TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutiif Indonesia Political Review, Ujang Komarudin, mengungkapkan alasan Ahmad Hanafi Rais hengkang dari PAN (Partai Amanat Nasional).
"Itu dampak dari disingkirkannya Amien Rais dan kubunya dari PAN," kata Ujang saat dihubungi hari ini, Rabu, 6 Mei 2020.
Menurut pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia tersebut anak sulung Amien Rais itu merasa ayahnya, yang juga pendiri PAN, disingkirkan dari partai.
Walhasil, Hanafi Rais tak nyaman lagi bernaung di bawah partai biru.
Ujang berpendapat PAN di bawah kepemimpinan Zulkifli Hasan pada periode kedua ini tidak bisa menyatukan kubu-kubu di internal. Zulkifli Hasan atau Zulhas bahkan menyisihkan kubu Amien Rais.
Amien Rais tidak dimasukkan dalam struktur PAN, padahal sebelumnya ia menjabat Ketua Dewan Kehormatan PAN. Sedangkan Hanafi Rais menjabat Ketua Fraksi PAN di DPR sebelum menyatakan mundur pada Selasa lalu, 5 Mei 2020.
Mulfachri Harahap dicopot dari jabatannya sebagai pimpinan Komisi III DPR. Amiesn Rais menjagokan Mulfachri-Hanafi Rais untuk menggergaji Zulhas dalam perebutan Ketua Umum-Sekjen dalam Kongres PAN di Kendari pada Februari 2020.
Kubu Zulhas pun menang di Kendari.
"Kubu Amien Rais dihabisi di PAN. Zulhas bersih-bersih (dari) kubu Amien Rais. Di situ rasa kebatinan Hanafi mulai terusik," tutur Ujang.
Meski begitu, Ujang menilai wajar pengunduran diri Hanafi Rais. Apalagi, menurut dia, memasang Hanafi dalam kepengurusan PAN hanya untuk memecah kubu Amien Rais.
Maka menurutnya Hanafi tidak lagi nyaman dengan posisi di partai yang didirikan oleh ayahnya tersebut. Selain itu juga menjadi bentuk dukungan moral kepada ayahnya yang Ujang sebut telah disingkirkan oleh Zulhas.
"Masa iya, bapaknya disingkirkan tapi anaknya dimasukkan (kepengurusan). mien Rais itu pendiri PAN," tutur Ujang.