Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sarwo Edhie Wibowo dari Desa Pangen Menjadi Komandan RPKAD

image-gnews
Komandan RPKAD Kolonel Sarwo Edhie Wibowo (tengah), di depan mahasiswa yang tergabung dalam KAMI di halaman kampus UI, Jakarta, 10 Januari 1966. Foto: DOk. Perpusnas RI
Komandan RPKAD Kolonel Sarwo Edhie Wibowo (tengah), di depan mahasiswa yang tergabung dalam KAMI di halaman kampus UI, Jakarta, 10 Januari 1966. Foto: DOk. Perpusnas RI
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Hari ini, 25 Juli 1925, merupakan kelahiran Sarwo Edhie Wibowo. Dia adalah Panglima Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat atau RPKAD, kini Kopassus, pemimpin penumpasan G30S. Selain itu, Sarwo Edhie merupakan ayah Kristiani Herrawati, istri Presiden ke-5 Susilo Bambang Yudhoyono.

Sarwo Edhie Wibowo adalah seorang perwira tinggi militer TNI AD. Puncak perjuangan karier Sarwo Edhie adalah ketika ditunjuk sebagai komandan RPKAD. Dia berhasil menumpas gerakan 30 September yang mengancam kekuasaan negara yang sah. Mengutip buku Ani Yudhoyono: Kepak Sayap Putri Prajurit oleh Alberthiene Endah, sifat kepahlawanan yang dimiliki Sarwo Edhie bagai diturunkan dari leluhurnya.

Ayah Sarwo Edhie, Raden Kartowilogo, merupakan kepala kantor pajak Purworejo pada masa kolonial Belanda. Raden Kartowilogo mempunyai sikap dan prinsip dalam anti tunduk kepada Belanda. Sedangkan ibundanya, Raden Ayu Sutini, adalah keturunan bangsawan yang menjadi laskar Pangeran Diponegoro, sebagaimana dikutip dari buku Biografi Sarwo Edhie Wibowo: Kebenaran di Atas Jalan Tuhan oleh Bahrudin Supardi.

Sarwo Edhie Wibowo, dari Desa Pangen Menjadi Komandan RPKAD

Sarwo Edhie terlahir dari keluarga yang sederhana di Desa Pangen Juru Tengah, Jawa Tengah. Sebenarnya Sarwo Edhie lahir pada 1927. Namun tanggal kelahirannya yang tercatat adalah 25 Juli 1925. Dia sengaja mengubah tahun kelahirannya saat mendaftar sebagai Heiho atau tentara pada masa pendudukan Jepang. Usainya baru 15 kala mendaftar, karena syarat minimal masuk Heiho adalah 17 tahun, Sarwo Edhie mengubah tahun kelahirannya menjadi 1925.

Pada zaman kolonial Belanda, tak semua kalangan pribumi bisa mendapatkan pendidikan. Karena ayahnya sebagai pegawai sipil, Sarwo Edhie berkesempatan mengenyam pendidikan di Hollandsch Inlandsche School atau HIS, setara sekolah dasar. Ini adalah sekolah yang pada umumnya hanya untuk anak-anak pejabat desa. Setelah menamatkan pendidikannya di HIS, Sarwo Edhie melanjutkan sekolah di Meer Uitgebried Lager Oderwijs atau MULO atau setingkat pendidikan menengah pertama.

Awalnya Sarwo Edhie berkeinginan menjadi seorang pegawai sipil seperti ayahnya. Namun dia tertarik dengan dunia militer setelah melihat tentara Jepang. Setamat dari MULO, Sarwo Edhi ikut mendaftar menjadi anggota Seinendan atau Barisan Pemuda. Seinendan adalah barisan rakyat atau tentara cadangan yang dibentuk oleh pemerintah Jepang di Indonesia, dikutip dari encyclopedia.jakarta-tourism.go.id. Kemudian Sarwo Edhie diangkat sebagai komandan Seinendan oleh teman-temannya di Purworejo. Dia memimpin pemuda di kampungnya yang beranggotakan 40 orang.

Pengalamannya sebagai Seinendan menambah keinginannya untuk menjadi tentara sungguhan. Kemudian pada 1942 Sarwo Edhie membaca iklan di surat kabar tentang pendaftaran tentara oleh Jepang. Jepang memanggil pemuda-pemuda, termasuk dari Seinendan untuk mengikuti latihan dan dididik menjadi prajurit Heiho. Jepang menganggap, Heiho lebih terlatih di dalam bidang militer daripada tentara Pembela Tanah Air atau PETA.

Menukil Majalah Tempo Edisi Khusus, Sarwo Edhie Wibowo dan Misteri 1965, Sarwo Edhie pun langsung mendaftarkan diri menjadi tentara Heiho. Edhie ikut bersama kakak pertamanya, Murtogo, ke Surabaya, tempat dilaksanakannya pelatihan tentara Heiho. Pendidikan Heiho di Surabaya berlangsung kurang lebih 5 bulan. Sarwo Edhie kemudian dipindahkan ke Renseitai Magelang. Namun dia tak lama menjalani pelatihan di Magelang karena harus mengikuti pelatihan calon perwira tentara PETA di Bogor.

Dari 450 orang siswa Renseitai Magelang terpilih 125 orang, termasuk Sarwo Edhie dan Ahmad Yani. Ahmad Yani merupakan pemuda asal Purworejo, sama seperti Sarwo Edhie, namun berbeda daerah. Sarwo Edhie dari Desa Pangen Juru Tengah, Purworejo, sementara Ahmad Yani dari desa Ngrendeng, Gebang, Purworejo. Setelah menjalani latihan militer di Bogor, Sarwo Edhie menjadi salah satu lulusan Shodanco atau Letnan Dua) terbaik, karena itu ia memperoleh pedang samurai yang agak berbeda. Saat pelantikan, dia Sarwo Edhie sebagai Shodancho mendapatkan tugas di daerah Tuguran, Magelang.

Kendati Jepang berjasa memberikan pelatihan-pelatihan militer terhadap pemuda Indonesia, di sisi lain Jepang juga mengerahkan rakyat pribumi dari semua umur untuk dijadikan pekerja keras atau romusha. Para romusha ini digunakan pemerintah Jepang untuk membantu militer dalam melawan Sekutu selama Perang Pasifik. Mereka dikerahkan untuk membangun prasarana perang seperti kubu-kubu pertahanan, gudang senjata, jalan raya, dan lapangan udara, serta pekerjaan berat lainnya.

Namun, para romusha ini tidak dibayar sepeser pun oleh pemerintah Jepang. Tidak sedikit pula para romusha yang menjadi korban. PBB menyatakan bahwa 4 juta orang meninggal di Indonesia akibat pendudukan Jepang, seperti dikutip dari Laporan John W Dower, War Without Mercy: Race and Power in the Pacific War. Selain itu, Pierre Van der Eng, dalam laporannya pada 2008, Pasokan Pangan di Jawa Selama Perang dan Dekolonisasi, 1940-1950, mengungkapkan sekitar 2,4 juta orang meninggal di Jawa karena kelaparan selama penjajahan Jepang, era 1944–1945.

Keadaan ini membuat anggota tentara PETA merasa terpukul melihat saudara-saudaranya diperlakukan di.luar batas kemampuan. Sarwo Edhi dan rekan-rekannya tidak mengira pemerintah Jepang semakin lama memanfaatkan rakyat pribumi secara sewenang-wenang. Perasaan kagum dan bangga terhadap tentara Jepang yang pernah Sarwo Edhie miliki mulai menghilang berganti rasa benci. Kemudian timbul berbagai peristiwa pemberontakan yang menyebabkan pembubaran PETA oleh Jepang.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Jepang membutuhkan banyak tentara untuk menghadapi Sekutu. Jepang tak bisa menahan berbagai tekanan dari serangan Sekutu. Pada 1945 kota Nagasaki dan Hiroshima di bom. Akhirnya Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Pejuang kemerdekaan Indonesia langsung mempersiapkan proklamasi kemerdekaan setelah kabar penyerahan Jepang tersiar. Menjelang proklamasi kemerdekaan, Sarwo Edhie kembali ke Purworejo dan berkumpul dengan anggota pasukannya.

Sarwo Edhie diajak Ahmad Yani, sesama mantan anggota PETA, bergabung dalam Batalion III Badan Keamanan Rakyat atau BKR. Batalion III BKR yang dikomandani Ahmad Yani ini dibentuk di kota Magelang. Sarwo Edhie bertugas membawa senjata mortir dalam batalion tersebut. Setelah pemerintah Indonesia meresmikan BKR menjadi Tentara Keamanan Rakyat atau TKR, Sarwo Edhie mendapat pangkat Kapten dalam barisan TKR. Pangkat Kapten ini merupakan pangkat ketentaraan yang paling lama disandang Sarwo Edhie. Dia menjadi Kapten selama kurang lebih sepuluh tahun.

Saat Ahmad Yani membentuk batalion Batalion V Brigade IX Divisi Diponegoro, Sarwo Edhie kemudian diangkat menjadi Komandan Kompi Batalion tersebut. Dia memimpin pasukannya dari Purworejo, Magelang, Ambarawa, hingga Semarang. Sarwo Edhie dan pasukannya bergerak melakukan penyerangan dan mendesak mundur tentara Inggris hingga Magelang. Sampai pada akhirnya tentara Inggris dapat dikepung oleh tentara TKR di Semarang.

Pasca kemerdekaan Indonesia, pada 1949 Sarwo Edhie dan Sunarti menikah dalam kondisi serba sederhana. Mereka kemudian lalu rumah dari Purworejo ke Magelang menempati rumah orang tua Sunarti hingga memiliki anak pertama, Wijiasih Cahyasasi. Hingga 1960, Sarwo Edhie sudah memiliki lima anak, yaitu Wijiasih Cahyasasi, Wrahasti Cendrawasih, Kristiani Herrawati (Ani Yudhoyono), Mastuti Rahayu, Pramono Edhie Wibowo, dan Retno Cahyaningtyas.

Sarwo Edhie diangkat menjadi Wakil Komandan Resimen Taruna Akademi Militer Naional (AMN) sekitar tahun 1958-1959. Resimen Taruna AMN merupakan sekolah militer yang memberikan pelatihan keras kepada para anggotanya. Sekolah ini berada di Bogor. Pada 1959, Ahmad Yani merekomendasikan Sarwo Edhie menjadi Komandan Sekolah Para Komando Angkatan Darat atau SPKAD. Hal ini mengharuskan Sarwo Edhie bersama keluarganya pindah ke Cimahi karena SPKAD berada di daerah Batujajar. Sarwo Edhie pun dilantik menggantikan Kapten Wijogo Atmodarminto.

Karier militer Sarwo Edhie semakin menanjak ketika Ahmad Yani yang saat itu menjabat sebagai Menteri Panglima Angkatan Darat mengangkatnya menjadi Kepala Staf RPKAD. Kemudian pada awal 1963 Sarwo Edhie menempuh pendidikan staf di The Australian Army’s Staf College di Australia, selama 18 bulan. Setelah kembali ke Indonesia, Sarwo Edhie pada Februari 1966 oleh Letnan Jenderal Ahmad Yani resmi ditetapkan menjadi Komandan RPKAD. Dia enggantikan Kolonel Moeng Parhadimoeljo hingga 1967.

Kemudian pada 1967 hingga 1968 Sarwo Edhie Wibowo menjabat sebagai Pangdam II/Bukit Barisan. Dia juga pernah menjabat sebagai Pangdam XVII/Tjenderawasih pada 1968 hingga 1970. Kemudian pada 1970 hingga 1974, mertua ini menjadi Gubernur AKABRI.

HENDRIK KHOIRUL MUHID 

Baca: Letkol Untung Rebut RRI, Kolonel Sarwo Edhie Wibowo Turun Tangan

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Pengamat Sebut Megawati akan Berkonflik Lama dengan Jokowi seperti SBY

7 jam lalu

Susilo Bambang Yudhoyono, Megawati dan Jokowi. Instagram, dan ANTARA
Pengamat Sebut Megawati akan Berkonflik Lama dengan Jokowi seperti SBY

Pakar politik menjelaskan segala wacana pertemuan Jokowi dan Megawati usai Idul Fitri sulit untuk terwujud.


Prabowo Ingin jadi Jembatan bagi Jokowi, Megawati, dan SBY

10 jam lalu

Staf Khusus Menteri Pertahanan Bidang Komunikasi Publik, Sosial Ekonomi, dan Hubungan Antar Lembaga, Dahnil Anzar Simanjuntak, saat ditemui di Kantor Kementerian Pertahanan, di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Selasa, 12 November 2019. Tempo/Egi Adyatama
Prabowo Ingin jadi Jembatan bagi Jokowi, Megawati, dan SBY

Juru Bicara Prabowo Dahnil Anzar Simanjuntak menjelaskan bahwa watak Prabowo itu politik rekonsiliatif dan mempersatukan


Proliga 2024: SBY Jamu 2 Pemain Asing dan Pelatih Jakarta LavAni Allo Bank, Netizen Memuji

1 hari lalu

SBY menjamu dua pemain asing Lavani, Renan Buiatti dan Mohammad Reza Beik, dan pelatih Nicolas Vives di kediamannya, Rabu malam, 17 April 2024. (Instagram/@lavani-forever)
Proliga 2024: SBY Jamu 2 Pemain Asing dan Pelatih Jakarta LavAni Allo Bank, Netizen Memuji

Langkah SBY menjamu dua pemain asingdan pelatih Lavani mendapat pujian dari netizen, dinilai akan berdampak positif bagi juara bertahan Proliga itu.


72 Tahun Kopassus, Ini Makna Kalimat dan Simbol Korps Baret Merah

1 hari lalu

Logo Kopasus. Istimewa
72 Tahun Kopassus, Ini Makna Kalimat dan Simbol Korps Baret Merah

16 April diperingati sebagai hari Kopassus. Ini makna tulisan dan simbol yang terdapat pada baret merah Kopassus.


Proliga 2024: SBY Berharap Duet Renan Buiatti dan Reza Beik Perkuat Pertahanan Jakarta LavAni

1 hari lalu

Rekrutan anyar Jakarta LavAni, pemain outside hitter Mohammad Reza Beik saat mendapatkan sambutan dari pemilik klub Susilo Bambang Yudhoyono di Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Kamis (18/04/2024). (ANTARA/Instagram/Jakarta LavANi).
Proliga 2024: SBY Berharap Duet Renan Buiatti dan Reza Beik Perkuat Pertahanan Jakarta LavAni

Apa harapan pemilik klub Jakarta LavAni Allo Bank Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terhadap Renan Buiatti dan Reza Beik di Proliga 2024?


72 Tahun Komando Pasukan Khusus, Daftar 37 Danjen Kopassus Ada Bapak dan Anak

3 hari lalu

Danjen Kopassus baru Brigjen TNI Lodewijk Freidrich Paulus (kanan) dan mantan Danjen Kopassus Mayjen TNI Pramono Edhie Wibowo saat serah terima jabatan di Markas Kopasus, Cijantung, Jakarta, Jumat (4/12). TEMPO/Subekti
72 Tahun Komando Pasukan Khusus, Daftar 37 Danjen Kopassus Ada Bapak dan Anak

Kopassus merayakan hari jadi ke-72 sejak berdiri pada 16 April 1952. Berikut daftar Danjen Kopassus dari 1952 hingga 2024, ada bapak dan anak.


72 Tahun Kopassus, Begini Awal terbentuknya Pasukan Elit Korps Baret Merah

3 hari lalu

Pasukan Kopassus TNI AD mengikuti geladi upacara Peringatan HUT ke-70 TNI di Dermaga Indah Kiat, Merak, Cilegon, Banten, 3 Oktober 2015. ANTARA/Yudhi Mahatma
72 Tahun Kopassus, Begini Awal terbentuknya Pasukan Elit Korps Baret Merah

Komando Pasukan Khusus atau Kopassus merayakan hari jadi yang ke-72 pada 16 April 2024. Begini sejarah terbentuknya yang digagas Kolonel Slamet Riyad.


Pengamat Sebut Prabowo Bisa Redam Tensi setelah Pemilu 2024, Apa Alasannya?

4 hari lalu

Ketua Umum (Ketum) Partai Gerindra sekaligus calon presiden terpilih pada Pilpres 2024 Prabowo Subianto saat ditemui di kediaman Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad, Jakarta, Kamis 11 April 2024. ANTARA/Agatha Olivia Victoria
Pengamat Sebut Prabowo Bisa Redam Tensi setelah Pemilu 2024, Apa Alasannya?

Prabowo Subianto dinilai bisa melakukan rekonsiliasi dengan Megawati Soekarnoputri.


4 Poin Deddy Sitorus soal Rencana Jokowi Bertemu Megawati: Gimik Politik Murahan hingga Temui Anak Ranting PDIP

6 hari lalu

Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Deddy Yevri Hanteru Sitorus saat memberikan keterangan kepada wartawan di Media Center TPN Ganjar-Mahfud di Kawasan Jakarta Pusat, Sabtu, 11 November 2023. Tempo/ Adil Al Hasan
4 Poin Deddy Sitorus soal Rencana Jokowi Bertemu Megawati: Gimik Politik Murahan hingga Temui Anak Ranting PDIP

Deddy Sitorus PDIP menyebut rencana Jokowi bertemu Megawati itu hanyalah gimik politik murahan. Dia juga membandingkan Jokowi dengan SBY.


Politikus PDIP Sebut Kesalahan Jokowi ke Megawati Lebih Banyak Dibandingkan SBY

7 hari lalu

Suasana open house Presiden Joko Widodo atau Jokowi dan Ibu Negara Iriana dengan pejabat serta warga di Istana Negara, Rabu, 10 April 2024. TEMPO/Daniel A. Fajri
Politikus PDIP Sebut Kesalahan Jokowi ke Megawati Lebih Banyak Dibandingkan SBY

Belum cukup sampai di situ, ucap Deddy, Jokowi juga menyalahgunakan kekuasaan dengan cawe-cawe saat pemilu dan menggunakan semua instrumen kekusaan.