Soal pendidikan dan kesehatan, Melki menilai saat ini belum ada satu pun caleg atau capres yang memiliki gagasan bagaimana menjamin pelayanan negara dalam dua hal itu bisa menyentuh semua lapisan masyarakat. Menurut dia, apa yang dilakukan pemerintah dengan membentuk Badan Pelayanan Jaminan Sosial (BPJS) belum cukup.
Melki mencontohkan bagaimana kondisi fasilitas kesehatan di luar Pulau Jawa sangat timpang. Menurut dia, banyak pasien yang kemudian harus merogoh kocek sendiri karena fasilitas yang mereka butuhkan tak dijamin oleh BPJS.
"Mereka di Kalimantan itu benar-benar merasakan, Katanya berobat di sini gratis, tetapi kalau sakitnya parah dirujuk ke rumah sakit besar yang ada di ibu kota provinsi atau kabupaten yang mana itu tidak mungkin gratis. Banyak fasilitas-fasilitas yang tidak ditanggung oleh BPJS," kata Melki.
Demikian halnya dengan masalah pendidikan. Dia menyatakan tak ada caleg atau pun capres yang akan bertarung pada Pemilu 2024 berbicara soal membangun sistem yang bisa menjamin pendidikan bagi seluruh lapisan masyarakat.
Soal lingkungan, Melki juga menilai belum ada caleg dan capres yang berbicara soal bagaimana menurunkan tingkat polusi udara, hingga transisi ke energi ramah lingkungan. Dia mencontohkan, hingga saat ini tak ada caleg atau pun capres yang berbicara soal bagaimana mendorong penggunaan transportasi umum di berbagai daerah di Indonesia, tidak hanya di Jakarta.
"Bagaimana kita bisa tidur tenang jika kita tahu pas bangun pagi nanti udara yang kita hirup tidak sehat," kata dia.
Pemilih muda dinilai tak ingin calon pemimpin yang pura-pura muda
Melki pun berpesan kepada para caleg atau capres untuk tidak hanya menjadikan para pemilih muda sebagai lumbung suara saja. Dia menyatakan, para pemilih muda saat ini cukup cerdas untuk melihat mana caleg dan capres yang memang memiliki kemampuan untuk menyuarakan aspirasi mereka atau yang hanya berpura-pura memiliki jiwa muda.
"Kita tidak butuh pemimpin yang joget-joget di tiktok. kita nggak perlu pemimpin yang pura-pura muda pakai jaket jeans ngakunya Dilan dan Milea. Pemimpin yang kolot, anggota legislatif yang kolot itu memuakkan, tetapi pemimpin yang berpura-pura muda itu menjijikan," kata dia.
Sebagai informasi, Pemilu 2024 akan digelar pada 14 Februari 2024 atau sekitar delapan bulan lagi. KPU memprediksi jumlah pemilih muda dalam Pemilu 2024 akan menempati porsi paling besar. Dari 187 juta pemilik suara, 60 persen diantaranya merupakan generasi milenial dan Gen Z.