jenderal AH Nasution. Kemudian, Soeharto menjadi presiden sesuai hasil Sidang Umum MPRS (Tap MPRS No XLIV/MPRS/1968) pada 27 Maret 1968.

Puteri keempat mendiang Sukarno, Sukmawati Sukarnoputri dalam bukunya Creeping Coup D'etat menyebutkan bahwa apa yang dilakukan Soeharto terhadap Sukarno merupakan kudeta merangkak.

Dalam teori Cornell oleh Ben Anderson, setidaknya ada empat tahap kudeta merangkak. Pertama yang menjadi target presiden, kedua panglima, ketika orang yang dalam pemerintah dan partai pendukung.

Namun, menurut Sukmawati kudeta yang dilakukan kepada Sukarno berbeda karena para jenderalnya dulu yang dibantai, kedua menteri-menteri (16 menteri) dalam kabinet Trikora ditangkap dan dipenjara tanpa proases pengadilan, lalu pembantaian partai pendukung dalam hal ini PKI. "Baru presidennya disingkirkan tidak boleh memerintah kembali," kata Sukmawati.

ELLYA SYAFRIANI | ANANDA BINTANG | GERIN RIO PRANATA | RINDI ARISKA
Pilihan editor: Mantan Menteri Penerangan Era Soeharto Alwi Dahlan Meninggal

.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Prabowo Kenang Sumitro Djojohadikusumo: Jauh Lebih Pintar dari Saya

7 hari lalu

Capres nomor urut 2, Prabowo Subianto berziarah ke makam sang ayah, Soemitro Djojohadikoesoemo di TPU Karet Bivak, Jakarta Selatan Kamis, 15 Februari 2024. Foto:TKN Prabowo-Gibran
Prabowo Kenang Sumitro Djojohadikusumo: Jauh Lebih Pintar dari Saya

Presiden Prabowo Subianto menceritakan peranan ayahnya, Sumitro Djojohadikusumo dalam membentuk karakternya.


BEM FISIP Unair Dibekukan, KIKA: Seperti Kembali ke Era Soeharto

8 hari lalu

Karangan Bunga Prabowo - Gibran yang dibuat oleh BEM FISIP Unair. Foto: dok BEM Fisip Unair
BEM FISIP Unair Dibekukan, KIKA: Seperti Kembali ke Era Soeharto

KIKA menilai pembekuan terhadap BEM FISIP Unair mencerminkan sikap otoriter seperti yang ada di era pemerintahan Soeharto.


Rekam Jejak Jenderal TNI Wiranto: Dari Presiden Soeharto hingga Prabowo

12 hari lalu

Menteri Koordinator Bidang Hukum, Politik, dan Keamanan RI, Wiranto dilarang masuk ke Amerika Serikat pada 15 Januari 2004. Kala itu, ia masih menjabat sebagai Jenderal TNI (Purn) dan calon presiden 2004. Wiranto dituduh terlibat kejahatan perang oleh pengadilan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Ia didakwa terlibat tindak kekerasan di Timor-Timur pada 1999. TEMPO/Imam Sukamto
Rekam Jejak Jenderal TNI Wiranto: Dari Presiden Soeharto hingga Prabowo

Presiden Prabowo melantik Jenderal TNI (Purn) Wiranto sebagai Penasihat Khusus Presiden bidang keamanan dan politik.


Fakta-fakta Didit Prabowo, Anak Presiden yang Menggeluti Dunia Fashion

14 hari lalu

Prabowo Subianto, Titiek Soeharto dan anak mereka, Didit Hediprasetyo berfoto bersama saat acara ulang tahun Titiek ke-65 di Jakarta, Sabtu, 14 April 2024.  Foto: Instagram/@titieksoeharto.
Fakta-fakta Didit Prabowo, Anak Presiden yang Menggeluti Dunia Fashion

Anak presiden Prabowo berkecimpung di dunia desain sejak usia muda


20 Tahun Jalan Prabowo Menjadi Presiden RI, Impiannya Terwujud pada Pilpres 2024

16 hari lalu

Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dipanggil Presiden Jokowi ke Istana Kepresidenan Jakarta pada Senin, 8 Juli 2024. TEMPO/Daniel A. Fajri
20 Tahun Jalan Prabowo Menjadi Presiden RI, Impiannya Terwujud pada Pilpres 2024

Selama lebih dari 20 tahun, Prabowo Subianto telah berupaya menjadi Presiden RI. Pada Pilpres 2024, impiannya pun terwujud.


Perjalanan Try Sutrisno dari Militer hingga Wapres, Pernah Disebut Ban Serep yang Tak Terpakai

27 hari lalu

Jenderal TNI (Purn) Try Sutrisno. TEMPO/Dasril Roszandi
Perjalanan Try Sutrisno dari Militer hingga Wapres, Pernah Disebut Ban Serep yang Tak Terpakai

Pertemuannya dengan Soeharto membuat karier Try Sutrisno melambung. Saat HUT TNI ke-79, mantan wapres ini disebut-sebut tak disalami Jokowi.


HUT TNI ke-20 Berkabung Duka, Pemakaman 7 Pahlawan Revolusi Korban G30S 1965

29 hari lalu

Kondisi Monumen Pancasila Sakti menjelang Hari Kesaktian Pancasila, Lubang Buaya, Pondok Gede, Jakarta, Senin, 30 September 2024. Menjelang Hari Kesaktian Pancasila, Monumen Pancasila Sakti disterilkan untuk persiapan upacara 1 Oktober.  TEMPO/Ilham Balindra
HUT TNI ke-20 Berkabung Duka, Pemakaman 7 Pahlawan Revolusi Korban G30S 1965

Pemakaman 7 Pahlawan Revolusi korban G30S 1965 bertepatan dengan hari ulang tahun Angkatan Bersenjata Republik Indonesia atau HUT TNI ke-20.


Indonesia Hanya Punya 3 Jenderal Bintang Lima, Siapa Saja Jenderal TNI Itu?

29 hari lalu

Jendral Soedirman. antaranews.com
Indonesia Hanya Punya 3 Jenderal Bintang Lima, Siapa Saja Jenderal TNI Itu?

Tak sembarang orang bisa menyandang gelar jenderal bintang lima, Indonesia hanya punya 3 Jenderal TNI. Siapa mereka?


Kisah 6,5 Juta Gulden Sultan Hamengkubuwono IX untuk Kas Negara, Sukarno pun Menangis

32 hari lalu

Sultan Hamengkubuwono IX. Dok. Museum Hamengku Buwono IX Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat
Kisah 6,5 Juta Gulden Sultan Hamengkubuwono IX untuk Kas Negara, Sukarno pun Menangis

Sultan Hamengkubuwono IX menyumbang 6,5 juta gulden untuk Indonesia melalui Sukarno. Dana itu dijadikan kas negara di awal kemerdekaan RI.


Rekam Jejak Sultan Hamengkubuwono IX untuk Indonesia: Memilih Bersama NKRI

33 hari lalu

Sultan Hamengkubuwono IX setelah dinobatkan, 18 Maret 1940. Dok. Perpustakaan Nasional/ Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat
Rekam Jejak Sultan Hamengkubuwono IX untuk Indonesia: Memilih Bersama NKRI

Kontribusi Sultan Hamengkubuwono IX untuk Indonesia terekam dalam sejarah. Ia mendukung Sukarno-Hatta dengan segala daya upaya.