TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio mengakui Indonesia telat memulai pengembangan vaksin Covid-19 dalam negeri.
"Harus diakui kita start-nya empat bulan terlambat," kata Amin dalam diskusi Polemik Trijaya, Sabtu, 15 Agustus 2020.
Amin mengatakan, Cina dan negara lain langsung bergerak melakukan pengembangan vaksin Covid-19 sejak Januari 2020 melakukan isolasi. Pemerintah, kata Amin, baru membentuk Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 yang beranggotakan sejumlah peneliti untuk mengembangkan vaksin pada Maret lalu.
Eijkman ditunjuk untuk memimpin konsorsium tersebut. "Kemudian April praktis baru mulai. Jadi memang terlambat 4 bulan," ujarnya.
Vaksin Covid-19 yang dikembangkan dalam negeri berbeda dengan vaksin Sinovac buat Cina. Amin menjelaskan, vaksin produksi dalam negeri atau vaksin Merah Putih menggunakan platform protein rekombinan. Sedangkan Sinovac menggunakan platform virus utuh yang dimatikan sebagai antigen.
Menurut Amin, konsorsium diberi waktu 1 tahun untuk mengembangkan bibit vaksin pada skala lab. Kemudian satu tahun berikutnya dilakukan uji klinis.
Meski terlihat cukup lama, Amin mengatakan pengembangan vaksin dalam negeri ini sebetulnya sudah diperpendek prosesnya. Bahkan, WHO memprediksi minimum 18 bulan waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan vaksin salah satunya vaksin Merah Putih.
"Kalau lihat pengalaman vaksin lalu, skala lab ada yang hampir 10 tahun. Kita upayakan secepat mungkin hingga 1 tahun sudah selesai," katanya.
FRISKI RIANA