TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat Politik Universitas Al Azhar Indonesia (UAI), Ujang Komarudin, menilai bahwa Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab, tak akan bergabung dengan sejumlah partai Islam yang baru muncul. Meski di antara para pendiri partai tersebut menyatakan simpatinya pada Rizieq, namun Ujang menilai hal itu tak berarti Rizieq akan bergabung.
"Kebesaran HRS karena dia tidak partisan, dia tidak berdiri di satu partai politik tertentu, berdiri di semua golongan," ujar Ujang saat dihubungi Tempo, Rabu, 11 November 2020.
Saat ini, sejumlah partai Islam baru bermunculan. Ada Partai Ummat yang dibentuk tokoh reformasi Amien Rais, hingga dideklarasikan kembali aktifnya partai Islam lama, Masyumi. Tokoh-tokoh seperti Habib Muchsin Alatas hingga Bachtiar Nasir yang diminta menjadi Dewan Syuro di Masyumi, adalah beberapa dari simpatisan Rizieq.
Meski begitu, Ujang melihat hal tersebut bukan jaminan Rizieq akan bergabung. Jika masuk ke salah satu partai, Ujang menyebut publik akan melihat Rizieq sebagai sosok yang sudah partisan. Pendukung Rizieq yang ada di partai politik lain akan berkurang simpatinya.
Meski begitu, Ujang mengatakan hal ini tak berarti Rizieq tak akan ambil bagian dari mulai munculnya partai-partai Islam ini. Ia menyebut yang jelas, kepulangan Rizieq ini akan membawa perpolitikan Indonesia semakin dinamis.
Dengan massanya yang besar, Ujang meyakini jika Rizieq melakukan konsolidasi dengan pihak-pihak oposisi lain yang nonparlementer, maka kekuatan oposisi rakyat akan menjadi kuat dan besar. Pasalnya, ia melihat saat ini banyak rakyat yang kecewa terhadap pemerintah.
"Saya yakin HRS tak akan masuk Partai Masyumi. Yang mungkin adalah para pendukungnya bisa saja bergabung ke partai tersebut. Bisa saja HRS berperan untuk partai itu, tapi nggak harus masuk partai itu. Tapi dengan menggerakkan para pendukungnya untuk gabung dan membesarkan Partai Masyumi," kata Ujang.