Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Teuku Nyak Arif Gubernur Aceh Pertama, Bersemayam di Tepi Sungai Lamnyong

Reporter

image-gnews
Teuku Nyak Arif. wikipedia.org
Teuku Nyak Arif. wikipedia.org
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Tepat hari ini, 4 Mei 1946 silam, Pahlawan Nasional Indonesia asal Aceh Teuku Nyak Arif meninggal. ia adalah pejuang kemerdekaan Indonesia sekaligus Gubernur Aceh pertama periode 1945 hingga 1946. Teuku Nyak Arif bahkan menjual harta benda pribadinya, termasuk segala perhiasan emas istrinya, demi kelancaran perjuangan untuk mempertahankan Tanah Air.

Teuku Nyak Arif lahir di Ulèë Lheue, Kutaraja, kini Banda Aceh, pada 17 Juli 1899. Ayahnya merupakan seorang Ulèë Balang bernama Teuku Nyak Banta. Dia adalah Panglima Sagi 26 Mukim wilayah Aceh Besar. Sementara ibunya bernama Cut Nyak Rayeuk. Teuku Nyak Arif merupakan anak ke 3 dari 5 bersaudara. Saudara-saudarinya yaitu Cut Nyak Asmah, Cut Nyak Mariah, Cut Nyak Samsiah, dan Teuku Mohd. Yusuf, seperti dikutip dari acehprov.go.id.

Teuku Nyak Arif kecil bersekolah di Volksschool atau Sekolah Rakyat, di Kutaraja dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Raja Kweekschool di Bukit Tinggi. Setelah itu merantau ke Jawa untuk mengenyam pendidikan di sekolah khusus untuk anak-anak Raja dan Bangsawan dari seluruh Indonesia di Sekolah Pamongpraja OSVIA di Serang, Banten.

Pada 1919, atau di usianya yang ke 20, Teuku Nyak Arif diangkat menjadi ketua National Indische Partij cabang Kutaraja. Selang setahun, dia menggantikan Ayahnya sebagai Panglima Sagi 26 Mukim. Lalu, pada 1927, dia diangkat menjadi anggota Dewan Rakyat Volksraad hingga 1931. Teuku Nyak Arif turut menentang penjajahan Belanda di Aceh. Sejak 1932, ia memimpin gerakan bawah tanah untuk melawan pemerintah kolonial.

Selain itu, Teuku Nyak Arif juga aktif dalam kegiatan peningkatan pendidikan di Aceh. Pada 11 Juli 1937, bersama Teuku Muhammad Hasan, ia mendirikan Perguruan Taman Siswa di Kutaraja. Dalam kepengurusan lembaga yang diprakarsai oleh Ki Hajar Dewantara itu, Teuku Nyak Arif menjadi sekretaris dengan ketuanya Teuku Muhammad Hasan. Teuku Nyak Arif juga menjadi pelopor berdirinya organisasi Atjehsche Studiefonds (Dana Pelajar Aceh), bersama T.M Hasan. Organisasi ini bertujuan membantu anak-anak Aceh yang cerdas tapi tak mampu sekolah.

Awal 1942, di akhir kekuasaan pemerintah Hindia Belanda di Aceh, Teuku Nyak Arif menuntut untuk diserahkan pemerintahan kepadanya. Tapi tak dituruti oleh Residen Aceh J. Pauw. Karena itu, Teuku Nyak Arif pun memberontak kepada pemerintah Hindia Belanda. Kolonel Gosenson memerintahkan KNIL atau Marsose untuk menyerang Teuku Nyak Arif. Walau dua kali berturut-turut kediaman Teuku Nyak Arif di Lamnyong diserang dengan kekerasan. Tetapi pasukan KNIL dapat dipukul mundur oleh pasukan Teuku Nyak Arif. Peristiwa itu sekaligus menandai dimulainya mundurnya Belanda dari Aceh Besar.

Kemudian Jepang mendarat di Aceh pada 12 Maret 1942 di Ujong Batee, Teluk Balohan Pulau Weh dan Kuala Bugak Peureulak Aceh Timur. Kedatangan Jepang disambut oleh rakyat Aceh dengan semangat persaudaraan. Jepang membuat propaganda bahwa kedatangan mereka untuk membebaskan saudaranya-saudaranya dari cengkeraman Belanda. Awalnya rakyat Aceh menganggap Jepang adalah juru selamat.

Namun tak lama kemudian Jepang mulai menunjukkan belangnya. Jepang menekan organisasi dan partai politik mulai dilakukan. Akibatnya organisasi keagamaan dan politik mengalami kemunduran. Bahkan Taman Siswa dibubarkan oleh Gunseibu. Hal ini mengurangi simpati rakyat terhadap Jepang. Kebencian rakyat makin bertambah setelah Jepang memeras tenaga rakyat untuk kepentingan proyek mereka, seperti membuat jalan raya Takengon-Blangkeujeren, kubu pertahanan Gunung Setan.

Pesan Teuku Nyak Arif Sebelum Meninggal

Pada 17 November 1943, melihat kemerosotan yang dialami Jepang dalam Perang Asia Timur Raya, pemerintah pendudukan mendirikan Atjeh Shu Sangi Kai atau Dewan penasihat Daerah Aceh. Ini adalah Badan semacam legislatif yang dipimpin Teuku Nyak Arif. Tujuannya untuk menarik simpati para elite dan berbagai macam kelompok di Aceh. Badan ini beranggotakan 30 orang, yang terdiri dari berbagai kelompok elite di Aceh. Selang setahun kemudian, keanggotaan Atjeh Shu Sangi Kai diperluas oleh Shu Tjokan (Residen Aceh) S. Iinoo.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pada Juli 1945, para pembesar Jepang menghubungi tokoh-tokoh pemuda di Kutaraja. Dalam pertemuan itu, pihak Jepang kembali menegaskan bahwa Jepang pasti akan memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia. Oleh karena itu mereka diminta untuk mengkoordinir pemuda-pemuda sehingga lahir suatu angkatan pemuda yang kuat di Aceh. Pada 14 Agustus 1945, bertepatan dengan menyerahnya Jepang kepada sekutu, Pemuda Aceh mengadakan rapat di Atjeh Bioscoop Kutaradja. Rapat dihadiri juga oleh unsur masyarakat.

Syu Tjokan tidak hadir sehingga mengejutkan para pemuda. Tidak hadirnya Syu Tjokan menjadi pertanda bahwa pemuda Aceh tidak mengetahui Jepang telah menyerah dalam Perang Asia Timur Raya. Satu-satunya pihak Jepang adalah Matsyubushi yang mengucapkan pidato singkat tanpa bersemangat. Rapat pemuda yang diadakan tepat pada hari menyerahnya Jepang kepada sekutu itu telah memberikan arti penting bagi pemuda di Kutaradja dan Aceh Besar. Mereka telah mendengar langsung pengarahan yang diberikan oleh para pemimpin. Setelah Indonesia merdeka, pemuda Aceh mengorganisir dalam satu barisan yang diberi nama Ikatan Pemuda Indonesia.

Setelah Jepang mengaku kalah dan Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Berita proklamasi kemudian diterima oleh pemuda bernama Gazali dan Rajali. Informasi itu lantas disampaikan pada Teuku Nyak Arif. Sesudah menerima berita tersebut, Teuku Nyak Arif lekas memanggil tokoh-tokoh penting. Pada 24 Agustus 1945, dii hadapan para tokoh, Teuku Nyak Arif menyatakan sumpah setia kepada Negara Republik Indonesia.

Pada 29 Agustus 1945, Teuku Nyak Arif diangkat menjadi Ketua Komite Nasional Indonesia (K.N.I) daerah Aceh. Untuk memikul biaya perjuangan yang semakin berat, Teuku Nyak Arif menjual harta benda pribadinya. Termasuk segala perhiasan emas milik istrinya, demi kelancaran perjuangan untuk mempertahankan Tanah Air Indonesia. Kemudian pada 3 Oktober 1945, Pemerintah Indonesia dengan surat ketetapan No. 1/X dari Gubernur Sumatra Teuku Muhammad Hasan mengangkat Teuku Nyak Arif sebagai Residen Aceh.

Teuku Nyak Arif meninggal pada 4 Mei 1946 di Takengon. Ia sempat berpesan kepada keluarganya agar tak menaruh dendam, karena kepentingan rakyat harus diletakkan di atas segala-galanya. Jenazahnya dibawa ke Kutaraja dan dikebumikan di tanah pemakaman keluarga di tepi Sungai Lamnyong di Lamreung, Aceh Besar, dua kilometer dari Lamnyong, Banda Aceh. Sebagai penghormatan, jalan letak makamnya diberi nama Jalan Makam Teuku Nyak Arif.

HENDRIK KHOIRUL MUHID 

Baca: 17 Juli Kelahiran Teuku Nyak Arif, Gubernur Aceh Pertama yang Disegani Belanda

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Menang Telak di Aceh saat Pilpres 2024, Anies: Terima Kasih Orang-orang Pemberani

1 hari lalu

Bakal Calon Presiden dari Partai NasDem, Anies Baswedan (tengah) berjabat tangan dengan warga seusai melaksanakan salat Jumat di Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, Jumat, 2 Desember 2022. Kunjungan Anies Baswedan bersama sejumlah pengurus Partai NasDem di Aceh untuk menjalin silaturahmi dengan Wali Nanggroe Aceh, Malik Mahmud, para ulama, tokoh adat serta para pendukungnya. ANTARA/Ampelsa
Menang Telak di Aceh saat Pilpres 2024, Anies: Terima Kasih Orang-orang Pemberani

Anies Baswedan mengucapkan terima kasih kepada masyarakat Aceh karena telah memberi dukungan di Pilpres 2024.


Wakil Ketua DPRA Sebut Prabowo Bakal Kembalikan Dana Otsus Aceh 2 Persen

2 hari lalu

Calon presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto memberikan sambutan saat hadir dalam silaturahmi dan doa bersama ulama dan tokoh masyarkat di Banda Aceh, Selasa, 26 Desember 2023. Silaturahmi dan doa bersama tersebut dalam rangka memperingati 19 tahun tsunami Aceh bersama para ulama dan tokoh masyarakat se-Aceh. Foto: TKN Prabowo - Gibran
Wakil Ketua DPRA Sebut Prabowo Bakal Kembalikan Dana Otsus Aceh 2 Persen

Wakil Ketua DPRA Safarudin mengatakan meski suara Prabowo di Pilpres 2024 kalah di Aceh, namun dia berkomitmen kembalikan dana otsus 2 persen.


Anies-Muhaimin ke Aceh Meski Timnas Amin Sudah Bubar, Ada Apa?

2 hari lalu

Mantan paslon nomor urut 01 di pilpres 2024, Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (tengah), usai halal bihalal dan pembubaran Timnas AMIN di kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan pada Selasa, 30 April 2024. TEMPO/Amelia Rahima Sari
Anies-Muhaimin ke Aceh Meski Timnas Amin Sudah Bubar, Ada Apa?

Anies-Muhamin dikabarkan menuju ke Aceh untuk mengikut agenda bersama meski Timnas Amin sudah bubar.


3 Fakta Cut Nyak Dhien di Sumedang, Mengajar Agama dan Disebut Ibu Suci

3 hari lalu

Sejumlah siswa meliha foto pahlawan Cut Nyak Dhien saat bermain di sekolah yang terbengkalai di SDN 01 Pondok Cina, Depok, Jawa Barat, 27 Agustus 2015. Tempo/M IQBAL ICHSAN
3 Fakta Cut Nyak Dhien di Sumedang, Mengajar Agama dan Disebut Ibu Suci

Cut Nyak Dhien sangat dihormati masyarakat Sumedang dan dijuluki ibu perbu atau ibu suci. Ia dimakamkan di tempat terhormat bangsawan Sumedang.


Kisah Cut Nyak Dhien Ditetapkan Sebagai Pahlawan Nasional 60 Tahun Lalu, Rakyat Aceh Menunggu 8 Tahun

3 hari lalu

Cut Nyak Dien. peeepl.com
Kisah Cut Nyak Dhien Ditetapkan Sebagai Pahlawan Nasional 60 Tahun Lalu, Rakyat Aceh Menunggu 8 Tahun

Perlu waktu bertahun-tahun hingga akhirnya pemerintah menetapkan Cut Nyak Dhien sebagai pahlawan nasional.


Kisah Ki Hadjar Dewantara Sebelum Jadi Bapak Pendidikan: Wartawan Kritis Musuh Belanda

3 hari lalu

Kepala Kejaksaan Tinggi Negeri Yogyakarta Tony Spontana menaburkan bunga di nisan Nyi Hadjar Dewantara dalam peringatan hari pendidikan nasional di Taman Makam Wijaya Brata, Yogyakarta, 2 Mei 2016. Upacara dan ziarah makam tersebut dihadiri ratusan siswa/i serta keluarga besar Ki Hadjar Dewantara. TEMPO/Pius Erlangga
Kisah Ki Hadjar Dewantara Sebelum Jadi Bapak Pendidikan: Wartawan Kritis Musuh Belanda

Sebelum memperjuangkan pendidikan, Ki Hadjar Dewantara adalah wartawan kritis kepada pemerintah kolonial. Ia pun pernah menghajar orang Belanda.


Reza Rahadian Mengaku tertarik Perankan Leluhurnya, Siapa Thomas Matulessy?

15 hari lalu

Ketua Komite Festival Film Indonesia atau FFI 2021, Reza Rahadian saat menghadiri peluncuran FFI 2021 secara virtual pada Kamis, 15 Juli 2021. Dok. FFI 2021.
Reza Rahadian Mengaku tertarik Perankan Leluhurnya, Siapa Thomas Matulessy?

Dalam YouTube Reza Rahadian mengaku tertarik memerankan Thomas Matulessy jika ada yang menawarkan kepadanya dalam film. Apa hubungan dengannya?


Bareskrim Polri Tangkap 5 Kurir Peredaran Sabu Lintas Laut Jaringan Malaysia-Aceh

17 hari lalu

Wakil Direktur Tindak Pidana Narkoba Badan Reserse Kriminal Umum (Bareskrim) Komisaris Besar Arie Ardian (dua dari kanan) menunjukkan barang bukti dari penangkapan 24 kilogram sabu dan ekstasi sebanyak 1.840 di Gedung Mabes Polri, Kamis, 18 April 2024. Pengungkapan dua kasus peredaran narkotika itu dilakukan sejak 22 Maret 2024 dan 4 April lalu. TEMPO/Ihsan Reliubun
Bareskrim Polri Tangkap 5 Kurir Peredaran Sabu Lintas Laut Jaringan Malaysia-Aceh

Peredaran sabu itu dilakukan lintas laut dari jaringan Malaysia-Aceh.


Mengenang Guru Besar Emeritus FSRD ITB AD Pirous, Berikut Profil dan Karya-karyanya

18 hari lalu

Rektor ITB Reini Wirahadikusumah saat menyampaikan pidato pelepasan jenazah AD Pirous di Aula Timur ITB, Bandung, Jawa Barat, 17 April 2024. AD Pirous, Guru Besar Emeritus FSRD ITB dan salah satu maestro seni rupa modern di Indonesia wafat pada 16 April 2024 dalam usia 92 tahun. TEMPO/Prima Mulia
Mengenang Guru Besar Emeritus FSRD ITB AD Pirous, Berikut Profil dan Karya-karyanya

Berikut perjalanan karya seniman yang juga Guru Besar Emeritus FSRD ITB AD Pirous.


Legenda Lagu Hari Lebaran Karya Ismail Marzuki, Begini Lirik Lengkapnya

23 hari lalu

Komponis Ismail Marzuki. Wikipedia
Legenda Lagu Hari Lebaran Karya Ismail Marzuki, Begini Lirik Lengkapnya

Ismail Marzuki menciptakan lagu tentang Hari Lebaran yang melegenda. Begini lirik dan profil pencipta lagu tentang Lebaran ini?