Yuliani bersama seorang anggota KPAI harus berjibaku untuk mendekati siswa tersebut agar lebih tenang. Butuh tiga hari setelah pemaksaan pemakaian jilbab untuk bisa berkomunikasi dengan siswa itu.
Yuliani menjelaskan dia bersama seorang anggota KPAI datang ke rumah siswa pada 26 dan 27 Juli. Tapi, siswa itu menolak menemui mereka dan mengunci pintu kamarnya. Yuliani dan anggota KPAI itu kemudian berinisiatif menulis surat untuk mencoba berkomunikasi.
Surat itu berisi dukungan agar siswa tidak takut dan mendapat perlindungan KPAI. Yuliani juga menyertakan nomor teleponnya. "Surat kami taruh di pintu kamar siswa,” kata Yuliani.
Sehari setelahnya, siswa itu berkirim pesan kepada Yuliani yang menyatakan ingin pindah sekolah. Yuliani menawarkan beberapa pilihan sekolah di Kota Yogyakarta.
Siswa tersebut mengalami tekanan karena guru bimbingan konseling dan wali kelas memaksanya memakai jilbab di ruangan guru BK. Dampaknya, siswa tersebut terguncang hingga mengurung diri dan menangis di toilet selama satu jam. Guru kemudian mengetuk pintu toilet dan membawa siswa dalam kondisi lemas ke ruang Unit Kesehatan Sekolah.
SHINTA MAHARANI
Baca: 5 Fakta Pemaksaan Jilbab Siswi SMAN 1 Banguntapan: Depresi Hingga Pindah Sekolah