TEMPO.CO, Jakarta - Pemecatan mantan Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menimbulkan berbagai respons dari para pejabat. Kisruh tersebut berujung dipanggilnya IDI oleh Komisi IX DPR RI pada 4 April 2022.
Bahkan, dalam rapat dengar pendapat (RDP) bersama Komisi IX DPR RI, muncul usulan untuk membubarkan IDI. Usulan itu dilontarkan oleh anggota Komisi IX DPR Fraksi NasDem, Irma Chaniago.
"Saya ingin memperdalam tujuan didirikannya IDI. IDI ini saya melihatnya sama seperti serikat pekerja. Melindungi anggotanya, memberdayakan anggota kemudian men-support anggotanya bukan memecat anggotanya," ujar Irma dalam RDP bersama IDI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin, 4 April 2022.
Bagaimana sejarah berdirinya IDI?
Mengutip situs Kementerian Kesehatan, kiprah para dokter di Indonesia sudah eksis sejak masa penjajahan. Perkumpulan dokter Nusantara pertama kali terbentuk pada 1911 dengan nama Verenigin van Indische Artsen.
Lima belas tahun kemudian, organisasi ini berganti nama menjadi Vereninging Van Indonesische Genesjkundigen (VGI) pada 1926. Sayangnya, organisasi ini dibubarkan tiga tahun kemudian saat Jepang menginvasi Indonesia. Meski begitu, perjuangan dokter terus berlanjut, VIG pun berganti menjadi Jawa izi Hooko-Kai.
Pada 30 Juli 1950, diselengarakan Muktamar Dokter Warga Negara Indonesia, yang mempertemukan Persatuan Thabib Indonesia (PB Perthabin) dan Perkumpulan Dokter Indonesia (DP-PDI) atas usul Dr Seni Sastromidjojo. Selanjutnya, Muktamar I Ikatan Dokter Indonesia (MIDI) dilangsungkan pada 22-25 September 1950 di Deca Park.
Dalam muktamar tersebut, hadir sebanyak 181 dokter yang merupakan Warga Negara Indonesia (WNI) dari Jakarta dan luar Jakarta. Hasil muktamar IDI saat itu adalah terpilihnya Sarwono Prawirohardjo menjadi Ketua Umum IDI pertama.
Dilansir dari situs resminya, sebulan kemudian IDI diresmikan pada 24 Oktober 1950. Kata 'Ikatan' dalam IDI sendiri merupakan usulan dari Dr R. Soeharto yang merupakan Ketua Tim Dokter Presiden Sukarno dan juga Dewan Pimpinan Pusat IDI pada masa itu.
Berjalannya waktu, kiprah IDI diakui oleh dunia dengan diterimanya sebagai anggota World Medical Association (WMA) yang menghimpun semua organisasi kedokteran di dunia pada 1953.
Pada tahun yang sama, IDI memprakarsai berdirinya Confederation of Medical Associationin Asia and Oceania (CMMAO) dan sejak itu, IDI aktif menjadi anggota organisasi tersebut.
Pada 1969, IDI menyelenggarakan Musyawarah Kerja Sosial Kedokteran Indonesia. Dalam musyawarah ini, IDI berhasil menyusun dan mensahkan Kode Etik Kedokteran Indonesia (Kodeki).
Hingga kini, Jumlah anggota IDI setidaknya mencapai 74.502 dokter yang menyebar di 32 wilayah dan 343 cabang. Anggota IDI didominasi oleh dokter perempuan, yakni sebanyak 58 persen dari jumlah dokter yang ada.
Dilansir dari situs IDI Bandung, organisasi ini turut mewadahi 35 Perhimpunan Dokter Spesialis (PDSp), 42 Perhimpunan Dokter Seminat (PDSm), 1 Perhimpunan Dokter Pelayanan Kedokteran Tingkat Pertama (PDPP), 2 Perhimpunan Dokter Penunjang Pengembangan Profesi Kedokteran (PDP3K), dan 1 Perhimpunan Dokter Se-Okupasi (PDsO).
M. RIZQI AKBAR
Baca: Dipecat IDI, Terawan: Biar Mereka Memutuskan Saya Boleh di Rumah atau Diusir
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.