TEMPO.CO, Jakarta -Hari ini 57 tahun silam ditemukan mayat-mayat Pahlawan Revolusi enam jenderal dan satu kapten korban G30S di sumur tua di Lubang Buaya, pada 3 Oktober 1965
Sumur tua tersebut menjadi saksi bisu peristiwa kelam pembunuhan petinggi militer Indonesia seperti dilansir dari buku biografi Sintong Panjaitan, Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando.
Feisal Tanjung, mantan Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia kini Tentara Nasional Indonesia atau TNI dan Sintong Panjaitan, Penasihat Presiden Bidang Pertahanan dan Keamanan di era Presiden BJ Habibie pada 1999, adalah saksi sekaligus pelaku sejarah di seputar peristiwa Gerakan 30 September G30S tahun 1965. Keduanya pernah ditugasi dalam operasi penumpasan gerakan kudeta tersebut.
Beberapa peleton dari Kompi Tanjung Batalion 1 RPKAD ditugasi menyisir Desa Lubang Buaya, Kecamatan Pondok Gede, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Sekarang menjadi Kelurahan Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Pencarian hilangnya tujuh jenderal adalah salah satu fragmen penting G30S.
Kudeta Gagal
Para jenderal dan perwira pertama TNI Angkatan Darat itu belakangan diketahui diculik dan dibunuh tujuh regu pasukan Pasopati dari Tjakrabirawa atas perintah Kolonel Untung, Komandan Batalion I Kawal Kehormatan Tjakrabirawa pada Kamis, 30 September 1965 malam, hingga Jumat, 1 Oktober 1965 subuh.
G30S, yang melibatkan beberapa tokoh PKI, dianggap beberapa versi sebagai sebuah gesekan klimaks di tubuh Angkatan Darat dan kudeta terhadap pemerintahan Soekarno.
Peristiwa 57 tahun lalu itu menjadi sejarah kelam bagi bangsa Indonesia. Kudeta gagal itu menyebabkan gugurnya sejumlah pimpinan tertinggi AD.
Jenderal TNI Ahmad Yani Menteri atau Panglima Angkatan Darat dan Kepala Staf Komando Operasi Tertinggi dan Mayjen TNI Donald Izacus Panjaitan, Asisten IV Menteri atau Panglima AD bidang Logistik, gugur ditembak saat diculik di rumah dinasnya. Sementara itu, Jenderal TNI Abdul Haris Nasution meloloskan diri walau kakinya terkena peluru.
Empat jenderal lainnya yang diculik, disiksa, dan dibunuh adalah Letjen TNI Raden Suprapto, Deputi II Menteri atau Panglima AD bidang Administrasi. Letjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono, Deputi III Menteri atau Panglima AD Bidang Perencanaan dan Pembinaan. Letjen TNI Siswondo Parman, Asisten I Menteri atau Panglima AD Bidang Intelijen. Mayjen TNI Sutoyo Siswomiharjo, Inspektur Kehakiman atau Oditur Jenderal AD. Semuanya ditemukan sudah menjadi jenazah dan dikubur di dalam sumur di Lubang Buaya.
"Presiden sedih sekali atas nasib para jenderal yang diculik. Khususnya Jenderal Ahmad Yani, jenderal yang sangat disayanginya itu," kata Sintong seperti tertuang dalam buku biografinya tentang reaksi Presiden Soekarno.
Korban lainnya yang gugur adalah Kapten Pierre Tendean, Ajudan AH Nasution dan Aipda Karel Satsuit Tubun, Anggota Brimob yang bertugas di rumah Wakil Perdana Menteri II Dr J, Leimena. Termasuk Ade Irma Nasution, putri bungsu AH Nasution, meninggal dunia setelah koma 5 hari akibat tembakan personel pasukan Pasopati Tjakrabirawa.
Di luar Jakarta, sekelompok pasukan...