Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Penumpasan G30S: Jejak Sarwo Edhie Wibowo Sang Komandan RPKAD

Reporter

Editor

Dwi Arjanto

image-gnews
Komandan RPKAD Kolonel Sarwo Edhie Wibowo (tengah), di depan mahasiswa yang tergabung dalam KAMI di halaman kampus UI, Jakarta, 10 Januari 1966. Foto: DOk. Perpusnas RI
Komandan RPKAD Kolonel Sarwo Edhie Wibowo (tengah), di depan mahasiswa yang tergabung dalam KAMI di halaman kampus UI, Jakarta, 10 Januari 1966. Foto: DOk. Perpusnas RI
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta -Sarwo Edhie Wibowo adalah Panglima RPKAD (Resimen Para Komando Angkatan Darat) atau sekarang disebut sebagai Kopassus dengan jejak gemilang dalam mengakhiri G30S.

Sarwo Edhie Wibowo menjadi salah satu tokoh yang menonjol dalam peristiwa Gerakan 30 September atau G30S . Ia dan pasukannya bertugas menumpas kelompok G30S dan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang saat itu dianggap bertanggung jawab terhadap G30S.

Mengutip Majalah Tempo Edisi Khusus, Sarwo Edhie Wibowo dan Misteri 1965, Sarwo Edhie diangkat menjadi Wakil Komandan Resimen Taruna Akademi Militer Naional (AMN) sekitar tahun 1958-1959. Resimen Taruna AMN merupakan sekolah militer yang memberikan pelatihan keras kepada para anggotanya.

Sekolah ini berada di Bogor. Pada 1959, Ahmad Yani merekomendasikan Sarwo Edhie menjadi Komandan Sekolah Para Komando Angkatan Darat atau SPKAD. Hal ini mengharuskan Sarwo Edhie bersama keluarganya pindah ke Cimahi karena SPKAD berada di daerah Batujajar. Sarwo Edhie pun dilantik menggantikan Kapten Wijogo Atmodarminto.

Karier militer Sarwo Edhie semakin menanjak ketika Ahmad Yani yang saat itu menjabat sebagai Menteri Panglima Angkatan Darat mengangkatnya menjadi Kepala Staf RPKAD. Kemudian pada awal 1963 Sarwo Edhie menempuh pendidikan staf di The Australian Army’s Staf College di Australia, selama 18 bulan.

Setelah kembali ke Indonesia, Sarwo Edhie pada Februari 1966 oleh Letnan Jenderal Ahmad Yani resmi ditetapkan menjadi Komandan RPKAD. Dia menggantikan Kolonel Moeng Parhadimoeljo hingga 1967.

Kemudian pada 1967 hingga 1968 Sarwo Edhie Wibowo menjabat sebagai Pangdam II/Bukit Barisan. Dia juga pernah menjabat sebagai Pangdam XVII/Tjenderawasih pada 1968 hingga 1970. Kemudian pada 1970 hingga 1974, mertua ini menjadi Gubernur AKABRI.

Peran Sarwo Edhi Wibowo dalam Penumpasan G30S

Sarwo Edhi Wibowo melatih masyarakat sipil yang anti-PKI sebagai ujung tombak operasi penumpasan.

Menurut laporan Sarwo Edhie sendiri yang dikatakannya pada 1989 di depan DPR, operasi penumpasan G30S dan PKI oleh militer memakan hingga 3 juta korban jiwa. Mereka disebutkan berasal dari Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali.

Saat itu, Sarwo Edhie Wibowo menjadi orang kepercayaan Soeharto untuk menumpas G30S dengan beberapa alasan. Salah satunya, karena Jenderal Ahmad Yani yang terbunuh dalam G30S, berasal dari daerah yang sama dengan Sarwo Edhie, yakni Purworejo, Jawa Tengah.

Ahmad Yani juga merupakan teman dekatnya. Selain itu, Sarwo Edhi adalah salah satu orang yang sangat dilindungi dan disenangi Jenderal Yani. Ketika Yani menjadi salah satu korban peristiwa itu, Sarwo Edho menjadi orang terdepan yang marah atas meninggalnya Yani.

Peristiwa kudeta 30 September 1965 itu menjadi alasan Sarwo Edhie menerima tugas memimpin penumpasan G30S. 

Sebelum peristiwa besar itu terjadi, Sarwo Edhi Wibowo sempat didatangi oleh Brigjen Sabur yang saat itu menjadi Komandan Resimen Tjakrabirawa atau pasukan pengamanan Presiden Soekarno yang bertanggung jawab atas G30S.

Sarwo Edhie diajak untuk bergabung dalam kubu G30S. Akan tetapi ia menolaknya, namun sesaat setelah peristiwa terbunuhnya 6 jenderal diketahui, Sarwo Edhi Wibowo diperintahkan oleh Soeharto untuk merebut beberapa tempat strategis yang dikuasai kelompok G30S saat itu.

Salah satunya Sarwo Edhie diperintahkan untuk merebut Radio Republik Indonesia (RRI) Pusat dari tangan pelaku G30S.

Setelah tugasnya menangkap para pelaku G30S, Sarwo Edhie menjadi duet maut bersama Soeharto.

Sebelumnya, pengamanan wilayah Jakarta menjadi misi utama dalam tugas awal Sarwo Edhie sebelum bergerak menguasai Gedung RRI dan Kantor Telkomunikasi dan Pangkalan Udara Halim.

Pada pukul 17:00 sore 1 Oktober 1965 pasukan RPKAD dipimpin Sarwo Edhie diperintahkan untuk memulai misi merebut Gedung RRI dan Kantor Telekomunikasi. Hasilnya, sekitar pukul 19:20, pasukan RPKAD sudah berhasil menguasai Gedung RRI secara penuh. Sementara itu, tak berselang lama Kantor Telekomunikasi juga berhasil dikuasai RPKAD.

Selanjutnya, pukul 01:00 tanggal 2 Oktober dini hari, Mayjen Soeharto memerintahkan Sarwo Edhie untuk memulai misi menguasai Pangkalan Udara Halim.

Meski awalnya terjadi pertempuran kecil, namun pada pukul 06:10 Pangkalan Udara Halim berhasil dikuasai oleh Pasukan RPKAD.

Pada 18 Oktober 1965, Sarwo Edhie bersama RPKAD berangkat ke Semarang atas perintah Soeharto yang sebelumnya telah mendengar kabar tentang kondisi di Semarang.

Begitu sampai di Semarang Sarwo Edhie langsung merencanakan pengejaran terhadap terduga kelompok G30S. Hasilnya pada hari itu juga berhasil menangkap 1.050 setelah patroli seharian.

Pada 22 Oktober 1965 Sarwo Edhie Wibowo bersama RPKAD sampai di Surakarta. Operasi RPKAD di Surakarta berhasil membuat kelompok Gerakan 30 September terpecah dan menangkap 40 pemuda dengan senjata tajam yang diduga kelompok simpatisan G30S.

Selain itu, Sarwo Edhie Wibowo dan RPKAD menemui massa yang anti terhadap Gerakan 30 September sekaligus memberikan pelatihan militer. Ini bertujuan untuk membantu militer menumpas G30S.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

IDRIS BOUFAKAR
Baca juga : Menapaki Jejak Keterlibatan CIA dalam G30S

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Sukarno Pernah Melarang Manifesto Kebudayaan 60 Tahun Lalu, Apa itu Manikebu dan Lekra?

16 jam lalu

Soekarno Presiden pertama Indonesia di Jakarta, saat para fotografer meminta waktu untuk memfotonya Presiden Sukarno tersenyum, dengan mengenakan seragam dan topi, sepatu juga kacamata hitam yang menjadi ciri khasnya. Sejarah mencatat sedikitnya Tujuh Kali Soekarno luput, Lolos, Dan terhindar dari kematian akibat ancaman fisik secara langsung, hal yang paling menggemparkan adalah ketika Soekarno melakukan sholat Idhul Adha bersama, tiba tiba seseorang mengeluarkan pistol untuk menembaknya dari jarak dekat, beruntung hal ini gagal. (Getty Images/Jack Garofalo)
Sukarno Pernah Melarang Manifesto Kebudayaan 60 Tahun Lalu, Apa itu Manikebu dan Lekra?

Presiden Sukarno pernah melarang Manifesto Kebudayaan pada 60 tahun lalu. Apa itu Manikebu dan Lekra yang mengemuka saat itu?


72 Tahun Komando Pasukan Khusus, Daftar 37 Danjen Kopassus Ada Bapak dan Anak

22 hari lalu

Danjen Kopassus baru Brigjen TNI Lodewijk Freidrich Paulus (kanan) dan mantan Danjen Kopassus Mayjen TNI Pramono Edhie Wibowo saat serah terima jabatan di Markas Kopasus, Cijantung, Jakarta, Jumat (4/12). TEMPO/Subekti
72 Tahun Komando Pasukan Khusus, Daftar 37 Danjen Kopassus Ada Bapak dan Anak

Kopassus merayakan hari jadi ke-72 sejak berdiri pada 16 April 1952. Berikut daftar Danjen Kopassus dari 1952 hingga 2024, ada bapak dan anak.


72 Tahun Kopassus, Begini Awal terbentuknya Pasukan Elit Korps Baret Merah

22 hari lalu

Pasukan Kopassus TNI AD mengikuti geladi upacara Peringatan HUT ke-70 TNI di Dermaga Indah Kiat, Merak, Cilegon, Banten, 3 Oktober 2015. ANTARA/Yudhi Mahatma
72 Tahun Kopassus, Begini Awal terbentuknya Pasukan Elit Korps Baret Merah

Komando Pasukan Khusus atau Kopassus merayakan hari jadi yang ke-72 pada 16 April 2024. Begini sejarah terbentuknya yang digagas Kolonel Slamet Riyad.


Kisah Darah dan Doa, Film Longmarch of Siliwangi yang Jadi Hari Film Nasional

40 hari lalu

Film Darah dan Doa karya Usmar Ismail. wikipedia
Kisah Darah dan Doa, Film Longmarch of Siliwangi yang Jadi Hari Film Nasional

Pengambilan gambar film Darah dan Doa dijadikan peringatan Hari Film Nasional setiap 30 Maret


Rangkaian Momen Sebelum Soeharto Naik Menjadi Presiden Gantikan Sukarno 56 Tahun Lalu

43 hari lalu

Letjen Soeharto (kiri), Soekarno, Sultang Hamengku Buwono IX, dan Adam Malik pada rapat Kabinet Ampera1, 25 Juli 1966. Dok. Rusdi Husein
Rangkaian Momen Sebelum Soeharto Naik Menjadi Presiden Gantikan Sukarno 56 Tahun Lalu

Naiknya Soeharto sebagai presiden menggantikan Sukarno berawal dari kemelut politik yang rumit pasca peristiwa G30S


Hari Ini 56 Tahun Lalu, Pelantikan Soeharto sebagai Presiden Gantikan Sukarno, Sukmawati Sebut Kudeta Merangkak

44 hari lalu

Sukarno dan Soeharto
Hari Ini 56 Tahun Lalu, Pelantikan Soeharto sebagai Presiden Gantikan Sukarno, Sukmawati Sebut Kudeta Merangkak

Kudera merangkak disebut sebagai kudeta yang dilakukan Soeharto kepada Sukarno, apa itu?


58 Tahun Lalu Sidang MPRS Putuskan Soeharto Jadi Pejabat Presiden, Dimulainya Orde Baru

57 hari lalu

Sukarno dan Soeharto
58 Tahun Lalu Sidang MPRS Putuskan Soeharto Jadi Pejabat Presiden, Dimulainya Orde Baru

Pada 12 Maret 1966, MPRS menunjuk Soeharto sebagai Pejabat Presiden pada 12 Maret 1967. Ini menandai berakhirnya kekuasaan Sukarno, berganti Orde Baru


Siapa 3 Jenderal yang Bertemu Sukarno di Istana Bogor Menjelang Supersemar?

58 hari lalu

Soekarno Presiden pertama Indonesia di Jakarta, saat para fotografer meminta waktu untuk memfotonya Presiden Sukarno tersenyum, dengan mengenakan seragam dan topi, sepatu juga kacamata hitam yang menjadi ciri khasnya. Sejarah mencatat sedikitnya Tujuh Kali Soekarno luput, Lolos, Dan terhindar dari kematian akibat ancaman fisik secara langsung, hal yang paling menggemparkan adalah ketika Soekarno melakukan sholat Idhul Adha bersama, tiba tiba seseorang mengeluarkan pistol untuk menembaknya dari jarak dekat, beruntung hal ini gagal. (Getty Images/Jack Garofalo)
Siapa 3 Jenderal yang Bertemu Sukarno di Istana Bogor Menjelang Supersemar?

Kilas balik Surat Perintah Sebelas Maret atau Supersemar, ada 3 jenderal yang bertemu Sukarno sebelumnya di Istana Bogor. Siapa mereka?


Kelahiran Putri Sukarno-Ratna Sari Dewi Tepat Setahun Setelah Supersemar, Ini Profil Karina Kartika Soekarno

58 hari lalu

Karina Kartika Sari Dewi Soekarno. ANTARA/Widodo S. Jusuf
Kelahiran Putri Sukarno-Ratna Sari Dewi Tepat Setahun Setelah Supersemar, Ini Profil Karina Kartika Soekarno

Tepat setahun peristiwa Supersemar, anak Sukarno-Ratna Sari Dewi di Prancis. Ia diberi nama Karina Kartika Soekarno, ini profilnya.


Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

59 hari lalu

Film Djakarta 1966. imdb.com
Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

Peristiwa Surat Perintah Sebelas Maret atau Supersemar disertai gelombang demo mahasiswa terekam dalam film Djakarta 66 karya Arifin C. Noer