TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan strategi pelacakan kontak (contact tracing) penyebaran Covid-19 mesti diperbaiki. Merujuk acuan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kata Budi, harus ada 30 pelacak kontak alias tracer per 100 ribu penduduk.
Acuan kedua ialah, setiap ada satu orang positif Covid-19, tracing harus dilakukan terhadap 30 orang yang berkontak erat dalam waktu maksimal satu pekan.
"Itu yang kita masih sangat jauh, sehingga untuk itu kami menghitung dari jumlah penduduk kita kira-kira dibutuhkan 80 ribu tracer," kata Budi saat Rapat Kerja dengan Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat, Selasa, 12 Januari 2021.
Budi mengatakan saat ini Kementerian Kesehatan tengah menjajaki cara memperbaiki pelacakan kontak ini. Dia mengaku telah berkomunikasi dengan Panglima Tentara Nasional Indonesia Marsekal Hadi Tjahjanto terkait kemungkinan dilibatkannya Bintara Pembina Desa (Babinsa) sebagai petugas pelacak kontak.
"Panglima memiliki 30 ribu Babinsa yang kami bisa akses," kata Budi.
Selain itu, Budi juga berkomunikasi dengan Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian. Mantan Kepala Kepolisian RI itu, ucap Budi, menyatakan bahwa Polri memiliki 60 ribu Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas) di seluruh desa. Tito juga menyebutkan ada sekitar 1 juta hansip atau Perlindungan Masyarakat (Linmas).
Menurut Budi, mereka bisa diajari bagaimana melakukan tracing terhadap orang-orang yang berkontak erat dengan pasien positif Covid-19.
"Jadi kalau ada yang kena, kita bisa minta Babinsa atau Bhabinkamtibmas atau Linmas karena mereka ada di seluruh Indonesia, untuk bisa lakukan tracing at least 30 kotan erat yang ditemui yang bersangkutan paling lama dalam waktu seminggu," ujar Budi.
Orang-orang yang ditemui dalam pelacakan kontak itu selanjutnya akan dirujuk untuk menjalani swab antigen di Puskesmas. Budi mengatakan ke depannya Puskesmas akan dapat melakukan swab antigen sehingga surveilans Covid-19 dapat berjalan lebih maksimal.
BUDIARTI UTAMI PUTRI