Sejatinya, bisa dikatakan bahwa NU adalah lanjutan dari komunitas-komunitas dan organisasi yang sudah berdiri sebelumnya, tetapi dengan cakupan dan segmen yang lebih luas. Komunitas dan organisasi tersebut, antara lain Nahdlatul Wathon dan Nahdlatul Tujjar.
Di samping itu, embrio lahirnya NU juga tidak bisa dilepaskan dari pembentukan Komite Hijaz. Masalah keagamaan global yang dihadapi oleh ara ulama pesantren adalah ketika Dinasti Saud di Arab Saudi ingin membongkar makam Nabi Muhammad SAW karena menjadi tujuan ziarah seluruh musim dan dianggap bid’ah.
Selain itu, Raja Saud ingin menerapkan kebijakan untuk menolak praktik bermazhab di wilayah kekuasaannya dan ia hanya ingin menrapakn Wahabi sebagai mazhab resmi kerajaan.
Rencana kebijakan yang dilempar oleh Raja Saud dibawa ke Muktamar Dunia Islam di Mekkah dan bagi banyak ulama pesantren, sentimen anti-mazhab adalah cenderung puritan dan memberangus tradisi serta budaya yang berkembang di dunia Islam dan menjadi ancaman bagi kemanjuan peradaban Islam.
Mbah Wahab bertindak cepat saat umat Islam yang tergabung dalam Centraal Comite Al-Islam (CCI) yang kemudian bertransformasi menjadi Centraal Comite Chilafat (CCC) hendak mengirimkan delegasi ke Muktamar Dunia Islam di Mekkah tahun 1926.
Pada 1925, CCC pernah menyelenggrakan Kongres Al-Islam pada 21-27 Agustus 1925 di Yogyakarta. Dalam kongres tersebut, Mbah Wahab menyampaikan pendapatnya mengenai akan diselenggarakannya Muktamar Dunia Islam.
Selanjutnya: Saat itu, Mbah Wahab berpendapat bahwa delegasi CCC...